23

2.2K 351 35
                                    

Mashiho datang dengan sorakan Haruto diruang tamu. Ia berjalan masuk ke dalam mansion malu-malu bersama Junkyu yang membawa sekotak besar coklat kesukaan Jeongwoo.

"Apa kau terkena pelet anak kecil ini?" tanya Haruto sambil menyenggol kecil lengan Junkyu.

"Berisik sialan." desis Mashiho.

Pemuda Takata itu berjalan menuju ruang makan dan menyambar roti tawar yang berada di meja. Sangat santai seperti dirumah sendiri.

"Eh bilang saja kau hanya numpang makan kemari." ledek Haruto, hampir saja dilempar pisau selai oleh Mashiho.

"Haruto bangsatㅡ" Junkyu melirik tajam Mashiho membuat pemuda itu menghentikan ucapannya.

Mashiho memukul mulutnya sekali. "Bercanda!"

Si Manis yang baru turun dari kamarnya setelah diberitahu oleh Yedam lantas berlari ke arah pemuda mirip hamster itu kemudian memeluknya erat.

"Jangan lari, babe!" Haruto memperingatkan tetapi apa mau dikata, namanya juga Park Jeongwoo.

"Eh, ngomong-ngomong, kenapa kau menyiapkan roti diatas meja seperti ini sekarang? Apakah akan ada klien yang datang?" tanya Mashiho karena hal demikian merupakan kebiasaan baru Mansion Haruto.

Yang diberi pertanyaan menggeleng kecil, "Junghwan, Jeongwoo dan Yedam hobi makan cemilan tengah malam. Jadi Bibi Seo menyiapkan itu supaya mereka makan roti saja."

"Kau lihat tiga piring penuh roti itu dan selai aneka rasa didekatnya? Saat kau bangun pagi keesokan harinya, kau tidak akan menemukan apapun lagi. Mereka bertiga menghabiskannya." lanjut pemuda jepang itu. Junkyu spontan tertawa kencang.

"Enak saja, Junghwan yang paling banyak memakannya" elak Yedam. Padahal mereka sama sama makan banyak.

Jeongwoo mengangguk setuju sambil ikut mengambil selembar roti dan mengolesinya dengan Nutella kesukaannya. "Aku hanya makan ini, untuk sekarang maksudnya. Nanti tidak tahu lagi, pikir nanti saja."

Seluruh pembantu mansion sontak tertawa seolah ikut berbahagia sebab Mansion nampak hidup kembali sejak Jeongwoo, Junghwan, Doyoung dan Yedam datang.

Begitupun Yoshi serta Mashiho yang dulunya sangat membenci Haruto, kini kembali akur bahkan mungkin lupa pernah berusaha membunuhnya.

Senyum Si Tampan juga kembali setelah bertahun-tahun hilang akibat kesendirian dan kesepian yang mendominasi dirinya.

Itulah mengapa para anggota baru begitu berharga dimata Haruto. Terkhusus kekasihnya, Park Jeongwoo.

[ Like A Flowing Wind ]

Wonyoung memainkan kuku ber-cat hijau miliknya. Kini, ia berhadapan dengan sang ayah untuk meminta bantuan perihal menjodohkannya dengan Haruto.

"Ayah mendapatkan apa dari pengintaian itu?" tanyanya dengan tidak sabar.

Sang Ayah menghela nafas lelah. Begitu sabar menghadapi putrinya yang sangat obsesif dengan pria bernama Watanabe Haruto.

"Tidak banyak yang ayah temukan. Hanya beberapa bukti singkat bahwa ia seorang pengusaha properti dan ia memiliki kekasih bernama Park Jeongwoo."

Wonyoung memejamkan mata dengan kesal. "Hanya itu? Tidakkah ayah mendapatkan bukti lain agar aku bisa lebih dekat dengannya?!"

Setelahnya, tanpa menunggu sang ayah berbicara lagi, Wonyoung keluar dari ruangan ayahnya sambil berdecak sebal.

Meskipun sang ayah mengetahui lebih banyak, Pria paruh baya itu tidak sampai hati mewujudkan obsesi putrinya sebab, mengenal Watanabe Haruto sama dengan siap mati kapan saja.

[ Like A Flowing Wind ]

"Ada yang mengintai?" selidik Haruto ketika melihat titik berwarna merah yang ia yakini sebagai sinar laser terpantul dari jendela kaca kamarnya.

Ia tertawa sinis sambil menepuk lembut punggung Jeongwoo yang sedang bermanja-manja dipangkuannya.

Wonyoung telah mengibarkan bendera peperangan atas dasar obsesi konyol pada Si Tampan. Oleh sebab itu, Haruto harus menang, bagaimanapun caranya.

"Babe, what if someone tries to steal me?" tanya Haruto perlahan.

Jeongwoo mendongakkan kepalanya kemudian mengecup rahang tegas sang kekasih. "Akan ku pastikan dia mati lebih dahulu sebelum merebutmu."

Haruto terkekeh. "Apa yang akan kau lakukan padanya?"

"Apapun. Asal dia tidak mengambil kekasihku" ujarnya sinis

Sejak dibawa kemarin dan mengetahui latar belakang sang kekasih, Jeongwoo sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia siap menanggung semua resiko dan bahaya yang mengancam.

Mengingat bagaimana lihainya Haruto menculik, menipu polisi, bahkan menyamarkan identitasnya hingga detik ini, jelas Haruto bukan orang sembarangan.

Tetapi kini ia harus berhadapan dengan anak orang nomor satu negaranya. Bisa saja Wonyoung mengetahui pekerjaan Haruto yang sesungguhnya hingga ia dapat mempergunakan hal itu sebagai kunci untuk merebut Haruto darinya.

Tangan Jeongwoo terangkat untuk mengelus pipi si tampan. Bila dulu sekali ia tidak bertemu dan mengenal Haruto, entah apa yang terjadi di kehidupannya. Mungkin ia sudah terbunuh dibawah kaki Jaehyuk.

Ah, sebanyak apapun kata terimakasih yang terucap sepertinya tidak akan pernah cukup untuk membayar semua hal yang telah dilakukan Haruto untuknya, hingga detik ini.

"Ruto.. aku menyusahkan, ya?" tanya Jeongwoo.

Alis sang dominan berkerut heran. "Kau ini bicara apa?"

"Aku serius.. akuㅡ"

Haruto menggeleng ia menenggelamkan wajahnya diceruk leher sang pujaan hati.  "Tahu tidak? Kau satu-satunya alasan mengapa aku dapat bertahan hingga detik ini. Hanya kau, Park Jeongwoo."

"Jadi tolong, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku, sebab, kau adalah poros kehidupanku." pungkasnya.

[][][]

Minggu depan sepertinya diri ini mulai sibuq lagi (๑¯◡¯๑)

LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang