Nanteta«HIATUS»

Chapter [25]

Pagi datang dengan biasnya yang cerah seperti biasa. Puluhan bahkan ribuan juta orang di dunia ini mungkin sedang berbahagia hari ini. Berbeda dengan Dante. Mendung tampak sekali menggelayuti wajahnya yang masih tampak pucat. Seragam sekolah sudah terpakai lengkap ditubuhnya, hanya saja, Dante lebih memilih duduk lagi di tempat tidurnya. Benar-benar terlihat sekali jika Dante memang tidak niat untuk pergi ke sekolah hari ini.

Sudah hampir sepuluh menit Dante di posisi seperti itu. Duduk diam tak bergeser sedikit pun. Tubuhnya memang diam, tapi percayalah bahwa pikiran Dante sedang berkelana kemana-mana. Hingga waktu menunjukkan jam tujuh kurang lima belas menit, Dante pun mulai bergerak.

Sebenarnya Dante sedang menunggu taksi online sih, karena dirinya sadar tubuhnya masih belum kuat untuk diajak sok hari ini. Berdiam diri di rumah pun hanya akan membuat Dante semakin dilanda stress. Maka terkumpul lah niat nya untuk masuk sekolah. Mulai dari mengambil tasnya kemudian menyeret kakinya untuk keluar dari rumah besarnya itu yang seperti tak berpenghuni.

Setelah memastikan pintu rumahnya terkunci dengan baik, Dante kembali melanjutkan langkahnya menuju gerbang, ia akan menunggu pesanan taksinya di sana saja agar memudahkan sopir taksi untuk menemukan dirinya, lebih ke mempersingkat waktu sih.

Jam yang berada ditangan Dante sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit, dan sudah dipastikan sepuluh menit lagi gerbang akan segera ditutup sedangkan taksi yang Dante pesan belum menunjukkan tanda-tanda akan datang. Ah, Dante tak pernah  seperti ini sebelumnya. Karena dirinya tipe anak rajin dan disiplin dengan peraturan yang berlaku. Dan itu adalah hasil didikan dari ayahanda tercinta. Sehingga, membuat Dante yang pertama kali berangkat ke sekolah di jam segini merasakan sensasi yang sungguh membuat hati tidak tenang.

TINNN!

"ANJER KAGET!" Spontan saja Dante mengumpat, matanya juga ikutan melotot. Tak lupa tangannya memegangi dadanya. Siapa tau jantung nya bisa copot kan? Tapi sungguh, dirinya benar-benar sangat kaget loh.

Dan dengan tampang polosnya pak supir malah tersenyum tiga jari seperti tak merasa bersalah sedikitpun. hanya mengelus dada pasrah yang bisa Dante lakukan. Mau marah pun percuma cok! Waktunya sudah sangat mepet.

"Maap, Mas. Salah sendiri ngelamun hehe."

Tak menanggapi lebih, Dante dengan segera masuk kedalam taksi. Sekali lagi melihat jam dan sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Dante menghela nafas panjang, mengebut pun percuma karena sudah dipastikan dirinya tetap saja terlambat.

Dan benar saja, masih baru setengah jalan dirinya malah terjebak macet yang sangat panjang. Kalau tau begini lebih baik tak usah masuk saja tadi. Dante bersandar lesu pada jok mobil, mengamati dengan seksama para pengandara yang bernasib sama seperti dirinya. Ekspresinya bermacam-macam. Ada yang menggerutu, ada yang diam sabar menunggu, ada yang urakan banget salip sana salip sini padahal jalanan udah penuh, dan yang paling Dante benci yaitu suara klakson saling bersahut-sahutan, ah hidup tenang itu memang semu.

"Mas, kayaknya ini bakalan lama deh. Mas nya yakin mau tetep lanjut?"

Dante yang tadinya menyandar pun menegakkan tubuhnya. Dirinya bingung, jika tidak masuk alfa nya kembali bertambah banyak. Dan masuk pun sepertinya percuma, endingnya dia pasti akan disuruh lari keliling lapangan.

Kalau balik lagi ke rumah dijamin dirinya akan sangat gabut. Jiwa introvert nya sih mendukung, tapi jiwanya yang ekstrovert menolak dengan keras.

"Lanjut aja deh pak, nanggung banget soalnya udah setengah jalan." Dante pasrah, kalau seandainya nanti dihukum dirinya kan masih bisa beralasan habis sakit. Walaupun tidak beralasan satpam pasti juga tau kalau Dante itu habis sakit. Wajahnya saja masih terlihat pucat. Tidak sadar diri memang.