Ting!
Dengan keadaan setengah sadar ––dan mata masih 5 watt, cowok yang cuman pake kolor sama atasan kaos singlet putih itu jalan ke intercom yang bolak balik bunyi.
"Hmm?"
"Maaf Tuan.. ada––"
Drap!
Drap!
Nggak lagi bisa mikir. Cowok itu ––Watanane Haruto, langsung lari ke pintu waktu matanya liat siapa yang berdiri disamping staff apartementnya.
Klek.
"Tuan Watanane, maaf tapi saya sudah––"
"Iya-iya. Makasih."
Haruto narik tangan Hyunsuk, lalu dia nutup pintu setelah cowok gemoy itu udah ada didalem rumahnya.
Mereka berdiri didepan pintu sekarang. Haruto megang kedua bahu Hyunsuk yang natap dia pake mata sembab.
"Ngapain lo kesini?"
"Lo nggak ada kabar.." Suara Hyunsuk kedengeran sengau ––kaya baru aja nangis.
Habis itu Hyunsuk cerita panjang lebar perkara dia habis mohon-mohon sama mbak-mbak receptionist ––sampai hampir diusir sama security di bawah. Haruto sih jujur nggak seberapa fokus ngedengerin cerita Hyunsuk, dia masih shock liat Hyunsuk ada didepan matanya sekarang.
Masalahnya ini tuh udah malem ––bahkan hampir tengah malem, dan Hyunsuk dateng dengan keadaan kacau begini, siapa yang bakal bisa mikir?
Balik lagi Haruto ngelirik jam di dinding.
"Ini udah jam berapa? Kok nekad sih?"
"Dan sampai jam segini juga lo sama sekali nggak ada kabar. Di chat nggak bales, ditelepon nggak diangkat.." Kedua mata Hyunsuk berkaca, ngebuat tangan Haruto yang tadinya di bahu Hyunsuk turun ke bawah, lalu dia ngusap wajahnya sendiri.
Kayaknya nggak tepat banget Haruto jelasin kalau sedari tadi dia emang cuma tidur. Ini aja dia baru bangun karena kemarin-kemarin dia hampir sama sekali nggak tidur.
Disaat itu, diem-diem Hyunsuk merhatiin sekelilingnya. Rumah si wntbhrt bener-bener mewah, pantes aja pengamanannya begitu ketat.
"Sorry.. gue bisa jelasin kenapa gue nggak ngerespon. Tapi nggak sekarang, ini udah malem.. gue anter pulang ya? Jelasinnya kapan-kapan" Haruto natap Hyunsuk yang langsung bales natap dia.
"Asrama udah tutup.." Nah! Itulah begonya Hyunsuk... dia sama sekali ngga kepikiran gimana pulangnya, dia cuman kepikiran gimana cara dia ketemu Haruto aja.
Haruto jadi makin pening.
"Gue check-in in hotel ya?"
Tiba-tiba mata Hyunsuk balik lagi merah, dia nangis.
"Lo nggak mau banget ketemu sama gue ya?! Lo ngehindarin gue kan?!"
Haruto langsung bengong buat beberapa saat. Demialek! bukan itu alesannya.
"––lo bilang lo bakal nungguin gue dan ada buat gue? Tapi apa?? Lo sama aja kaya seme lain.." Hyunsuk masih berusaha ngeluarin unek-uneknya, air matanya masih terus keluar dari matanya yang sudah bengkak.
"Oh beib.. nggak kaya gitu.. tapi gue emang––"
"Emang apa? Buktinya lo minta gue balik, lo nggak mau ketemu gue kan?"
"NO! Totally no!"
Tangis Hyunsuk perlahan mereda setelah Haruto ngebentak.
"But why?" Lirih Hyunsuk.
Haruto ngehela nafas panjang ––sebelum dia megang kedua bahu Hyunsuk, ditatapnya cowok itu dalem-dalem.
"Pertama gue masih shock karena lo ada disini.."
"Itu gara-gara lo!"
"Iya gara-gara gue.. I'm so sorry.." Haruto nenangin Hyunsuk yang kembali emosi pake suaranya yang lembut,
"––gue bener-bener nggak tahu kalau lo ngechat sampai telpon gue berkali-kali.."
"Gue tuh kawatir.."
Sekarang Haruto yang ngerasa brengsek. Oke, dia keterlaluan sih emang.
"––lo nggak papa kan?"
Haruto gelengin kepala.
"––terus kenapa? lo kenapa? Ih ngeselin banget!!" Lanjut Hyunsuk sedikit dongak buat natap mata Haruto yang nunduk.
"Lo mau tahu gue kenapa?" Tanya balik Haruto sambil ngusap air mata di pipi Hyunsuk.
Hyunsuk ngangguk.
"I'm fall in love anymore with you.." Ucapnya tulus. Hyunsuk terkesiap beberapa saat sambil mandangin kedua bola mata warna cokelat tua ––yang terlihat bener-bener makin indah dalam jarak sedeket ini. Mukanya juga tiba-tiba merah, pipinya panas.
Semoga Haruto nggak sadar walau tangan cowok itu masih mangkup pipi cabinya.
Then...
Hehe