12 - Mulai Terbuka

623 150 5
                                    

"Selamat pagi Riyo!"

Riyo menghembuskan nafas pelan. Tanpa menengok pun dia sudah tau siapa yang berteriak, tentu saja si manis Jeon Juan. Tapi hari ini sedikit berbeda karna ada Kwon Ayden di samping laki-laki manis itu.

"Pagi Riyo" sapa Ayden tersenyum.

"Pagi juga" jawab Riyo singkat lalu dia berjalan lebih dulu dari kedua temannya.

Juan menyenggol lengan Ayden yang berdiri di sampingnya "dia beda. Apa mungkin lagi ada sesuatu?" Bisiknya.

"Aku bukan cenayang"

Sontak saja jawaban Ayden membuat Juan berdecak kesal. Dia juga tau temannya itu bukan cenayang. Tapi dia sedang mengajaknya menerka suasana hati Riyo.

"Ihh aku juga tau den!"

Ayden terkekeh "bercanda. Iya aku juga ngerasa beda sama Riyo pagi ini, nanti coba kita tanyain pelan-pelan"

Juan mengangguk kecil "yaudah aku mau ke kelas"

"Yaa"





Sementara itu di dalam kelas Riyo memilih menelungkupkan kepalanya di atas meja. Dia tidak sakit, hanya masih kepikiran dengan cerita masa lalu Niki. Ya, Riyo memang tidak sanggup mendengar lebih jauh saat pria bernama So Junghwan akan menceritakan semuanya, tetapi saat dia mulai membuka satu persatu lembar foto di dalam album lama milik kakaknya, rasa ingin tahu nya mendadak muncul.

Mungkin ada sesuatu yang bisa merubah pandangan Riyo terhadap orang tuanya dan juga Niki.

Tapi, entahlah...

Puk puk

Riyo mengangkat kepalanya saat merasakan dua tepukan pelan di pundaknya.

"Kamu kenapa? Sakit?"

Ah, ternyata Juan.

Riyo menggeleng "enggak kok"

"Beneran? Ke UKS aja ya, nanti aku izinin" katanya dengan wajah khawatir.

"Enggak Juan, aku nggak apa-apa. Tadi cuma pengen aja"

Lelaki manis itu menghembuskan nafas pelan "kalo ada sesuatu cerita ke aku, Ayden, atau Erina. Sekarang kita kan temen"

Tanpa menunggu jawaban Riyo, Juan memilih duduk dan membuka buku paket bahasa Indonesia. Mata pelajaran pertama hari ini.

Sementara Riyo terdiam. Memikirkan apakah dia harus menceritakan kepada teman-temannya?.




***



Ayden mendecak kecil saat mendengar permainan piano Riyo sangat berantakan. Beruntung dia bermain di luar ekstrakulikuler, jika tidak sudah pasti Bu Tiffany selaku pembimbing ekskul musik akan marah.

"Ri, mending berhenti deh, berantakan banget"

Sesaat setelah Ayden berkata demikian, Riyo menghentikan permainan pianonya.

Ayden menggelengkan kepalanya. Awalnya dia berniat bermain biola selama jam istirahat, tapi ternyata sudah ada Riyo yang sedang duduk di kursi piano. Jadi dia membatalkan niat bermainnya.

"Juan pasti udah ngomong sama kamu kan. Jadi... kenapa?" Tanya Ayden berdiri di samping piano.

Riyo menundukkan kepala "Aku ngerasa bersalah den"

Ayden belum berniat membuka mulutnya. Dia akan membiarkan Riyo bercerita sampai selesai.

"Bahkan aku nggak tau gimana kehidupan dia tapi... dengan gampangnya aku berfikir negatif ke dia tentang apa yang aku alamin sekarang"

Ayden terhenyak saat isakan kecil mulai keluar dari bibir Riyo. Bahu lelaki itu bergerak naik turun seirama dengan isakannya.

Tanpa pikir panjang, Ayden memeluk Riyo. Mengusap punggungnya pelan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia terlalu bingung mengucapkan kata-kata penenang karna dia tidak tau pasti apa masalah yang sedang Riyo hadapi.

"Den, a-aku ——"

"Stt. Nangis aja gapapa, laki-laki juga boleh nangis kok. Karna kita sama-sama manusia yang punya perasaan"

Waktu istirahat mereka dihabiskan untuk Riyo menangis dan menceritakan semuanya. Mungkin jika Juan tau hal ini dia akan mengomeli Riyo karna tidak menceritakan padanya juga.

"Kayaknya kamu harus dengerin semua cerita tentang dia. Bahkan pria yang katanya temen kakakmu itu mau membuka  luka lamanya, jadi kenapa kamu nggak coba dengerin. Mungkin setelah denger ceritanya, kamu bakal menemukan jawaban yang selama ini kamu cari"

Riyo memainkan kuku jarinya satu sama lain. Apa yang dikatakan Ayden benar, padahal ada So Junghwan yang juga terluka, tapi kenapa Riyo merasa seolah hanya dirinya yang terluka?.

"Aku nggak nyalahin kamu, Ri. Kamu juga manusia biasa" lanjut Ayden.

Riyo mendongak, menatap wajah teman yang belum lama ia kenal.

Ayden tersenyum lalu menepuk pundak Riyo "kamu nggak harus dengerin sekarang, pelan-pelan aja dan jangan pakasakan diri kalo kamu memang belum siap"

Krrriingggg

"Udah bel masuk, ayo ke kelas"

Riyo menerima uluran tangan Ayden lalu tersenyum tipis "makasih, Ayden"

"Nggak masalah. Oiya, aku harap kamu juga ceritain ini ke Juan karna gimanapun dia lebih dulu berteman sama kamu. Nanti dia nggak cuma marah sama kamu tapi marah sama aku juga" ucapnya tertawa kecil sembari membayangkan wajah cemberut Juan.

Riyo ikut terkekeh.

Mungkin sudah saatnya dia lebih terbuka pada ketiga temannya.




Tbc...

HOPE | Ni-Ki✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang