18

2.1K 353 33
                                    

"bukankah dia.. yang waktu itu?" tanya Junghwan.

Jeongwoo membisu beberapa saat sebelum mengangguk singkat. "kau tau kan?"

Yoshi menyipitkan mata. Jeongwoo dan Junghwan ini kenapa.

"Memang Jeongwoo kenapa?"

"Tidak ada sih" jawab Junghwan dengan canggung sambil melirik Jeongwoo.

Pemuda Jepang itu terdiam saja, dua anak ingusan didepannya ini pasti menyembunyikan sesuatu. Apalagi Jeongwoo mengenal Asahi.

Sebuah panggilan masuk ke ponsel Jeongwoo mengalihkan atensi pemuda manis itu dalam lamunannya.

Keum is calling...

"Apa?" Tanya Jeongwoo dengan galak begitu mengangkatnya.

"Hari ini Haruto ada meeting tapi koleganya terlalu melewati batasan sebagai orang asing."

Keum adalah staff produksi dikantor Haruto dan merupakan teman dekat Jeongwoo. Bila ada hal yang terjadi padanya, Keum akan bergerak cepat melaporkan atasannya itu pada Jeongwoo.

Yang diberi laporan meremat botol air mineral kosong yang berada di genggamannya dengan emosi hingga ringsek.

"Masih meeting? Aku kesana sekarang."

Dengan cepat, Jeongwoo berlari menuju mobilnya. Persetan dengan semua hal yang terjadi hari ini, dia akan menonjok siapapun yang berani meletakkan tangannya diatas pipi kekasihnya.

Si manis meremat kemudi mobil dengan emosi. Enak saja aset berharganya mau dicuri.

"Watanabe Harutoㅡ"

Cup!

Jeongwoo masuk ke ruangan Haruto bertepatan dengan si wanita bergincu tebal mengecup pipi kekasihnya.

Masalahnya bukan hanya disitu tetapi pada posisi sang wanita yang berada diatas pangkuan Haruto.

Ia membeku sesaat didepan pintu. Ada apa dengan dunia hari ini, begitu kacau dan.. menyesakkan.

Jeongwoo yang tadinya ingin mengamuk lantas mengurungkan niatnya. Pandangannya mengabur, matanya berkaca-kaca, siap untuk menangis kapan saja.

"Aku minta maaf karena lancang membuka pintu tanpa permisi."

Pemuda itu masuk ke ruangan Keum, air mata telah mengalir membasahi pipi hingga dagunya.

Jeongwoo itu sebenarnya lemah.

Terlepas dari masalalunya yang menyakitkan, dia punya Haruto untuk menopang kehidupannya. Tetapi, siapa yang dapat ia percaya sekarang?

"Ya, kau menangis!" Keum memeluk tubuh tegap itu sambil membisikkan kalimat penenang pada si manis.

"Aku lelah, Keum-ah.." bisiknya dengan parau.

Jeongwoo merasa pijakannya telah hilang. Hanya kecewa yang mendominasi. Sebenarnya, untuk apa dia hidup hingga saat ini?

Keum menggeleng, "tidak.. itu hanya salah paham. kau harus mengerti, Woo"

Pikiran si manis sedang kalut, kejadian hari ini cukup membuat emosinya diuji apalagi melihat hal tadi. Rasanya Jeongwoo ingin menyerah saja.

"Antar aku ke flatku. Ku mohon?"

Keum mendelik, "Mau mati ya?"

"Hanya.. mengambil sesuatu yang tertinggal setelah sekian lama."

[ LAFW ]

Jeongwoo memperhatikan seluruh penjuru flatnya dengan sendu. Ia membuka lemari baju miliknya. Masih tetap utuh dan sama.

Diambilnya beberapa pakaian yang menurutnya masih layak dan dapat dipakai kemudian ia memasukkannya ke dalam tas pakaian satu persatu.

Pemuda itu berjalan lagi menuju ke arah meja belajar. Ia tersenyum tipis, diusapnya ujung bingkai sedikit berdebu itu.

Foto keluarganya masih terpajang disana dengan senyum lebar serta rangkulan hangat. Kenangan terakhir sebelum satu persatu dari mereka terenggut karena keegoisan Yoon Jaehyuk.

Ia memasukkan bingkai foto itu ke dalam tas pakaiannya.

"Ayah, ibu.. Jeongwoo rindu. Hidup di Dunia sangat melelahkan.."

Helaan nafas berat mengiringi langkah si manis keluar dari flat yang telah ia tempati selama lebih kurang satu tahun ini.

Keum menyadari Jeongwoo kembali lantas berdiri dari tempatnya "Sudah?"

Jeongwoo mengangguk, "antar saja aku ke mansion haruto. Aku yakin dia belum pulang."

[ LAFW ]

Langkah Jeongwoo untuk menaiki anak tangga terhenti kala menyadari Haruto tengah duduk disofa ruang tamu dengan penampilan jauh dari kata baik.

Ada keheningan sesaat sebelum Jeongwoo menyeringai. "Sudah puas menikmati tubuh wanita tadi?"

Nyeri. Dadanya nyeri sekali.

"Park Jeongwoo.." panggil Haruto pelan.

Yang lebih tua berdiri kemudian beringsut mendekat ke arah si manis yang tak beranjak dari ujung tangga.

Haruto meneguk ludah dengan susah payah sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku minta maaf. Ini kesalahpahaman.."

"Apa?"

"Mana yang kau maksud salah paham ketika kau tidak menolak dia duduk dipangkuanmu?"

Skakmat.

Haruto hanya tidak mengerti bagaimana hari berat yang dilalui Jeongwoo. Polisi, Fakta tersembunyi, dan.. Haruto.

Jeongwoo lelah. Sungguh.

"Sayang.." panggil Haruto lagi.

Si manis menoleh, "Tidurlah, kau pasti lelah setelah seharian bekerja."

Tidak ada pelukan selamat datang dan ciuman selamat tidur adalah hal asing bagi Haruto selama Jeongwoo ada disampingnya.

Pun Jeongwoo yang memutuskan untuk menumpang tidur dikamar Junghwan, berdesakan dengan pemuda so itu. Ia hanya.. kecewa.

***

To Be Continue..

LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang