Semalem aku pulang jam 11an kayaknya, nyampe kos enggak bisa tidur padahal capek banget. Terus aku buka wattpad dan bacain komen di part sebelumnya
Kalian kok baik banget sih? Padahal kalian ga kenal aku tapi bisa komen yang warm banget gitu🥺
Makasih banyaak yaa kamu-kamu-kamu kesayangan aku🤍🤍🤍
---
Sebuah Klinik di daerah Sudirman menjadi saksi semua hal yang terjadi hari ini. Wira meminta izin untuk tidak balik ke kantor lagi setelah menjemput Raka di sekolah tadi.
Tidak hanya Sagara, Raka dan Juna juga berada disana. Jika Raka memang mengekor Wira sejak dari sekolah, maka Juna memilih tidak meninggalkam sahabatnya itu.
"Kalo kalian berdua masih ribut, saya tinggalin di luar. Sagara gak butuh banyak drama lagi,"
Ucapan Wira menghentikan perdebatan Raka dan Juna. Juna berkata bahwa Raka teramat egois dengan kejadian di kantin, tidak paham kondisi malah membuat keributan makin parah. Raka tentu saja membela diri mengatakan bahwa apa yang ia lakukan itu juga untuk membela Sagara.
"Saya punya sahabat sedari kecil dan masih terjalin baik bahkan saat masing-masing kita sudah menikah. Kalian tahu kenapa bisa begitu?"
Kedua anak itu hanya diam. Tidak berniat saling menatap.
"Karna kita saling percaya. Karna kita sadar kita punya satu sama lain,"
Raka menghela napas sedangkan Juna tampak menatap Sagara yang sedari tadi hanya diam menekuri sepatunya.
"Kalo kalian memang merasa persahabatan ini penting, jangan malah fokus saling menyalahkan. Kalopun salah harusnya minta maaf,"
Sagara mengangkat kepala. Menatap kedua sahabatnya.
"Gue yang salah. Gue banyak bohongin kalian selama ini. Harusnya dari awal gue jujur aja,"
Raka menatap Sagara dengan pandangan heran. Kenapa tahu-tahu cowok itu yang minta maaf?
"Seperti kata lo Ju, mungkin gue emang butuh bantuan profesional. 'Sakit' gue ini gak bisa lo yang nyembuhin kan?"
Juna mengusap wajahnya. "Sorry, Ga,"
Sagara menggeleng pelan. "Gwaebchana, mungkin memang udah saatnya. Lo sama Raka berhak tahu kondisi gue yang sebenarnya. Agak curang kalo gue tahu kondisi kalian, tapi kalian gak tahu kondisi gue yang sebenernya,"
Jika Wira mengangguk setuju. Dua sahabatnya itu justru terdiam ditempatnya masing-masing.
Sagara salah. Raka justru tidak setransparan itu. Juna apalagi. Dirinya bahkan jauh lebih kelam.
Beberapa saat kemudian, Sagara telah dikenalkan oleh Wira pada seorang wanita paruh baya bernama Ana, seorang psikolog dan juga ibu dari sahabatnya, Bara.
Wira memberikan ruang untuk Sagara agar bisa merasa nyaman dengan Ana. Ia memilih keluar dan bergabung di ruang tunggu bersama Raka dan Juna yang ternyata masih saling bungkam.
Senyumnya terbit tentu saja. Ia langsung teringat pada sebuah memori dimana ia pernah berada di posisi yang sama dengan mereka. Bersahabat hampir seumur hidup tentu selalu mengalami fase menyebalkan seperti salah paham satu sama lain.
Yang terbaru adalah ketika salah satu sahabatnya Christ mematahkan hati adik Bara yang membuat mereka ribut besar. Dirinya dan Adrian, yang juga sahabatnya, tentu berada di antara dua orang itu. Harus bersiap dan tetap netral. Tapi itu cukup sulit ia lakukan.
Maka ketika ia mendapati tiga anak itu, ia sedikit paham. Juna sepertinya sangat menyayangi Raka dan Sagara, jadi ketika Sagara tersakiti, tentu ia menjadi penolong pertama. Menjaga sahabatnya itu walaupun harus berhadapan dengan sahabatnya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Redup [FIN]
Teen FictionAir yang tenang justru menenggelamkan lebih dalam. Terbiasa mendapat perhatian banyak orang tidak membuatnya benar-benar tahu seperti apa rasanya diperhatikan. Menjadi figure skating hampir sepuluh tahun tidak menjadikannya merasa puas. Malam-malam...