Duatujuh.

4K 491 145
                                    

Di tempat lain, Taehyung pagi ini sudah bangun dan beraktivitas seperti saat dia belum pergi ke Busan. Taehyung ikut menemani nenek nya berkebun, setelah hari dimana dia bertemu kedua orang tua Mingyu, Taehyung semakin gelisah dan tidak bisa tidur dengan tenang.

Di luar dugaan, kedua orang tua Mingyu membuka kedua lengannya lebar lebar untuk menyambut kedatangan Taehyung, tidak banyak bicara kala Mingyu mengakui janin dalam kandungan nya itu sebagai darah dagingnya sendiri, kedua orang tua Mingyu juga menyayangi anak ini sebagai pewaris nya.

Tidak sekaya Jungkook bukan berarti kehidupan Mingyu itu kekurangan, dia terlahir menjadi anak tunggal dari ibu yang berprofesi sebagai dokter kecantikan. Belum lagi ayahnya adalah pemilik rumah makan bintang 5, memang tidak seperti kedua orang tua Jungkook yang menjadi pengusaha ternama, setidaknya itu lebih dari cukup untuk menghidupi Taehyung beserta anaknya.

Mingyu sudah menitipkan pesan, dia mengatakan jika sebelum sore nanti Mingyu juga kedua orang tuanya akan sampai kembali di Daegu, karena itu setelah berkebun santai banyak persiapan untuk menyambut kedatangan mereka. Namjoon juga Seokjin ada di sana, dia beberapa hari ini turut sibuk membantu masalah yang tengah Taehyung hadapi.

Meskipun tidak memiliki ibu dan ayah, Taehyung memiliki bibi yang tidak lain adalah ibu Namjoon, tidak kalah perhatian nya, pagi ini dia memasakkan Taehyung makanan khusus ibu hamil, padahal Taehyung sudah menolak, dia mengatakan jika dirinya bukanlah ibu ibu.

"Hey, sedang apa? Tidak baik melamun sendirian, kenapa tidak masuk?" Tanya Namjoon, mengelus punggung sempit adik sepupu nya itu.
Taehyung melirik ke arah Namjoon, dia tersenyum dan menggeleng perlahan. "Hyung, apa keputusan ku benar?" Ucap Taehyung. Ah, jadi Omega laki laki ini tengah ragu dengan keputusan nya sendiri? Namjoon hanya tersenyum kecil menanggapi itu.

"Kenapa? Mingyu juga orang yang baik kan? Dia ada sampai di titik ini karena ketulusan nya." Ucap Namjoon. Taehyung kian merasa ragu, dia memasang wajah yang sulit untuk di artikan. "Karena itu Hyung, Mingyu begitu baik, dia juga masih menempuh jenjang pendidikan nya. Aku merasa bersalah telah mengganggu kuliah nya dengan masalah ini, aku merasa orang sebaik Mingyu tidak pantas berkorban untukku." Ucap Taehyung.

Mingyu masih tetap kuliah, dia berada di HYB itu bukan atas dasar beasiswa, Mingyu masuk di sana dengan uang tebal orang tuanya. Karena itu tidak ada alasan untuk mengeluarkan Mingyu dari kampus, dia mampu membayar setiap semester yang dia butuhkan. Bahkan, Mingyu berjanji pada Taehyung untuk membawa nya kembali berkuliah setelah anak mereka lahir, anak mereka? Benar, sebegitu nya Mingyu mencintai Taehyung.

Mingyu tau, Taehyung tidak akan bisa berkuliah setelah beasiswa nya di putus. Tapi tidak saat dia mampu membayarnya, banyak para orang tua yang lanjut berkuliah setelah memiliki anak atau baru saja melakukan pernikahan, tidak ada syarat untuk itu, selagi mereka mampu membayar nya tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu.

"Mingyu mungkin banyak berkorban untuk itu, tapi apa kau tau dia begitu mencintai mu juga anak ini? Dia hampir tidak pernah mengeluh untuk mu, Taehyung." Ucap Namjoon. Taehyung mengingat semua yang Mingyu lakukan untuknya, dia mengingat hari dimana Mingyu selalu ada untuk sekedar menghibur kehidupan Taehyung.

"Kau masih mengharapkan Jungkook datang?" Ucap Namjoon. Mendengar nama itu di sebut, Taehyung mengepalkan tangannya kuat kuat. Tidak benci, Taehyung hanya merasa sangat kecewa pada laki laki itu, dia merasa rasa kecewa ini bahkan lebih membunuh dari sekedar rasa benci.

"Aku berharap tidak pernah bertemu lagi dengan nya Hyung, meskipun begitu aku begitu menyayangi Yuna juga ibunya." Jelas Taehyung.

Hari yang kini mulai siang setelah perbincangan singkat itu, Taehyung baru saja memasuki kamar nya hanya untuk sekedar beristirahat. Belum beberapa menit dia rebahan, Taehyung merasa perutnya begitu nyeri, rasanya sakit hingga Taehyung tidak sanggup untuk sekedar bersuara. Dia berusaha bangun meskipun begitu tertatih, dia meraba tiap pegangan untuk membantunya tetap kuat berpijak.

RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang