Play mulmed⬆️
***
Riyo menyembunyikan tubuhnya dengan selimut tebal. Mengabaikan seruan orang-orang yang sudah berkali-kali memanggil namanya dan membujuknya untuk keluar.
Sudah seminggu berlalu. Dan Riyo masih setia mengubur dirinya di dalam sebuah lubang kesedihan tanpa berusaha untuk keluar.
Kematian kedua orang tuanya sangatlah mendadak. Tanpa kata pamit dan sebuah salam perpisahan.
Dan Riyo... kembali menyalahkan dirinya.
Ia memejamkan matanya saat satu persatu liquid bening mulai meluncur dari matanya yang sayu. Membiarkan dirinya menangis lagi, lagi, dan lagi sampai air matanya kering.
Sementara diluar kamar, Junghwan menghembuskan nafas pelan karna lagi-lagi ia gagal membujuk Riyo untuk keluar. Tapi ada sedikit rasa lega karna Riyo selalu memakan makanan yang ia taruh di depan pintu, meskipun hanya sedikit setidaknya perut anak itu tidak benar-benar kosong.
Semenjak pemakaman selesai Riyo mengurung dirinya di dalam kamar dan tidak mau menemui siapapun hingga sekarang. Bahkan ketika teman-temannya datang, dia sama sekali tidak mau keluar bahkan menjawab panggilan mereka.
"Riyo, makanannya om taruh di depan pintu ya. Om mau pergi sebentar ke mini market"
Junghwan menaruh nampan berisi sepiring makanan serta segelas air putih di depan pintu kamar Riyo. Lalu dia berbalik badan dan turun kebawah.
Riyo kembali membuka matanya saat dirasa keadaan diluar kamar sudah hening. Yang artinya Junghwan sudah pergi dari sana. Satu persatu telapak kakinya menyentuh lantai marmer yang dingin lalu berjalan lunglai ke arah pintu kamar.
Cklek.
Seperti pemandangan seminggu terakhir ini, selalu ada nampan makanan di depan pintu.
Riyo menunduk menatap nampan makanan itu. Dia merasa merepotkan semua orang terutama So Junghwan, lelaki yang bahkan baru ia kenal beberapa waktu yang lalu. Tapi tanpa keberatan, ia rela menemani Riyo di rumah ini. Membujuknya, dan juga menyiapkan makanan-makanan ini. Akan tetapi, dengan tidak tau dirinya Riyo malah mengabaikan semuanya.
"Maafin aku"
***
Malam ini, Riyo duduk di depan jendela ditemani dengan sebuah lilin yang ia nyalakan. Beberapa saat yang lalu ponselnya bergetar dan sebuah alarm dengan judul my birthday muncul di layar. Ah, bahkan Riyo tidak ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Ulang tahun yang sangat menyedihkan.
Riyo menatap api kecil itu tanpa berniat meniupnya. Jika di ulang tahun sebelumnya Riyo akan mengucapkan berbagai harapan baik, maka di ulang tahunnya yang ke 15 ini dia tidak membuat harapan apapun. Apa yang akan ia harapkan? Hidup normal? Tidak, karna kepergian papa dan mama seakan ikut membawa separuh jiwa Riyo pergi. Riyo seakan hidup hanya dengan setengah nyawa.
"Papa, mama, aku kangen kalian" lirihnya dengan suara bergetar.
Harusnya malam ini mereka sedang mengadakan pesta kecil-kecilan dengan sebuah kue tart coklat serta lilin bertuliskan angka 15 di atasnya. Memakai topi kerucut serta menyanyikan lagu happy birthday.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE | Ni-Ki✔
Fanfiction𝗦𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗢𝗙 𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗚𝗢𝗗 "Seandainya aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan dengan wajah yang mirip seperti dia."