XVIII - Simfoni Hitam

1.8K 323 23
                                    

Satu lagi deh sebelum aku bener-bener enggak buka wattpad lagi wkwk

Guys, kalian tuh keren banget tau gak sih sih. Aku baca komen-komen sebelumnya dan pengen peluk huhu

Aku kayaknya masih orang yang egois, labil dan banyak memikirkan diri sendiri. Dan cara kalian menyampaikan pendapat tuh anjir keren banget sihhh, so wise.

Aku yakin nanti kalo kalian menikah, punya seseorang disamping kalian dan punya anak. Kalian pasti tahu bagaimana cara yang tepat untuk memperlakukan mereka.

Hmm kayaknya ini kenapa jodohku belum keliatan hilal nya wkwkwk

Dah ah byebye

Enjoy 🤍🤍

---

Play the song while you read this chapter🎶

---

Sudah hampir seminggu sejak pertemuan yang melibatkan banyak orang dan banyak emosi itu. Dan sudah hampir satu minggu, Sagara tidak kunjung keluar dari kamarnya. Suhunya normal dan tidak ada indikasi sakit fisik apapun padanya.

Kakek dan nenek juga tantenya sudah kehilangan akal mengajak anak itu keluar kamar. Yang Sagara lakukan hanya mandi, makan, melamun berjam-jam. Tidak ada kegiatan apapun.

Berkali-kali teman-temannya datang. Berkali-kali pula Yudha dan Irna datang ingin memberikan penjelasan. Namun anak itu tetap bergeming. Tidak menanggapi sama sekali.

Seperti hari ini.

Raka dan Sagara sudah kehabisan akal, jadi ketika tadi kakek dan neneknya memberi izin untuk mengangkut paksa cowok itu keluar dari kamar. Tempat pertama yang mereka tuju adalah sarang hantu.

Sebuah bangunan tua yang tampak terbengkalai, tapi digunakan beberapa orang sebagai camp untuk boxing ilegal. Tempat Juna biasa melampiaskan emosinya.

Raka memasangkan sarung tinju pada cowok yang hanya diam itu. Menariknya naik ke ring dan berhadapan dengan Juna yang kini menatapnya tajam.

"Pukul gue, Ga!"

Sagara hanya bergeming. Juna juga hanya mematung menatapnya pilu. Jadi yang maju justru Raka. Cowok itu melempar sarung tangan asal lalu menerjang Sagara.

Pukulannya mengenai wajah cowok itu, membuat Sagara mundur beberapa langkah.

"Bokap gue mati kalo lo mau tau. Membusuk di penjara tanpa pernah gue jenguk sekalipun!"

Tangannya yang terkepal kembali menyapa wajah Sagara. Kali ini pipinya dengan sangat kuat.

"Nyokap yang ilang tiba-tiba muncul gitu aja!"

Raka meraih kaos cowok itu dan meremasnya dengan kuat.

"Kalo lo merasa dunia musuhin lo sekarang, gue udah lama! Gue udah lama dimusuhin seluruh dunia, bangsat!"

Tubuh keduanya meluruh. Jatuh telentang di lantai berwarna hitam itu. Jika Raka mengumpat berkali-kali, Sagara justru mulai terisak pelan.

Juna yang melihat dua sahabatnya itu jatuh, mendekat dan memilih duduk disudut tiang ring. Bersandar loyo disana.

"Bokap gue bipolar. Nyokap gue gak jelas kerjanya apa. Kakak gue lebih parah lagi. Kita berdua hampir sering mati. Dan waktu dia kambuh, gue kadang benar-benar berharap kalo gue sama dia beneran mati,"

Raka menatap nanar pada beton kusam yang menjadi langit-langit bangunan itu. Sagara yang mendengar cerita Juna walaupun ia sudah tahu sebelumnya tetap merasa ditampar kuat.

Senja Yang Redup [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang