Jeno tidak biasanya mengikuti kuliah pagi. Ketika dia datang, tentu belajar bukan tujuan utamanya. Kelima sahabat dan partner rusuh Jeno pergi ke pantai untuk berlatih selancar hari ini. Tidak ada yang khusus tentang selancar, hanya kegiatan untuk membunuh rasa bosan. Saat Jeno menolak ikut, adalah sebuah tanda tanya besar. Kampus bukanlah taman bermain yang menyenangkan. Karina benar-benar menularkan sisi positifnya pada Jeno.
Gadis itu ada disana ketika Jeno masuk ke kelas. Bola mata coklat yang besar dan bersinar menyambutnya. Karina memakai kaos band dan kemeja yang melengkapi penampilannya. Sederhana dan cantik.
"Jadi... dosennya ganti?," gurau Jeno. Karina berdiri dan segera menghampirinya.
"Kenapa baru dateng?," tanya Karina dengan bibir mengerucut lucu.
"Cantikku, ini belum jam 9. Momen langka Jeno Aldrian Belantara dateng ke kelas 30 menit sebelum pelajaran."
"Biasanya dateng telat?"
"Enggak. Biasanya nggak dateng," jawab Jeno. Karina tertawa dan memukul pelan bahunya.
"Dasar nakal!"
Jeno menarik sebuah kursi, lalu mendudukinya. Pria itu memegang tangan Karina yang berdiri di sebelahnya. Menatap tepat ke netra kelam Karina.
"Lo baik-baik aja? Ada masalah apa?," tanya Jeno. Jika saja Karina memiliki keberanian lebih untuk mengeluh, mungkin Jeno akan paham. Tetapi tidak, Karina menggelengkan kepala dengan senyuman.
"Nggak ada."
Jeno menarik Karina ke kursinya lalu membenamkan wajahnya di leher Karina. Dia memeluk erat Karina. Aroma parfum Karina manis, seperti permen kapas. Gadis itu tidak menunjukkan penolakan, jadi Jeno memejamkan mata.
"Gue susah tidur belakangan ini," kata Jeno.
"Hm? Kenapa?"
"Karena lo."
Kening Karina berkerut. "Karena gue? Kok bisa?"
"Iya. Lo bikin gue susah tidur. Setiap gue mejamin mata, senyum lo yang kebayang..."
"Apa itu buruk?"
Jeno menggeleng. "Itu bagus. Nyaman," jawabnya dengan suara rendah dan berat. Karina bisa merasakan hembusan napas hangat Jeno di lehernya. Karina terjebak dalam situasi dimana dia tidak bisa menolak. Jujur saja, Karina memang sedang membutuhkan sebuah pelukan. Seperti ini. Sedikit lebih lama.
"Kalau gitu... sekarang lo tidur." Tangannya terangkat, mengelusi surai lembut Jeno yang kini berwarna hitam. Entah kapan pemuda kelahiran 23 April ini mengganti warna rambutnya. Yang terpenting adalah sensasi menyenangkan ketika jemari Karina menyentuh Jeno.
[◇♤♡♧]
"Lo dateng, 'kan?," tanya Erland penuh harap. Seluruh anggota Circle 00 sedang berkumpul di halaman depan rumah Hayang. Lima buah mobil berbeda jenis dan warna berjajar, di paling ujung, motor Jeno menutup barisan.
"Lo harus dateng," tegas Nagendra. "Lo satu-satunya yang jago motor di antara kita."
"Jeno pasti dateng," ujar Reino. Pria yang satu bulan lebih tua dari Jeno itu menepuk bahunya. "Jeno nggak mungkin biarin kita kalah."
"Gue dateng. Tapi gimana awalnya sampai kalian berantem sama kampus sebelah?," tanya Jeno. Sebagai sosok yang diminta bertarung paling depan, Jeno harus tahu jelas alasannya bukan?
"Kita lagi balik dari pantai, terus salah satu dari mereka nyenggol mobil gue gitu aja. Sayangnya, mereka pakai motor, nggak bisa gue kejar karena macet," jelas Hayang. Jeno mengatupkan rahangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/283001849-288-k813578.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yin-Yang [SUDAH TERBIT]
Fanfic_____________________________________________________ Lee Jeno of NCT. A story by: @fifoldiar Genre : fiksi penggemar, lokal au, roman. Jeno tidak pernah tertarik pada gadis polos dan pendiam, dia bukan Nagendra yang suka mencari topik hingga...