Mansion mewah empat lantai didepannya mampu membuat Jeongwoo membuka lebar-lebar mulutnya.
Sepertinya dikehidupan lampau ia merupakan pahlawan bangsa penyelamat Dunia hingga ia dapat bertemu Haruto dan diizinkan tinggal ditempat yang sangat amat mustahil ini.
"Selepas kerja, aku pulang kemari. meski disini memiliki banyak kamar, aku tidak mengizinkanmu untuk tidur di kamar lain. Kau, bersamaku."
Haruto menggenggam lembut tangan Jeongwoo, baru masuk selangkah, para maid sudah membungkuk didepan pintu, menyambut tuan muda dari hari hari panjangnya dikantor yang melelahkan.
Ruang tamu mansion itu bahkan dapat digunakan untuk bermain bola. benar benar luas! Jeongwoo tidak berhenti menganga.
Pintu besar yang menjulang, Horden tinggi yang menyapu lantai, Sofa empuk, tangga rumah yang meliuk dengan elegan, lift serbaguna, kolam dibawah lantai, air mancur di dalam rumah, perpustakaan, dan perabot antik yang jeongwoo yakini bila gajinya dikumpulkan selama seumur hidup pun tak akan dapat membeli satu diantara mereka.
Ini kastil seperti yang di film-film.
"Aku pasti akan tersesat disini." ujarnya sambil menarik kecil lengan jas Haruto. Diusaknya surai lembut itu, "Tidak usah khawatir, kau bisa berkenalan dengan mereka"
Bak anak hilang, Jeongwoo mengedarkan pandangannya kesana kemari seolah mencari sesuatu.
"Dimana orangtuamu?"
"aku tidak memiliki keduanya" jawabnya pendek dan berjalan mendahului Jeongwoo.
"Kau hanya butuh ini?" tanya Haruto keheranan melihat dua paperbag coklat berisi baju setelan untuk Jeongwoo sesaat setelah mereka memasuki kamar Haruto.
Tiga jam yang lalu, sebelum Haruto membawa Jeongwoo kemari, Haruto sempat meminta Pemuda manis itu memesan beberapa baju tidur untuknya dan akan langsung diantarkan ke mansion.
"Itu hanya.. Bajunya benar-benar mahal, aku tidak sampai hati untuk membelinya" Jawab Jeongwoo dengan bibir mengerucut.
Dan lagi-lagi, Haruto jatuh dalam pesona Jeongwoo.
"Kau bahkan bisa membeli semua baju yang kau inginkan hingga lemari ini penuh, bila kau mau" tunjuk Haruto pada lemari besar tak jauh dari tempatnya berdiri.
Jeongwoo berdiri lantas mendekati Haruto dan menempatkan kepalanya pada bahu yang lebih tua. "Jangan bicara yang tidak tidak, mencari uang itu susah, tau."
"Apa kau selalu seperti ini bila bertemu orang baru?" ujar Haruto dengan sengit.
"Tidak. hanya saja, saat aku berada didekatmu aku merasa aman dan hangat."
Cukup untuk menjawab seluruh ketakutan Haruto.
***
"Park Jeongwoo." panggil Haruto, pendek.
Yang terpanggil sedang berkutat di sofa, hendak menamatkan novel dipangkuannya lantas ia melirik sebentar, "sudah mengantuk?"
Haruto mengangguk, "temani aku tidur."
Jeongwoo membereskan bacaannya kemudian naik ke ranjang dan menyandarkan dirinya, sementara Haruto memejamkan mata dipangkuannya.
"nyanyikan sebuah lagu" pintanya kemudian.
내 거친 생각과 불안한 눈빛과~
그걸 지켜보는 너 그건 아마도 전쟁같은 사랑
난 위험하니까 사랑하니까
너에게서 떠나 줄꺼야( For You ㅡ Lim Jaebum )
Sambil mengelus surai lembut Haruto, Jeongwoo masih mempertanyakan kewarasannya. Benarkah ia dapat tinggal dan hidup di Mansion semewah ini? Dengan para penghuni yang benar-benar ramah padanya termasuk.. Pemuda tampan yang saat ini berada dalam dekapannya.
Pelan pelan, Jeongwoo keluar dari kamar Haruto setelah memastikan pemuda itu benar-benar tidur. Perutnya lapar sekali, ia butuh makanan.
Dan, betapa terkejutnya ia saat mengetahui pelayanan maid disini 24 Jam.
"Kami punya topokki, ramen, kare, spagetti, pancake dan hamburger. Tuan mau yang mana?"
Ini sih restoran yang pindah tempat ke Mansion!
"Aku mau toppoki saja, dan aku minta ekstra saus, apakah boleh?"
Permintaan tersebut tentu saja disanggupi oleh para Maid yang ada disitu. Sembari menunggu tteokbokki nya, Jeongwoo menyempatkan diri bercengkerama dengan Pegawai Haruto, mencoba membangun suasana agar lebih mengenal satu sama lain.
"Bibi sudah disini sejak Tuan Haruto masih sangat kecil, Bibi senang senyum Tuan kembali lagi karena adanya dirimu." ujar wanita paruh baya yang ia ketahui sebagai Bibi Jang, sambil membawa tteokbokki Jeongwoo.
Jeongwoo mengangguk paham, seorang pria yang sedang mengopi disitu yang Jeongwoo yakini sebagai supir pribadi Haruto, bertanya pada nya. "Kamu sendiri bagaimana bisa sampai disini?"
"Ah itu, Haruto yang membawaku kemari, dia memintaku untuk bersamanya." jawab si manis sambil mengunyah tteokbokki nya perlahan.
Sebuah langkah kaki memecah keheningan Mansion, "Aku mencarimu."
Haruto dengan mata setengah terpenjam, datang ke meja makan dan duduk disamping Jeongwoo.
"Berikan aku secangkir kopi." Pesannya kepada Maid. Yang diperintah mengangguk kemudian berjalan ke arah dapur, menyiapkan pesanan sang Tuan.
Haruto meletakkan kepalanya diatas meja makan, menunggu kopinya dan Jeongwoo yang sedang mengisi perut.
Jeongwoo tertawa melihatnya sambil terus mengunyah tteokbokki nya, diulurkan tangan itu untuk mengelus surai hitam Haruto.
"Benar-benar mengantuk?"
Gelengan diberikan olehnya, sesuap tteokbokki ia curi dari mangkuk Jeongwoo. dia juga sedikit lapar.
"Aku kira kau pergi,"
Jeongwoo tersenyum kecil, "Takut bila aku pergi ya?" Haruto mengangguk, "Sangat."
"Aku tidak akan kemanapun, aku janji."
***
To Be Continue..
nb. aku ga bikin Haruto jahat ke Jeongwoo gaes, cuma nanti bakal ada konflik lain ><
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓
FanfictionJauh sekali, seperti angin yang mengalir ke tempat yang jauh. Aku tak dapat menggenggam mu, Haruto-ya. Highest rank : #4 in hajeongwoo [11.09.21] #4 in hajeongwoo [28.09.21] #2 in Jeongwoo [06.10.21] #1 in haruto [10.10.21] #1 in haruto [11.10.21]