26

2.3K 360 75
                                    

Pesawat yang ditumpangi dua anak iksan tadi telah lepas landas ke tujuan akhir mereka, dua jam yang lalu. Doyoung memastikan mereka benar-benar pergi hingga Haruto dan Yoshi kehilangan jejak mereka.

"Sudah?" tanya Yedam begitu melihat kekasihnya itu masuk ke dalam kamarnya dengan muka kusut.

Doyoung tersenyum sekilas kemudian mengangguk. "Mereka telah berada ditempat aman bersama orang yang tepat."

Si mata rubah terdiam lalu menutup buku dipangkuan kemudian meletakkannya diatas meja.

"Haruto belum pulang sampai sekarang. Mungkin ia sedang mencari Jeongwoo."

"Mau taruhan? Dua bulan lagi, Haruto akan lupa dengan Jeongwoo. Aku yakin. Jeongwoo pantas bahagia." tukas Doyoung dengan yakin.

Yedam menggeleng. "Aku tidak. Haruto pasti akan mencari Jeongwoo hingga ia benar-benar menemukannya."

"Kenapa?"

"Sebab aku mengerti, Haruto sangat mencintai Jeongwoo. Namun caranya mengekspresikan hal ituㅡ"

Doyoung memutar bola mata malas. "Cara bicaramu seperti S3 Psikologi saja."

"Alah bego!" seru Yedam, hampir melempar ponsel yang berada digenggaman nya.

Dua ketukan samar mengalihkan atensi Yedam. Pemuda itu bangkit dari tempat duduknya lantas membuka pelan pintu kamarnya.

Watanabe Haruto dan Kanemoto Yoshi telah berdiri dengan tampang frustasi dan jas yang tersampir asal dibahu.

"Bagaimana, kalian sudah menemukan mereka?" tanya Yedam cemas.

Kalau urusan akting, Yedam memang paling jago.

Haruto menggeleng lemah. "Tidak, aku merasa mereka sudah jauh."

"Sudah cek CCTV?" tanya Yedam lagi.

Yoshi mengangguk. "Sudah disetiap sudut rumah bahkan gerbang belakang. Jeongwoo dan Junghwan belum kembali sejak pagi."

Beruntungnya, Doyoung telah memanipulasi CCTV yang berada di seluruh Mansion jadi saat peristiwa Jeongwoo dan Junghwan melarikan diri tidak terekam di sudut kamera manapun.

Helaan nafas kecewa meluncur dari bibir Yedam. "Kalau begitu, sekarang beristirahatlah, sudah hampir pagi dan kalian belum tidur sama sekali." suruhnya.

Keduanya kompak menggelengkan kepala.

"Aku belum menemukan kekasihku."

"Lantas apa yang kau harapkan setelah semuanya terjadi?" jawab si mata rubah. "Kau mengata-ngatai Jeongwoo didepan jalang itu. Perasaan mana yang tidak terluka ketika mendengarnya?"

Haruto mengepalkan tangannya. "Aku tau aku salah. Saat itu hanyaㅡ"

"Hanya apa? Lebih memilih wanita cantik?" tebak Doyoung tiba-tiba dengan kekehan ringan.

[ Like A Flowing Wind ]

"Aku merasa, Jeongwoo dan Junghwan tidak hilang." ujar Junkyu sambil menggigit rotinya.

Sore ini setelah mengurus nilai anak didiknya, Junkyu pergi mengunjungi Mashiho sebab hampir satu minggu ia belum melihat wajah gemas crush-nya.

Mashiho yang menyandarkan kepala dibahu bidang Junkyu, menoleh sekilas. "Apa maksudmu?"

"Aku mengenal Jeongwoo dan Junghwan sejak mereka masih di sekolah dasar, mereka cerdas serta punya keterampilan bela diri, aku pikir mustahil bila mereka diculik bersamaan." jawabnya sambil mengunyah roti.

Tiba-tiba Junkyu menghentikan aktivitas makannya membuat Mashiho makin heran dibuatnya.

Ditatapnya mata pemuda imut disebelahnya itu. "Apa kau memikirkan hal serupa?"

"Jeongwoo dan Junghwan.. kabur?"

[ Like A Flowing Wind ]

Haruto memandang seluruh sudut kamarnya. Terasa begitu hampa dan kosong. Ingatannya terlempar di malam sebelum Jeongwoo hilang.

Flashback ㅡ

Jeongwoo sampai di Apartment pribadi milik Haruto untuk mengadu bahwa ia direndahkan oleh Wonyoung.

"Rutooo, akuㅡ"

Pemuda bermata serigala itu membelalakkan matanya. Dia memang menemukan Haruto, tetapi pemuda itu sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita berpakaian minim.

Dari ekspresinya, Jelas Haruto tidak terpaksa seperti saat Wonyoung menciumnya begitu saja. Ini murni seperti Haruto juga menginginkannya.

Dengan nafas tersengal, Jeongwoo menaik lengan wanita itu sambil menunjuk tepat didepan mukanya.

"Kau siapa? Kau simpanan Haruto?" seru Jeongwoo marah.

"Murahan sekali menjadi Wanita. Kau bukan wanita, kau iblis! Dibayar berapa kau oleh Harutoㅡ"

"Jaga bicaramu, Park Jeongwoo!"

Satu tamparan dari Haruto mendarat dipipi Jeongwoo. Sakit. Dadanya sesak bukan main mendengar bentakan orang yang paling ia sayangi itu.

Yang lebih muda mengangkat kepala, air mata meluncur begitu saja, menimbulkan aliran sungai kecil dipipinya. "Kau membelanya?"

"Aku bosan denganmu." balas Haruto.

Jeongwoo menutup rapat matanya kemudian menarik nafas dalam. "Baik, kalau begitu. Bermainlah sepuasnya dengan dia. Aku akan menunggu dirumah saja."

"Kalau perlu, pergi saja."

Suara terakhir yang didengar Jeongwoo sebelum ia menutup rapat pintu Apartment Haruto dan pulang dengan beribu sesak di dada.

"Jika memang itu kehendakmu, maka akan ku kabulkan perintahmu."

ㅡ Flashback Off ㅡ

Haruto membenturkan kepala ke dinding kamarnya. Meruntuki perkataannya pada Jeongwoo, karena jujur, ia sedang dalam pengaruh alkohol saat itu.

"Makan atau kau akan mati konyol karena kelaparan." Yedam meletakkan sebuah nampan berisi makanan kesukaan Haruto diatas nakas.

Pemuda jepang itu menggeleng. "Apa dia masih mau kembali padaku?"

"Tidak." Jawab Yedam, singkat.

"Jaga sebelum pergi, atau kau akan menyesali setelah ia pergi."

Haruto terdiam. "Aku ingin Jeongwoo ku kembali.."

***

To Be Continue..

Dua chapter lagi yuu staytune
(。♡‿♡。)

LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang