Malam ini Riyo kembali masuk ke dalam kamar mendiang kakaknya. Tanpa dia sadari, masuk ke dalam kamar bernuansa abu-abu ini sudah menjadi rutinitasnya selama beberapa hari terakhir. Lebih tepatnya saat dirinya mulai belajar bermain piano.
Apa yang Riyo lakukan? Tidak ada yang spesial. Dia hanya sekedar duduk atau merebahkan tubuhnya di ranjang.
Juga, dia tidak berani menyentuh barang-barang milik Niki kecuali figura foto yang berada di atas nakas. Menurunya sedikit lancang jika dia berani menyentuh barang-barang itu karna Papa ataupun Mama tidak pernah membahasnya.
Angin dingin segera menyapa kulit wajah Riyo saat dia membuka jendela. Kedua bola mata kecoklatan itu beralih menatap langit yang malam ini terlihat sangat indah. Diterangi sinar rembulan serta banyaknya bintang yang bertabur.
Dan Riyo menyukai itu.
"Riyo ngapain?"
Riyo sedikit terperanjat saat suara bariton papa Hoseok menggema di kamar ini. Syukurlah yang masuk bukan mama Eunbi.
"Oh, aku pengen ngadem bentar pa"
Papa Hoseok mengusak kepala Riyo "cari angin tuh pagi-pagi, udah ah tutup jendelanya. Dingin banget loh Ri, nanti dimarahin mama"
"Ya kalo papa nggak bilang mama nggak bakal marahin aku" jawab Riyo seraya menutup kembali jendelanya.
Papa Hoseok terkekeh "bisa aja kamu"
"Papa kenapa belum tidur?" Tanyanya duduk di samping papa.
"Harusnya papa yang tanya kayak gitu. Kamu ngapain jam segini belum tidur? Besok kan hari jum'at, belum waktunya libur"
"Kan tadi aku udah bilang cari angin pa"
"Loh dikamar kamu kan juga ada jendelanya"
"Pengen aja disini"
Papa Hoseok ber 'oh' tanpa suara. Papa tidak perlu menanyakan alasannya lagi karna mereka bertiga boleh leluasa masuk ke kamar ini dan atau tanpa alasan.
"Papa liat permainan piano kamu udah bagus, kapan nyanyi buat papa? Mama kan udah tuh" ucap papa Hoseok mengalihkan topik, ditambah wajah pura-pura cemberutnya itu membuat Riyo tak bisa menahan tawanya.
"hahaha Papah lucu banget sih cemberut gitu"
"Kamu lucu juga nurun dari papa"
"Ihh papa ngaco deh"
Papa Hoseok terkekeh lalu mecubit pipi Riyo gemas "Riyo"
"Hmm"
Riyo mengernyitkan dahinya bingung saat melihat perubahan raut wajah papa Hoseok. Dia terkejut saat melihat buliran air bening jatuh dari kedua mata papa.
"Papa kenapa?!"
Tanpa aba-aba, papa Hoseok memeluk Riyo erat. Membiarkan putranya tenggelam dengan beribu tanda tanya di kepalanya.
"Pa..."
"Kamu sakit nak?" Tanya papa dengan suara sangat pelan. Bahkan terdengar seperti berbisik.
"Enggak pa, Riyo sehat kok"
Papa Hoseok melepas pelukannya. Seketika itu Riyo dapat melihat sisi terlemah dari pria tangguh yang selalu tersenyum cerah di depannya.
"Kamu sakit... disini?"
Seketika wajah Riyo berubah sendu saat papa Hoseok menunjuk dadanya.
Papa Hoseok menggengam kedua telapak tangan Riyo "jujur... papa masih sering teringat Niki jika melihat kamu"
Hati Riyo mencelos. Jadi dugaanya selama ini benar ya? Papa dan Mama tidak sepenuhnya menganggap dia sebagai Riyo.
Genggaman tangan papa semakin mengerat kala melihat Riyo menunduk dalam.
"Papa minta maaf Riyo. Tapi percayalah, papa dan mama menyayangi kamu lebih dari apapun. Jangan pernah berfikir hanya karena kamu mirip Niki kami menganggap kamu sepenuhnya sebagai dia. Niki adalah Niki, dan kamu adalah kamu".
Riyo mendongak. Darimana papa Hoseok tau tentang hal itu? Apa Erina menceritakan semuanya pada papa dan mama? Atau... papa Hoseok memang mengerti?.
"Pa..."
Papa Hoseok kembali memeluk Riyo erat. Mengelus punggung tegap putranya yang ternyata sangat rapuh.
'Ya tuhan, semoga aku tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kali' batin papa Hoseok.
Flashback on
"Ma, papa mau keluar sebentar"
"Pa, sekalian nitip beli minyak goreng dong"
"Iya"
Barusan teman lamanya mengajak bertemu. Karena kebetulan papa Hoseok sedang tidak ada kerjaan jadi dia meng iya kan ajakan itu. Cuma sebentar saja kok.
Kali ini papa lebih memilih naik sepeda motor daripada mobil. Sayang jika motornya tidak pernah dipakai, nanti malah rusak di garasi. Mungkin jika Riyo sudah SMA papa akan memberikannya untuk anak itu.
Singkat cerita setelah bertemu dengan temannya dan membeli minyak goreng pesanan mama Eunbi, papa Hoseok berniat untuk pulang. Berhubung matahari belum terik, dia memilih jalan yang cukup jauh. Sekalian cari angin.
Tapi siapa sangka dia malah melihat Riyo dengan seorang gadis yang tak lain adalah anak dari tetangga baru mereka. Papa Hoseok menghampiri keduanya berniat menanyakan sedang apa dan kapan pulang, tapi... sebuah kalimat yang diucapkan Riyo membuat langkah kakinya terhenti.
Dan sejak saat itu papa Hoseok tau bahwa Riyo kesakitan.
Flashback off
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE | Ni-Ki✔
Fanfiction𝗦𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗢𝗙 𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗚𝗢𝗗 "Seandainya aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan dengan wajah yang mirip seperti dia."