XXIX - Senja Terbaik

2.1K 286 5
                                    

---

Langit sudah memerah ketika mereka sampai di pemakaman itu. Sagara masih menggandeng Kirana berjalan diantara makam-makam yang yang sudah mengering.

Tangannya membawa bahu Kirana mendekat pada nisan Juna. Mendekatkan tangan gadis pada nama Arjuna. Ia yakin sejak pemakaman dua bulan yang lalu, Kirana belum berani lagi ketempat peristirahatan terakhir Juna.

"Kali ini gue dateng bukan sama Raka, Ju. Dia udah terbang tadi siang. Sekarang gue dateng bareng cewek kesayangan lo,"

Kirana tersenyum kecil. Air mata kembali meleleh di pipinya.

"Hari ini akan gue biarin dia nangisin lo. Tapi gue akan tetapin janji, mulai besok gue akan jagain Kirana seperti yang lo minta, Ju,"

Kirana menggeleng pelan. "Kamu enggak perlu nyuruh sahabat kamu untuk jagain aku, Juna. Aku juga udah dewasa,"

Sagara hanya tersenyum mendengarnya. Setelah mengucapkan beberapa kalimat pada Juna, Sagara bangkit untuk memberikan waktu Kirana sendirian. Membalas surat-surat dari Juna yang tidak pernah sampai ke tangannya.

Sagara tidak pergi terlalu jauh, hanya beberapa puluh meter dari makam Juna. Matanya masih bisa melihat semua gerak gerik Kirana.

Terkadang bahu gadis itu berguncang pelan pertanda Kirana tidak bisa menahan tangisnya. Dari tempatnya Sagara hanya melihat dan memperhatikan semua itu.

Baginya ini kesempatan untuk Juna mendengar semua isi hati Kirana. Ini kesempatan untuk Juna agar tahu bahwa ia tidak jatuh cinta sendirian. Bahwa Kirana juga memiliki perasaan yang sama dalamnya.

Sagara tahu Juna tidak bisa lagi melihat dan mendengar. Sagara sangat paham bahwa tidak ada lagi kesempatan untuk Kirana. Jadi yang mampu ia lakukan untuk dua orang itu hanyalah ini.

"Banyak yang sayang sama lo, Ju. Kenapa lo pergi cepet banget gini. Padahal lo baru aja bebas dan bahagia,"

Kalimatnya juga tidak akan ada yang menanggapi. Kepala Sagara mendongak menatap langit sore. Warna jingga itu terlihat teramat indah, cantik dan mempesona.

Jika Juna masih ada, cowok itu tidak akan melewatkan pemandangan di hadapan mereka tanpa mengabadikannya di kamera. Juna suka sekali cahaya yang berpendar dari langit sore.

Sagara ingat waktu mereka mulai dekat dan menjalin persahabatan, Raka adalah tipe anak pemberontak dan terus kabur dari kakeknya yang terkenal itu. Sagara dan Juna sering menjadi sasaran cowok itu untuk diajaknya berkenala kemana-mana. Muterin Bali sampai bego, naik gunung tanpa persiapan matang, atau hanya camping di daerah-daerah yang tidak terduga.

Dari perjalanan itu, Juna akhirnya menemukan sebuah hobi yang disenanginya. Kemana-mana cowok itu selalu membawa kamera, memotret apa saja yang menarik perhatiannya. Dari sana juga, Juna akhir serius dengan dunia fotografi. Siapa sangka job nya langsung datang dari banyak pintu, semua itu juga berkat Raka yang suka sekali membuatkan sosial media instagram untuk hasil foto Juna. Banyak orang yang akhirnya tertarik menggunakan jasa cowok itu.

Awalnya hanya photoshot selebgram, lalu berkembang foto produk perusahaan star-up, dan menarik para model dan clothing line ternama menggunakan jasanya. Dari sana Juna akhirnya bisa menghasilkan pendapatannya sendiri.

Sagara juga ingat selain itu, Juna juga memiliki sisi gelapnya yang lain. Selain fotografi yang digemarinya, Juna juga suka dengan olahraga boxing. Hanya saja jalan yang ia ambil justru ilegal.

Menurut cerita Juna, Sagara tahu yang memicu kenapa boxing yang digeluti Juna karena ia dan Lenna sering kali mendapat kekerasan dari Omar. Makanya sejak SMP, diam-diam Juna mulai berkenalan dengan arena-arena ilegal. Awalnya hanya untuk melatih ketahanan dirinya tapi lama-lama ia kecanduan dan ternyata juga menghasilkan dari pertandingan ilegal yang ia ikuti.

Arjuna tidak sepenuhnya lepas memang, namun sejak kemunculan Kirana di hidupnya lagi, Juna seperti menemukan poros baru. Pikirannya tidak melulu tentang tinju, walau sesekali masih ia kunjungi jika merasa butuh pelampiasan.

Makanya Sagara tidak bisa tidak memuja sahabatnya itu. Juna terlalu sempurna untuk menjadi sahabatnya. Dikala dirinya terpuruk, Juna lah yang tidak pernah pergi dari sisinya. Bahkan ketika terjadi kesalahpahaman dengan Raka, Juna tetap membelanya. Juna tetap menjadi sahabatnya.

Jika Raka meledak-ledak karena emosi atas masalah yang ia hadapi, atau Sagara yang selalu merasa paling menderita kala itu, Juna justru hanya diam. Sakit itu ia telan sendiri. Tidak ia bagi pada siapapun.

Makanya ketika Raka memergoki Juna di rumah sakit pasca kejadian percobaan bunuh diri Lenna, dan Sagara baru tahu satu hari setelahnya, ia tidak bisa tidak merasa bersalah.

Sahabat macam apa ia selama ini? Bagaimana bisa ia hanya fokus pada diri dan masalahnya sendiri sampai abai pada apa yang menimpa Juna?

Sewaktu pembicaraannya bersama Juna malam itu mengusiknya dengan meminta bantuannya menjaga Kirana, Sagara tentu tidak keberatan. Karena selama ini Juna sudah melalukan hal yang sama padanya. Juna sudah menjaganya dengan teramat baik selama ini. Permintaan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan semua pengorbanan Juna untuk dirinya.

"Ayo, Ga,"

Sagara mengalihkan pandangan. Kirana kini sudah berdiri di sebelahnya. Tersenyum lega walaupun dengan wajah yang sembab.

"Udah selesai?"

Kirana mengangguk kecil. Tangannya terulur untuk menggamit tangan kanan Sagara lantas meremasnya pelan.

"Makasih kamu udah nunjukin surat itu. Kalo enggak mungkin sampai kapanpun aku gak tahu apa yang dirasain Juna selama ini,"

Sagara mengangguk sembari tersenyum tipis.

"Btw katanya kamu mau balik ke Korea?"

Sagara melepas genggamannya. Lalu menyandarkan tubuh pada pohon tempatnya bersabdar tadi.

"Mungkin dalam bulan ini. Belum pasti juga tanggalnya kapan. Mungkin setelah gue kelarin semua urusan Juna sama semua orang,"

"Aku boleh ikut gak?"

Sagara melongo. Jika maksud Juna menjaga Kirana dengan membawa gadis itu ikut serta dengannya ke Korea, Sagara tidak tahu apakah ia sanggup dengan tanggung jawab itu.

"Kamu janji sama Juna buat jagain aku kan? Aku mau memulai hidup baru disana. Kalo tetap di Jakarta aku gak tahu bisa atau enggak tanpa Juna,"

Permintaan itu tentu saja tidak dapat ditolak oleh Sagara. Percakapannya dengan Juna menjadi semakin keras tergiang di kepalanya.

"Gue minta tolong jagain Kirana, Ga."

"Emang lo mau pindah kemana sih?"

"Jauh pokoknya. Lo gak akan tahu,"

Sagara menatap pusara Juna. Disana ia merasa ada sahabatnya itu sedang berdiri dan mengangguk sambil tersenyum lebar kearahnya. Sagara ikut tersenyum sebelum akhirnya menatap Kirana yang masih menunggu persetujuannya.

"Oke. Tapi kalo orang tua lo ngizinin. Gue gak mau dituduh bawa kabur anak orang,"

Kirana tersenyum lebar. Mata dan wajahnya yang bengkak itu terlihat menggemaskan. Sagara bahkan tidak bisa menahan tangannya untuk mengusap puncak kepala gadis itu.

"Gue akan jaga cewek ini kayak lo ngejagain dia selama ini, Juna. Gue janji,"

---

The End!

Hai huhuhu akhirnya cerita ini selesai juga. Gila kayaknya aku nulis ini lama banget deh padahal enggak juga ya, tapi berasa lama banget karena part nya gak banyak tapi berat huhu

Maaf ya Sagara, Raka dan Arjuna. Aku enggak bermaksud bikin kalian semenderita ini. Terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Juna juga terima kasih kamu sudah hadir dan mengisi hari-hariku belakangan ini.

Kamu tetap Senja Terbaik walaupun sudah redup.

Semoga bahagia sama Mama dan Lenna, ya🤍

Terima kasih juga buat kamu udah berjuang bareng tiga anak manis ini ya.

Sampai jumpa di cerita selanjutnyaaa🤍

Love

--aku

Senja Yang Redup [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang