28

2.5K 362 47
                                    

Haruto bersama Doyoung dan Yedam duduk tenang dikursi pesawat tujuan Perth, Australia.

Terimakasih pada rayuan maut Kim Doyoung sehingga Haruto sudi untuk pergi meski dengan muka sebal bukan main.

Haruto hanya ingin Jeongwoo. Ia tidak ingin liburan terpaksa seperti ini, ah bukanㅡia mau hanya bila Jeongwoo juga pergi bersamanya.

"Mau makan tidak?" tawar Yedam sambil memberikan sepiring mashed potato hangat didepannya.

Si Tampan menggeleng. "nanti saja."

Yedam mendengus. "Makan."

"Apa dengan memakan ini aku dapat bertemu Jeongwoo?"

"Bisa." Ceplos Doyoung sambil mengunyah kacang.

Namun Doyoung tidak pernah menyadari bahwa perkataannya benar-benar akan menjadi kenyataan.

[ Like A Flowing Wind ]

Ayah, Ibu, Jeongwoo dan kedua adiknya benar-benar pergi ke Festival keesokan harinya sebab merupakan waktu weekend.

Ellie dan Ellea begitu bersemangat saat melihat komedi putar, viking dan wahana permainan yang begitu banyak ditambah stand makanan sejauh mata memandang.

Ellie Cambridge Welsh menarik kecil tangan sang kakak kemudian membawa pemuda itu ke depan permainan lempar balon.

"Aku mau itu," tunjuknya pada sebuah boneka Llama yang digunakan sebagai hadiah bilamana pemain memenangkan permainan.

Jeongwoo menggaruk kecil tengkuknya. Masalahnya, dia sama sekali tidak jago dalam sebuah permainan semacam ini.

"Tidakkah kitaㅡaduh, ellea jangan berlarian.." seru Jeongwoo saat melihat adiknya jatuh tersungkur setelah menabrak kaki jenjang seseorang.

Pemuda berkulit tan itu mendongak. "Maaf tuan.."

Sorot mata, postur tubuh, wangi parfum, dan penampilannya.. Jeongwoo meringis kecil melihat pemuda yang tengah berdiri tegap didepannya ini. Dengan cepat, ia menyambar tangan kecil Ellie dan Ellea untuk pergi cepat cepat dari sana.

"Park Jeongwoo?" Suara berat nan memabukkan Watanabe Haruto yang tidak pernah lagi ia dengar satu tahun terakhir, nyatanya masih mampu membuatnya kewalahan.

"Park Jeongwoo, Kembalilah.." ujarnya lagi.

Ditengah hiruk pikuk festival, ada Jeongwoo dengan air mata tertahan dilewati berpuluh-puluh manusia silih berganti.

"Mㅡmungkin anda salah orang."

"Aku yakin, kau Jeongwoo.."

Setahun berlalu, tak ada yang berubah dari diri Haruto. Masih keras kepala dan sukar dimengerti keinginannya.

"Dulu iya. kini, tidak lagi."

Ibu Welsh tahu betul siapa pemuda yang berdiri didepan Jeongwoo. Beliau lantas mendekat dan menyentuh lembut bahu putra angkatnya itu. "Justin, bawalah ia untuk berbicara sebentar. Kami bisa menunggu."

[ Like A Flowing Wind ]

Deburan ombak senada menyapa indra pendengar Jeongwoo dengan begitu lembut. ia memejamkan mata, melepaskan sesak dan beban yang menumpuk begitu banyak di dada nya.

kaki nya ia biarkan telanjang tanpa alas, hingga air laut yang dingin menyapu ringan kulitnya. ia bergidik.

Jeongwoo lantas melirik pemuda berjaket moka disampingnya, sedang melihat pemandangan malam sambil memicingkan mata.

"Kau suka disini?"

Jeongwoo mengangguk. "Sangat."

"Maaf." ujarnya pendek. Pemuda bermata serigala itu sontak menoleh. "Untuk apa?"

"Ucapanku dan sikapku, sebelum kau pergi."

Ia tersenyum kecil. "Aku sudah memaafkanmu jauh sebelum itu. Maaf sudah pergi, padahal hidupku ada ditanganmuㅡ"

"Aku yang salah. Maafkan aku" tukas Haruto cepat.

Jeongwoo menghela nafas lelah. Meski ia tak dapat membohongi diri sendiri bahwa ia masih amat mencintai Haruto, kisah masalalu selalu menari-nari pedih dibenak-nya.

Haruto bangkit dari tempatnya kemudian bersimpuh tepat didepan Si Manis dan meraih jemari yang amat pas digenggamannya sejak dulu. "Kembalilah, izinkan aku memperbaiki semuanya."

"Haruto, don't beg me.." diusapnya dengan sayang pipi Haruto yang kini terasa amat tirus.

"Izinkan aku memikirkan hal ini dulu"

Pemuda Jepang itu menunduk, matanya berembun, menahan air mata yang hendak tumpah. Nyeri. Beginikah rasanya diposisi Jeongwoo kala itu?

"Aku mohon, babe.."

Jeongwoo menggeleng, "Untuk kali ini aku tidak ingin berjanji, Ruto-ya. Biar Tuhan yang memutuskannya"

[ Like A Flowing Wind ]

Doyoung dan Yedam melirik Haruto yang baru sampai di hotel tempat mereka menginap menjelang pagi.

Pemuda itu melemparkan jaketnya di sofa begitu saja dan merebahkan badan diatas karpet mahal kamar hotel.

"Darimana?" tanya Yedam, amat sangat kepo dengan kepergian boss-nya yang amat tiba-tiba itu.

Haruto mengendikkan bahu. "Hanya, berbincang dengan Jeongwoo sebentar."

Dua orang bloon tadi berpandangan. Apa tadi katanya? Jeongwoo?

"Jeongwoo? Kau sudah gila ya? Dia mana mungkin ada disini?" tanya Yedam bertubi-tubi.

"Justin Cambridge Welsh." jawab Haruto pendek. "Dia tinggal di broome."

Mulut Doyoung sontak menganga setelah mendengar penuturan Haruto. Itu nama baru dan tempat tinggal Jeongwoo saat ini.

Si pipi gembil dan si mata rubah mendadak diam membisu membuat Haruto curiga dengan dua anak sialan yang menyeretnya sampai ke Australia itu. "Kenapa kalian?"

Yang lebih tua menggeleng kecil. "Hanya merasa sedikit aneh dengan dunia."

Selepas Haruto masuk ke kamar mandi, Doyoung menoleh kecil dengan speechless kearah Yedam.

"Park dekil Jeongwoo.. dia mengatakan padaku telah datang ke festival kemarin" geramnya tertahan.

***

To Be Continue..

(~ ̄³ ̄)~ besok last. yang mau hajeongwoo berlayar, angkat tangaaaan?

LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang