Chapter [7]

621 63 2
                                    

Aduh kepencet😭😭
Nggak bisa dibuka deh kayaknya🙏🙏
















































































































Tapi boong😜

Tap your star now !!!

.
.
.

Hope you enjoy it😘
Let's!!!


"Kurang kenceng, Den. Astaghfirullah!" pekik Dante yang di bonceng oleh Denta. Tangannya meremas jaket yang dikenakan oleh Denta.

Dengan kecepatan tinggi, Denta membawa motornya menyalip kendaraan yang lain. Dante yang berada di boncengan hanya mampu beristighfar dan memekik jika Denta membuat jantungnya kembali bertabuh.

"Den awas Den, astaga!" Dante menggigit bibir bawahnya menahan gejolak tabuh di dadanya. Tak tanggung-tanggung, Dante bagai dibuat melayang di udara.

"Hah, Lo gila!" ketus Dante setelah dirinya bisa menetralkan detak jantungnya yang tadinya seperti akan copot.

Dante turun dari motor besar sang adik. Memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke dalam paru-paru nya. Dirinya mendengus saat dirasa kakinya lemas. Denta benar-benar sudah gila. Sudah cukup sekali ini saja ia berangkat bersama dengan Denta. Ia tak mau lagi.

"Norak. Gitu aja udah Tremor. Ck, makanya nggak usah maksa gue lagi." Denta membanting helmnya ke tangki motor.

Dante mendelik. "Ya Lo gila sih naik motornya. Biasa aja kan bisa."

"Bodo amat. Ck, lemah," ejeknya lalu berlalu begitu saja meninggalkan Dante yang masih menunggu agar setidaknya kakinya bisa jalan dengan normal.

Dante mendecih. Tak tahu terimakasih. Sudah syukur ia mau membujuk sang ayah agar motor itu bisa bebas dari kandang dan harus mengorbankan dirinya. Tapi apa yang dia dapat? Lagi-lagi sikap tak menyenangkan Denta yang ia dapatkan.

Dirasa kakinya sudah sedikit membaik, Dante berjalan pelan meninggalkan parkiran. Kedua tangannya ia masukkan ke saku celananya. Ia tetap harus terlihat keren dan mempesona di hadapan cewek-cewek penghuni sekolah. Ingatlah, jika Dante itu idolanya sekolahan.

"Bro!"

Dante tersenyum cerah saat menemukan kedua sahabatnya berjalan berlawanan arah dengannya. Dirinya mendekat kepada Reano yang barusan memanggilnya. Ada Aldi juga ternyata. Ketiganya saling ber high five.

"Muka Lo kok pucat? Sakit?" tanya Aldi. Dante tertegun, ia meraba wajahnya sendiri guna memastikan apa yang baru saja diucapkan Aldi itu benar atau tidak.

"Yee Bocah! Udah hampir sebulan nggak ketemu, gobloknya nggak ilang-ilang juga." Reano menjitak pucuk kepala Dante. Dan  setelahnya ia mengusak rambut Dante kasar.

Dante mendengus. Merasa tak terima diperlakukan begitu, ia membalas nya. Menjitak dan mengacak-acak rambut Reano kasar. Aldi tertawa melihat kelakuan dua sahabatnya. Enggan melerai juga, karena percuma juga. Bisa-bisa dirinya akan terseret juga dalam pertikaian anak kecil itu.

Nanteta«HIATUS»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang