04

4.3K 538 25
                                    

Sesungguhnya, Park Jeongwoo telah jatuh sepenuhnya pada pesona Haruto sejak pertama kali bersitatap di Cafe tempatnya bekerja dulu. Rahang tegas, hidung bangir dan tubuh tegap yang selalu membawa wibawa dalam setiap langkah itu mampu menjerat Jeongwoo hingga ia tak dapat melepaskan diri.

Beberapa kali, Jeongwoo coba temukan Haruto, mencari tahu kesana kemari tetapi nihil yang ia dapatkan karena Kekuasaan haruto melampaui batas kesanggupannya.

Sebagai seorang bos besar sindikat mafia dan pengusaha, Haruto benar benar menjaga dirinya. Privasi, karena tidak seharusnya orang mengetahui siapa dia sebenarnya.

"Aku tidak akan pernah menolak bila kau inginkan itu." Ditangkupnya kedua pipi yang lebih tua kemudian memagut bibir ranum kecintaannya dengan lembut tanpa nafsu, menyalurkan seberapa banyak cinta yang mereka miliki.

Perasaan yang Haruto punya, jelas bukan obsesi. ia benar benar mencintai Jeongwoo sepenuh hatinya, dan ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk menjaga Jeongwoo semampu dan sekuat yang ia bisa.

"Tak akan ku biarkan kau menangis, sedih, dan terluka. itu janjiku, Park Jeongwoo."

[ LAFW ]

Kini Jeongwoo tumbuh sebagai pemuda angkuh dan dingin terkait apapun yang menyoal Haruto.

Jangankan disentuh, menatap saja siap siap ditendang paksa dari dunia.

"Aku sangat mencintaimu," Haruto mengecupi punggung tangan Jeongwoo, tak pernah lelah mengatakan hal itu.

Elusan dan kecupan kecil ia daratkan ke puncak kepala Haruto, "Kau sudah mengatakannya enam kali sepanjang pagi ini, tuan watanabe." intrupsi Jeongwoo.

cklek!

"Apa aku bisa masuk?"

Itu Kim Minju, sekretaris Haruto yang di kenal sebagai "cewek gatel" seantero kantor.

"Masuklah, tidak perlu mengintip seperti itu," balas Jeongwoo dengan pedas. muak karena cewek itu pasti akan berulah lagi.

Sambil meletakkan dokumen, Minju mencuri belaian dibahu Haruto.

"Ya, Jaga batasanmu sebagai pegawai." Mata Jeongwoo menatap nyalang Minju, ia ingin mematahkan rahang gadis itu.

Haruto tertawa kecil lantas ia menarik lengan Jeongwoo, mendudukkan pemuda itu dipangkuannya dan memeluk pinggang kekasihnya itu dengan posesif.

"Pergilah, aku dapat memeriksa sendiri dokumen ini. dan ya, jangan lupa tentang batasanmu, atau keluar dari sini tanpa nyawa."

Jeongwoo mengalungkan tangannya dileher Haruto, dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Haruto mencari posisi nyaman untuknya meski masih jam kerja.

"Babe, Mau makanㅡ"

Tak!

Sebuah peluru terpental dari luar kaca besar dengan tebal sepuluh sentimeter ruangan itu.

Haruto tertawa lantas memutar kursinya dan mengangkat jari tengahnya tinggi tinggi kepada seorang penembak jitu yang mengintip tak jauh dari gedungnya. Haruto yakin ia adalah suruhan dari musuhnya, Kanemoto Yoshi.

Jeongwoo syok, Kalau saja tidak ada jendela kaca besar itu mungkin sekarang dia telah mati.

"Kaget, hm? maaf ya?"

"T.. tadi itu.."

Dipeluk nya pinggang Jeongwoo dengan posesif, "tidak apa-apa, aku minta maaf."

Haruto itu berbahaya, tetapi bagi Jeongwoo, Haruto adalah malaikat pelindungnya, Tameng yang siap menghadang apapun kala ia dirundung bahaya.

"Hey, terimakasih."

"Untuk apa? aku tidak melakukan banyak hal,"

Jeongwoo menatap mata Haruto kemudian mengelus pipi lembut yang sangat ia sayangi itu, "Kau melakukan banyak hal, kau menyelamatkan ku, kauㅡ Aku mencintaimu.."

"Aku juga mencintaimu. sangat."

[ LAFW ]

Haruto memacu Audi R8 nya membelah jalanan Kota Seoul. Rencananya malam ini dia mau berkeliling ringan bersama Jeongwoo, melihat sekilas festival kembang api di pusat kota.

"Mau liburan?" tawar Haruto.

Ditepikan mobilnya itu dilapangan parkir Sungai Han. Sengaja tidak turun karena mereka tidak tahu apa bahaya yang menunggu diluar.

Jeongwoo sedang sibuk memotret kembang api dari dalam mobil, menoleh pada kekasih nya, "Kemana?"

"Maldives? Madagaskar? Vatikan? Venesia?"

"Kenapa kita tidak adakan tour dunia saja?" balas Jeongwoo. dibukanya dasbor mobil mahal tersebut yang berisi aneka macam permen dan camilan itu. Khusus untuk Jeongwoo. Ia mengambil satu bungkus coklat dan menutupnya lagi.

"Kau mau?" Haruto mengambil ponselnya dari saku jasnya, melihat-lihat referensi liburan untuk mereka berdua.

Jeongwoo melirik sedikit lantas tertegun, "kau tidak akan melakukannya, kan?"

Haruto memperlihatkan layar ponselnya pada Jeongwoo. "Ya tidak tahu."

Sambil mengunyah permen coklatnya, Jeongwoo melirik kekasihnya, "Sudah mengantuk? mau pulang?"

"Tidak, aku hanya suka melihatmu seperti ini." Singkat, namun berhasil membuat pipi Jeongwoo merona.

Haruto menarik lembut tengkuk Jeongwoo, mengikis jarak diantara mereka kemudian menciumnya dalam.

"i love u," bisik Jeongwoo sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Haruto, hobi barunya.

Yang lebih tua mengangguk, kecupan bertubi-tubi ia layangkan pada punggung tangan Jeongwoo. Sorot matanya lurus pada kembang api yang meledak di angkasa.

Mencuri waktu untuk berpacaran disela kesibukan yang melanda adalah hal terbaik menurut Haruto karena ia tahu, momen seperti ini tak akan dapat diulang lagi di lain Hari.

"Kau lelah?"

Haruto menggeleng, "Tidak."

Selama ada Jeongwoo, Haruto tidak apa-apa.

***
To Be Continue..

LIKE A FLOWING WIND | HAJEONGWOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang