"Selamat pagi Riyo!!"
Riyo tersenyum kaku karna menjadi pusat perhatian siswa siswi yang berjalan masuk ke sekolah. Ini semua karna Kim Erina yang dengan tidak tau malunya berteriak melengking, mana memanggil namanya pula.
"Eh Rina, anak perempuan jangan teriak-teriak begitu ah, malu" ucap seorang pria dewasa keluar dari mobil yang ditumpangi gadis itu.
Erina membalas dengan cengiran lebar serta mengangkat dua jari membentuk tanda peace "maaf pa"
"Oh halo Riyo, selamat pagi"
Riyo membungkuk sopan lalu tersenyum menjawab sapaan papa Erina "Selamat pagi om Taehyung"
Namanya Kim Taehyung, ayah dari Kim Erina.
Taehyung tersenyum "kalau begitu papa pergi dulu ya, Erina dan Riyo belajar yang rajin"
"Siap papa!"
"Iya om"
Taehyung melambaikan tangannya yang dibalas kedua anak itu. Setelah mobil hitam taehyung menjauh, Erina menyenggol lengan Riyo.
"Gimana?"
Riyo menaikkan satu alisnya.
Gadis itu berdecak "kamu jadi ketemu temen-temen lama kakakmu?"
"Jadi" jawab Riyo seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam sekolah diikuti Erina.
"Terus perasaan kamu sekarang gimana? Apa udah lebih baik?"
Sebenarnya Riyo sangat malas meladeni gadis cerewet ini, tapi jika diabaikan pasti Erina tidak akan berhenti bertanya. Kemudian membuatnya sakit kepala di pagi hari yang cerah ini.
"Hm, lumayan"
"Ih yang jelas dong iya apa enggak! Jangan lumayan doang!"
Riyo memutar bola matanya "oh—JUAN!"
Dalam hati Riyo bersorak senang. Jeon Juan memang penyelamat. Secepat kilat dia berlari menghampiri Juan meninggalakan Erina.
"Eh Riyo kok aku ditinggal sih!"
Sesampainya di samping Juan, Riyo merangkul bahu anak manis itu. Mengabaikan Erina yang baru saja memberikan satu pukulan di lengannya.
"Kalian berdua berantem mulu deh. Jodoh baru tau rasa!"
"Eww" kompak keduanya membuang muka. Membuat Juan tertawa dengan reaksi mereka.
"Oiya, besok siang kalian ada acara nggak?"
"Aku enggak" jawab Riyo.
"Aku juga enggak"
Juan menjentikkan jarinya "bagus. Aku mau ngajak kalian ke suatu tempat, mau nggak?"
"Mau banget!" Jawab Erina semangat 45.
"Kamu gimana Ri?"
Riyo mengangguk singkat sebagai jawaban.
Juan bersorak kecil "oke, kalau gitu aku tinggal ajak Ayden. Besok ya sepulang sekolah kita kumpul di rumahku"
"Okey"
***
Lagi dan lagi, malam ini Riyo sudah berada di kamar Niki. Semenjak pertemuannya dengan teman lama kakaknya, kamar ini seakan menjadi kamar kedua baginya. Hampir setiap malam Riyo masuk ke kamar ini entah ingin melihat sesuatu atau sekedar merebahkan diri hingga tertidur sampai besok pagi.
Seperti saat ini, Riyo sedang merebahkan diri seraya menatap langit-langit kamar yang tak pernah berubah. Dalam hati kecilnya dia ingin sekali melihat barang-barang milik kakaknya yang tersimpan rapih di dalam lemari tapi disatu sisi dia juga sedikit enggan. Takut membuat mama Eunbi marah. Yaa, meskipun wanita itu tidak pernah memberinya larangan apapun tentang kamar ini.
Tok tok tok
Riyo menoleh ke arah pintu saat mendengar ketukan. Tak berselang lama, pintu putih itu terbuka menampakkan wajah mama Eunbi yang tersenyum hangat.
"Makan malam dulu yuk, papa udah pulang"
"Ah oke"
Ya, sudah tradisi di keluarga mereka makan malam harus menunggu anggota keluarga lengkap. Kecuali jika papa Hoseok sedang ada kerja di luar kota. Entah tradisi itu memang sudah ada sejak dulu atau... ada disaat Riyo sudah lahir saja?.
Sepertinya pilihan kedua jawabannya.
Riyo menggelengkan kepala pelan seraya beranjak mengikuti perintah mama Eunbi yang sudah lebih dulu turun ke bawah.
Senyuman papa Hoseok menyambut kedatangannya.
"Gimana hari ini?" Tanyanya.
Untuk sejenak Riyo bergeming. Dia baru saja menyadari ternyata kalimat sederhana itu tidak setiap hari Niki dapatkan. Seharusnya tidak ada alasan untuk Riyo iri kan?.
Tap
"Oh—" kesadarannya kembali saat satu tepukan mendarat mulus di bahunya.
"Riyo, ngapain kamu masih berdiri disitu? Duduk sini"
"Ah iya ma"
Mama Eunbi menggelengkan kepalanya pelan.
"Eum tadi papa nanya apa?" Tanya Riyo sesaat setelah mendudukan dirinya di kursi.
"Gimana hari ini? Sekolahnya lancar kan nggak ada masalah?"
Riyo mengangguk "lancar kok pa"
Papa Hoseok tersenyum "syukurlah. Kalau ada apa-apa bilang ya sama papa atau mama"
"Iya pa"
Setelah itu mereka bertiga fokus dengan makanan di piring masing-masing.
Riyo mengunyah nasinya pelan. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin ia tanyakan kepada orang tuanya. Tapi apakah sekarang waktu yang tepat?.
"Pa, ma"
Sontak mama Eunbi dan papa Hoseok mengangkat kepalanya bersama.
"Ya Riyo?"
Riyo meletakkan sendoknya dan menaruh kedua tangannya di bawah meja. Ia gugup, sungguh.
"Eum itu.. apa bener dulu hubungan kalian sama kak Niki nggak baik?" Tanyanya pelan. Sangat pelan nyaris seperti berbisik.
Tetapi karena suasana sepi yang mendukung, papa Hoseok dan mama Eunbi tentu saja mendengar jelas pertanyaan itu. Mereka hanya mampu terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Riyo menunduk. Apa pertanyaanya menyakiti hati mama dan papa?
"Riyo, selesaikan makannya dulu ya" hanya satu kata yang keluar dari mulut papa Hoseok.
Sedangkan mama Eunbi melanjutkan acara makannya tanpa sepatah katapun.
"Iya pa" jawab Riyo pelan.
Riyo menghela nafas pelan. Ia sedikit menyesal, harusnya ia tak menanyakan hal itu sekarang dan membuat suasana menjadi canggung.
Tbc.
Halo teman-teman~ apa masih ada yang nungguin book ini???
Hehe, minta maaf ya aku baru bisa up sekarang karna mentok banget ini otak😭 di buku sebelah aku bisa up karna alurnya lebih santai, sedangkan di sini alurnya agak berat jadi tolong di maklumin kalau aku up nya lama🙏🙏
Oiya part ini nggak pake judul because aku bingung mau ngasih judul apa wkwk apa sekali ya author ini.
Mungkin di beberapa part selanjutnya juga ada yang nggak pake judul.Oke segitu aja bacotan akuuu
Sampai jumpa di part selanjutnya!!!
Bye bye~
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE | Ni-Ki✔
Fanfiction𝗦𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗢𝗙 𝗗𝗘𝗔𝗥 𝗚𝗢𝗗 "Seandainya aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan dengan wajah yang mirip seperti dia."