Hari ini hari pertama gue kerja lagi di rumah sakit yang udah gue tinggalin 5 tahun lamanya. Baru hari pertama gue udah dapet shift jaga malem. Sekarang sih gue lagi ngobrol aja sama perawat lainnya."Dok, maaf salah satu pasien di ICU kritis dok," kata salah satu perawat ke gue.
"Oke kesana sekarang."
Guepun buru-buru ke ruang ICU sesuai apa kata perawat tadi gue mau cek kondisi salah satu pasien yang katanya kondisinya menurun itu.
"Diagnosanya sakit apa?" tanya gue di perjalanan.
"Gak sakit dok. Masuk karena kecelakaan. Udah di operasi juga sama dokter Mika." jawab perawat.
"Oh gitu yaudah ayo kita lari aja kalo gitu."
Gak butuh waktu lama gue udah sampe di ICU. Sebelum masuk gue sempat diberhentiin sama keluarga pasien yang bikin gue kaget begitu tau siapa itu.
"Dok, tolong selametin anak saya," kata ibu-ibu yang gue kenal banget sebelumnya.
"Iya bu. Kita bakal berusaha semaksimal mungkin. Keluarga bantu doanya ya," kata gue berusaha sesantai mungkin.
"Iya dok. Makasih ya dok. Tolong lakuin yang terbaik buat anak saya," katanya lagi.
Gue cuma ngangguk dan senyum aja terus masuk ke dalem ruangan. Gue jalan ke arah ranjang pasien dengan harap cemas. Semoga pasien yang dimaksut bukan dia.
Tapi harapan gue sirna begitu liat ternyata pasien yang dimaksut itu bener orang yang gue gak harapin sebelumnya.
"Dok, pasien henti jantung !" seru salah satu perawat.
"Siapin alat pemacu jantungnya," kata gue cepet.
Sementara suster nyiapin alat yang gue minta gue cek kondisi dia. Hati gue campur aduk seneng bisa ketemu dia lagi sedih kenapa harus ketemu dikondisi kaya gini.
"Dok, ini alatnya."
"Oke."
Gue dan suster langsung berusaha ngembaliin denyut jantungnya. Udah beberapa kali tapi belum juga berhasil.
"Dok, saturasi oksigen sama tensi darahnya terus turun dok!" seru perawat.
"Atur lagi oksigennya. Pantau terus jangan lengah oke."
"Iya dok."
Gue dan tim masih terus berusaha tapi kondisi dia makin menurun. Tuhan, tolong selametin dia. Gue gamau hidup dalam perasaan bersalah lebih dalam lagi.
Tiiiiiiiiiiiiiiiit
Suara dari layar monitor bikin badan gue lemes seketika.
"Dok pasien gak selamat." cicit salah satu perawat.
Brug
"Dok, dokter! Dokter kenapa?" tanya perawat panik begitu tau gue duduk jatuh di lantai.
Gue masih gak bisa jawab, air mata gue yang dari tadi gue tahan meluncur gitu aja sekarang. Gue gagal nyelametin dia? Gue nyakitin dia, gue ninggalin dia dan sekarang gue bunuh dia?
"Dok! Dokter Elfira gapapa?" tanya perawat lagi.
"Saya gagal nyelametin pasiennya. Say-"
Cklek
"Dokter! Anak saya kenapa?"
suara teriakan dari pintu yang baru aja dibuka ngalihin atensi kita."Ibu bapak tolong semuanya keluar ya. Dilarang masuk saat tindakan," kata perawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cravity as your
FanfictionCravity with lokal vibes yang bisa jadi apa aja di sini