20

2.2K 355 20
                                    

Junghwan berdiri disamping ranjang Jeongwoo sambil menggenggam ponsel dengan cemas. Ia melihat obat-obatan dan semangkuk bubur diatas nakas yang tidak disentuh sama sekali oleh Jeongwoo.

"Dia tidak makan daritadi?"

Bibi Seo menggeleng. "Dia muntah bahkan saat minum air."

Junghwan mondar-mandir. Kompres hangat tidak ada gunanya bahkan suhu badan Jeongwoo terus naik.

"Aku panggil dokter saja?"

Wanita paruh baya itu menggeleng, "Bibi tadi juga berinisiatif untuk memanggil dokter tetapi Boss melarang."

"TAPI DIA AKAN MATI!" Seru Junghwan. Tanpa menunggu lagi, ia menggendong tubuh lemah itu untuk dibawa ke rumah sakit. Masa bodo dengan kemarahan Haruto nanti, keselamatan Jeongwoo lebih penting.

Dengan diantar Yedam, mereka memacu mobil Jeongwoo menembus derasnya Hujan.

Junghwan sudah bertanya pada Yoshi dan Doyoung tetapi mereka mengatakan tidak ada janji temu ataupun meeting hari ini. Lantas, kemana Haruto disituasi genting seperti ini?

Ditengah perjalanan, Jeongwoo kejang akibat tingginya suhu tubuh pemuda itu. Yedam dan Junghwan semakin panik.

"Tolong lebih cepat hyung, dia mimisan!"

[ LAFW ]

"Saudara Jeongwoo kelelahan, dan sinusitis nya kambuh itu sebabnya dia mimisan." ujar pria dengan badge nama Choi Soobin, dokter yang menangani Jeongwoo.

Junghwan membeku sebentar. "Sinu apa.. sinusitis?"

"Sinusitis dapat dipicu dari suhu dingin atau alergi lain. Sebenarnya tidak berbahaya tetapi bila tidak mendapat penanganan yang tepat, penyakitnya dapat menjadi komplikasi."

Junghwan dan Yedam saling berpandangan. Jeongwoo tidak pernah mengatakan apapun tentang penyakitnya. Bahkan pemuda itu terlihat baik-baik saja selama ini.

"Lantas.. bagaimana dokter?" tanya Yedam. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Jeongwoo.

Soobin tersenyum tipis. "Untuk saat ini, kondisi tubuhnya masih sangat lemah, Saudara Jeongwoo harus bedrest total selama kurang lebih satu minggu hingga tubuhnya pulih sepenuhnya."

Puluhan kali Junghwan mencoba menghubungi Haruto tetapi nihil yang ia dapatkan. Tidak ada satupun panggilan yang sampai ke pemuda itu.

"Nomornya tidak aktif." ujar Junghwan dengan pasrah. Ia tidak mungkin menghubungi Yoshi karena kekasihnya itu sedang dalam masa pemulihan.

Yedam duduk disisi tubuh Jeongwoo yang terbaring sambil berpikir keras dalam diam.

"Sebenarnya, Haruto kemana?"

Menjelang malam, Doyoung datang dengan beberapa makanan untuk Junghwan, Yedam dan Jeongwoo. Ia mengatakan Haruto tak kunjung pulang bahkan ketika ia berangkat kemari.

Sementara Jeongwoo ia telah sadar dan bersikeras untuk pulang padahal dokter sangat melarang.

"Bertahanlah selama satu hari disini atau setidaknya habiskan infusmu dulu setelah itu kita akan berdiskusi dengan dokter lagi" putus Yedam, final.

Alasan Jeongwoo membenci rumah sakit adalah karena dulu ia sering sekali masuk kemari akibat ulah Jaehyuk dan Asahi. Itu memori terburuk untuknya.

"Kemana Haruto?"

Doyoung melirik Yedam kemudian berdehem pelan. "Dia.. dia sedang ada urusan diluar kota, tapi dia akan kembali secepatnya jadi tunggulah."

[ LAFW ]

Haruto memutar pistol yang ada ditangannya dengan santai. Kini seluruh anggota keluarga sim sedang menunduk pasrah dibawah kakinya menunggu eksekusi mati satu persatu.

"Bagaimana menurutmu, Jake-ssi?"

Jake dengan tangan terborgol, mendongakkan kepala. "Tolong.. jangan bunuh mereka."

"Atas dasar apa kau mengatakan demikian setelah kau hampir membunuh saudaraku dan membuat kekasihku hampir meninggalkanku?" Balas Haruto dengan tenang.

Pemuda sim itu rupanya ingin menguji Haruto dengan segala teror dan jebakan untuk mengambil alih Proyek Investasi dan merebut Jeongwoo. Tapi siapa sangka bila Haruto jauh lebih hebat darinya?

Memusnahkan seluruh keturunan Jake bukanlah hal yang sulit bagi Haruto. Sekali bertindak saja, ia dapat dengan mudah membuat mereka bertekuk lutut.

"Tolong maafkan dia." Seorang pemuda lain yang Haruto ketahui sebagai Park Sunghoon, kekasih Jake. Memohon padanya.

Haruto terkekeh. "Maaf tidak akan mengubah segalanya, Park-ssi. Bahkan bila dia mati untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, semua tak akan sama lagi."

Awalnya, Haruto tak menaruh curiga pada Jake dan antek-anteknya sama sekali sebab ia pikir, hubungan mereka hanya sampai pada dua koper ganja beberapa bulan lalu.

Tetapi setelah melihat jejak rekaman dari cctv mobil Yoshi, dan hubungan Jake dengan Jang Wonyoung, koleganya yang tempo hari dengan berani duduk dipangkuannya. Bukti sangat kuat merujuk pada bajingan didepannya ini.

"Kalau kau mau proyeknya, ambil saja. Aku tidak pernah membutuhkannya. Tapi jangan pernah mencoba mengambil kekasihku."

Bang!

Satu butir peluru menjatuhkan badan Jake ke lantai marmer dingin rumahnya. Membuat Sunghoon dan keluarganya berteriak histeris melihat hal itu.

Haruto berdiri kemudian menendang punggung Jake. Setelah dirasa pemuda itu sudah benar-benar mati, ia memberikan kode pada pesuruhnya untuk menghabisi satu-persatu manusia yang tersisa.

"Boss, ada telepon dari Doyoung."

Haruto mengernyit. "Kenapㅡ"

"Dimana?" suara dingin Doyoung menyapa diujung telepon.

"Ada urusan sedikit. Memang kenapa?" tanya Haruto menyelidik.

Ada keheningan sesaat, "Jeongwoo masuk rumah sakit."

[][][]

To Be Continue..

Happy Weekend! Selamat liburaaaan~

LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang