21

2.2K 349 73
                                    

Haruto berlari tergesa-gesa masuk ke dalam salah satu rumah sakit swasta dengan beberapa pengawal yang mengikutinya.

Sesaat setelah ia mendapatkan kabar bahwa Jeongwoo masuk rumah sakit dengan keadaan tidak sadarkan diri, rasa cemas merayapi batin-nya begitu saja.

Doyoung dengan tangan terlipat didepan dada sudah menunggu di lobi sambil melemparkan tatapan menusuk padanya.

"Dari mana?" cecar Doyoung begitu melihat Haruto menghampiri dengan nafas tak beraturan.

Pemuda itu tidak langsung menjawab melainkan duduk terlebih dahulu kemudian melepas jas bernoda darah dibeberapa bagian dan menyampirkannya ke bahu.

"Biasa. Membereskan bajingan."

"Bagaimana kau tahu dia akan merebut Jeongwoo?" tanya Doyoung yang memang sudah tahu kronologi kejadian sebelumnya, sambil menatap serius Haruto tak peduli dengan tatapan aneh orang yang melewati lobi silih berganti.

Haruto berdecak kesal. "Sejak awal, tatapan bajingan itu berbeda pada Jeongwoo. Bukan sekali dua kali aku melihatnyaㅡ"

"Tapi tidak dengan membunuhnya, Watanabe." tekan Doyoung.

Haruto mengusak kasar rambutnya. "Jeongwoo hanya milikku!"

Doyoung menahan emosinya sepersekian detik. Ia hanya tidak mengerti jalan pikiran pemuda gila dihadapannya ini.

"Lantas apa pembelaanmu tentang kejadian waktu itu?" balas si kim.

Tentu saja Haruto tahu maksudnya, 'Kejadian Waktu itu' adalah saat dimana Jeongwoo melihat Wonyoung berada dipangkuan dan berciuman dengannya.

"Ciuman itu kesalahan. Awalnya dia hanya menjelaskan detail proyek untuk ku setujui tetapi ketika mendengar langkah kaki dari luar, dia spontan mendudukkan dirinya dipangkuanku dan menciumku begitu saja." jelas si watanabe.

"..aku berusaha menjelaskan kejadian itu pada Jeongwoo tetapi dia tidak pernah mau mendengarkan ku. Bahkan dia tidur dikamar Junghwan dan pergi tanpa mengatakan apapun."

[ LAFW ]

Jeongwoo baru saja makan sembari disuapi oleh Yedam. Mereka bercerita seperti biasa padahal setiap hari mereka berbagi kisah, entah apa saja yang mereka ceritakan.

Pintu ruang rawat inap terbuka, Yedam kira itu perawat atau dokter yang akan memeriksa keadaan Jeongwoo namun ternyata Haruto dan Doyoung.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Haruto pelan-pelan, takut menyinggung perasaan sang kekasih lagi.

Jeongwoo tidak menjawab, ia hanya menunduk sambil memainkan kukunya. Haruto menghela nafas panjang. Belum dimaafkan ternyata.

"Makan yang banyak dan lekaslah sembuh."

Hening. Tidak ada tanggapan apapun dari si manis. Doyoung yang berdiri disamping pintu hanya dapat tertawa tanpa suara melihatnya.

Haruto meraih tangan ber-infus itu lalu diusapnya perlahan-lahan. "Aku meminta maaf atas kejadian kemarin atau hal yang secara tidak sengaja menyakiti hatimu. Bicaralah, tidak apa-apa bila kau ingin memaki asal jangan hanya diam."

Lagi, tidak ada jawaban dari Jeongwoo yang mampu membebaskan Haruto dari rasa bersalah yang merongrong begitu dalam.

Haruto mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu kemudian melempar pandangan pada Yedam. "Aku sudah mengirim beberapa uang ke rekeningmu, bila Jeongwoo butuh sesuatu, kau bisa mengatakannya padakuㅡ"

LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang