2k yuhuu, makasih banyak pren😘
Vote dan comment nya dikencengin juga yaa❤
Selamat membaca!!***
Riyo menautkan kedua telapak tangannya di bawah meja, sembari memandang ke luar jendela. Lima menit sudah berlalu tetapi lelaki yang mengenalkan dirinya sebagai sahabat mendiang kakaknya ini belum membuka suara sedikitpun. Bahkan dia mendiamkan secangkir coklat panas yang dipesannya."Kamu umur berapa?" Tanya So Junghwan memecah keheningan.
Riyo menoleh "14 tahun" dalam hati dia bernafas lega akhirnya lelaki dewasa itu membuka pembicaraan.
Junghwan terlihat mengerutkan dahi, tapi tak lama kemudian ekspresinya kembali seperti semula "Sebelumnya apa kamu pernah liat wajah saya? Difoto milik Niki mungkin"
Riyo menggeleng "saya nggak pernah buka-buka barang punya kakak"
Junghwan tersenyum tipis saat mendengar anak ini menyebut sahabatnya 'kakak'. Tiba-tiba saja terfikirkan, andai saja dia masih ada disini.
"Ah begitu ya"
"Iya... om?"
Junghwan terkekeh "panggil om juga nggak apa-apa, meskipun saya sahabat kakak kamu tapi umur saya udah nggak cocok dipanggil 'kak'"
Riyo mengangguk seraya tersenyum canggung.
"Diminum Riyo, saya yang bayar kok tenang aja" ucapnya seraya menyesap coklat panas yang asapnya mulai menghilang tanda minuman itu sudah mulai dingin.
"Iya om"
"Kamu masih ada waktu luang?"
Riyo melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, setelahnya dia mengangguk. Waktu yang diberikan mama Eunbi masih sepuluh menit lagi.
"Mau dengar cerita tentang kami?"
Riyo menatap Junghwan. Yang ditatap menyunggingkan senyum hangatnya. Tanpa menunggu anak itu menjawab, Junghwan sudah memulai ceritanya.
"Saya berteman dengan Niki dan tiga sahabat saya yang lain sejak SMA kelas 10. Waktu itu kita sama-sama dihukum saat MOS karna tidak memenuhi perlengkapan. Awalnya kita sama-sama cuek tapi berkat satu sahabat kita yang cerewetnya minta ampun akhirnya kita jadi lengket banget kayak perangko sampai kelas 12" Junghwan tersenyum mengingat masa-masa SMA mereka yang dipenuhi canda tawa. Jika saja waktu bisa diputar, Junghwan ingin merasakan sekali lagi. Dia rindu tawa sahabat-sahabatnya.
Riyo tetap diam tanpa berniat menyela. Dia tahu Junghwan masih belum selesai bercerita.
"Kadang saya heran sama kakak kamu, dia itu pendiem tapi betah banget temenan sama kita yang berisik nya minta ampun" sekali lagi Junghwan terkekeh.
Tapi setelah itu senyumnya perlahan pudar, digantikan dengan raut sendu "meskipun kita selalu ketawa bareng tapi nyatanya banyak hal yang nggak kita tau" Junghwan menatap Riyo tepat di matanya "dan Niki adalah orang yang menyembunyikan hal paling besar"
"Dia capek... juga sakit. Dan dia sembunyiin itu dari kita berempat, sahabatnya" lanjutnya.
Riyo tertegun. Tib-tiba dadanya seperti dihantam sesuatu yang besar. Sesak.
"Dia——"
"Cukup"
Junghwan terdiam.
"Maaf om, saya harus pulang"
"Saya antar"
"Nggak usah om, saya udah pesen taksi. Permisi" Riyo berlalu dari hadapan Junghwan. Entah kenapa dia tidak sanggup mendengarnya lebih jauh.
Sementara itu, Junghwan menatap kepergian Riyo dengan tatapan sendu. Dia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, jari-jarinya bergerak lincah di atas papan keyboard. Mencari kontak seseorang.
"Halo"
"Gue ketemu seseorang" ucapnya langsung.
"Ketemu siapa?"
"Adiknya Niki"
"..."
***
"Aku pulang"
Grep
"Kamu kemana aja? Mama khawatir Riyo"
Riyo membalas pelukan mama Eunbi "maaf aku telat"
Mama Eunbi melepas pelukannya lalu menangkup wajah Riyo "lain kali kabarin mama, jangan bikin mama khawatir"
Riyo mengangguk kecil. Sebenarnya Riyo tidak pulang dengan taksi tapi dia berdiam diri di halte cukup lama setelah itu baru pulang naik bus. Ya, dia berbohong pada Junghwan.
"Yaudah kamu mandi ya habis itu makan"
"Ma, aku boleh liat album foto kakak?"
Mama Eunbi terdiam selama beberapa saat, lalu dia mengangguk kecil "boleh, ambil aja di laci meja belajar kakak"
"Makasih ma, aku ke kamar dulu"
"Iya"
Selesai mandi dan makan, Riyo bergegas masuk ke kamar milik Niki. Dia segera membuka laci meja belajar. Disana, dilaci paling bawah Riyo menemukan sebuah album yang cukup tebal.
Dia terbatuk kecil saat menepuk cover album yang sedikit berdebu. Wajar saja karena barang itu sudah cukup lama tersimpan.
Saat pertama kali membuka album itu, Riyo disuguhi dengan foto papa, mama, dan Niki saat kecil. Seperti keluarga pada umumnya, mereka saling bergandengan tangan dan tersenyum bahagia.
"Kak Niki pasti disayang banget sama papa dan mama"
Riyo kembali membuka lembar demi lembar. Dari sini Riyo tahu, selain dance ternyata Niki juga suka fotografi. Mungkin hanya foto-foto masa kecil yang difotokan orang lain, tapi selebihnya adalah hasil foto milik Niki. Terbukti dari banyaknya foto-foto saat masa sekolah, lebih tepatnya masa SMA.
Disitu Riyo melihat So Junghwan, lelaki yang tidak sengaja dia temui tadi siang. Dan juga alasan kenapa Riyo mau menyentuh benda ini. Di foto itu ada dua orang perempuan dan tiga orang laki-laki termasuk Niki. Sepertinya mereka adalah sahabat yang dimaksud Junghwan.
Riyo memandang lekat wajah Niki. Tiba-tiba saja dia merasakan sesak, persis seperti saat Junghwan menceritakan masa lalu mereka.
"Kak... dulu sakit banget ya?" Satu tetes air mata jatuh lalu disusul tetesan yang lainnya.
Bahunya bergerak naik turun seiring isakan yang tak bisa ditahan "m-maafin aku kak hiks..." ucapnya dengan bibir bergetar.
Dia memeluk album foto itu, membiarkan air mata dan isakannya memenuhi ruang penuh kenangan ini.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE | Ni-Ki✔
Fanfiction𝗦𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗢𝗙 𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗚𝗢𝗗 "Seandainya aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan dengan wajah yang mirip seperti dia."