Kedua kaki jenjang itu melangkah pelan, melewati satu-persatu gundukan tanah dengan ukiran nama berbeda-beda. Langkahnya terhenti saat menemukan satu gundukan tanah dengan nama yang tak asing lagi. Dia berjongkok, mengelus pelan nisan itu.
"Lama nggak ketemu Nik. Maaf gue baru bisa dateng lagi sekarang"
***
"Kalian duluan aja, aku mau mampir ke suatu tempat" ucap Riyo kepada Juan dan Erina yang sedang menunggunya membereskan buku-buku.
"Kemana? Kita ikut boleh?" Tanya Juan.
Riyo menggeleng kecil "jangan, aku mau pergi sendiri"
Bahu Juan melemas, padahal kan dia ingin sekali ikut. Sementara Erina mengangguk kecil "kamu udah izin sama orang tua kamu?"
"Udah kok tenang aja"
"Yaudah kalau gitu kita duluan, hati-hati dijalan Riyo" ucap gadis itu.
"Riyo jangan kelamaan nanti mama kamu nyariin" tambah Juan. Beberapa kali mamanya Riyo pernah menghubunginya karena Riyo pulang terlambat. Itulah kenapa dia mengatakan hal tersebut.
Riyo membentuk gestur 'OK' dengan jarinya. Tidak perlu khawatir karna kali ini Riyo benar-benar sudah meminta izin pada mama dan papa sebelum berangkat sekolah.
Setelahnya Riyo bergegas keluar kelas, menuju tempat yang akan ia datangi. Waktu yang diberikan mama Eunbi sangat terbatas jadi dia harus memeanfaatkan sebaik mungkin.
Denting lonceng kecil berbunyi saat Riyo membuka pintu. Saat itu ia langsung disambut oleh seorang wanita paruh baya yang sepertinya seumuran dengan mama eunbi.
"Selamat datang"
Riyo tersenyum simpul sebagai balasan.
"Mau cari bunga apa nak?"
"Eum mawar putih"
Wanita itu tersenyum "kamu mau mengunjungi seseorang?"
Riyo mengangguk kecil.
"Baiklah tunggu sebentar" ucapnya berlalu dari hadapan Riyo.
Tak lama, dia kembali dengan beberapa tangkai mawar putih serta kertas yang akan ia rangkai menjadi sebuah buket bunga.
"Ngomong-ngomong kamu mengingatkan saya dengan seseorang" ucap wanita itu tanpa menatap Riyo. Dia masih sibuk memotong tangkai bunga.
Riyo menatap wanita itu "benarkah?"
Wanita itu mengangguk "kamu sangat mirip dengan seseorang yang pernah saya kenal, meskipun hanya sebentar"
"Ah begitu"
Wanita itu tersenyum lalu menyerahkan satu buket krisan putih yang baru saja selesai dirangkai "pesananmu"
"Ah, terimakasih. Berapa harganya?" Tanya Riyo seraya merogoh saku jas sekolahnya.
"Tidak usah, bawa saja"
Riyo mendongak "tapi bu——"
"Saya tidak menerima penolakan" ucapnya tersenyum hangat.
"Terimakasih banyak bu" ucap Riyo menunduk 90 derajat.
"Iya sama-sama"
Senyum Riyo mengembang menatap sebuket bunga mawar yang ada di tangannya. Setelah sekian lama akhirnya dia berkesempatan datang sendirian, tanpa papa dan mama.
Dan disinilah Riyo berada. Di sebuah pemakaman umum, rumah dari mendiang kakanya. Niki Jung.
Pandangannya menyipit kala melihat seseorang sedang berjongkok di samping makam kakaknya. Dari posturnya Riyo dapat menebak dia seorang laki-laki. Sayangnya wajah orang itu tidak terlihat jadi Riyo tak dapat mengenali siapa itu.
Apa papa Hoseok? Sepertinya tidak mungkin karna papa pasti mengajak mama juga jika datang kemari.
Riyo memberanikan diri mendekat ke orang itu. Sebenarnya dia sedikit takut tapi tidak mungkin juga dia kembali padahal baru sampai.
"Permisi" ucap Riyo pelan.
Orang itu membalikkan wajahnya, dan seketika Riyo dapat melihat keterkejutan di wajah itu. Bahkan dia sampai jatuh terduduk.
"Eh om, kenapa?"
"N-nggak mungkin" racaunya seraya menggelengkan kepala.
"Om, om gapapa kan?" Riyo mengguncang pundak lelaki itu pelan.
"N-niki..."
"Om kenal kakak saya?"
Lelaki itu semakin terkejut "k-kakak?"
Riyo mengangguk "makam ini adalah kakak saya" jawabnya menunjuk makam dengan nisan berukir nama Niki.
Lelaki itu tak menjawab, sibuk menormalkan detak jantungnya yang seperti akan meloncat keluar. Sementara Riyo diam, menunggu penjelasan lelaki dewasa yang ada di depannya.
"Jadi... kamu adiknya?" Tanyanya dengan nada lebih rileks.
Riyo mengangguk kecil "Iya"
Lelaki itu mengulurkan tangannya "saya So Junghwan, sahabat Niki"
Tbc...
Welcomeback!
Oiya yg di toko bunga itu mamanya yurim (baca dear god), tapi karakternya cuma sampe disini😊 di part selanjutnya nggak muncul lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE | Ni-Ki✔
Fanfiction𝗦𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗢𝗙 𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗚𝗢𝗗 "Seandainya aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan dengan wajah yang mirip seperti dia."