Chapter [6]

663 62 4
                                    

Tap your star now!

!!!
Happy reading ....
.
.
.

Pagi sudah datang menyambut. Matahari masih malu-malu mengintip. Mendung pagi ini membuat sang Surya enggan menunjukkan sinarnya. Denta yang baru saja bangun dari tidurnya berjalan malas menuju jendela besar kamar untuk membuka gorden.

Matanya melirik ke arah jam Beker yang berada di meja belajar. Masih terlalu pagi untuk dirinya bersiap-siap pergi ke sekolah. Denta menguap lebar dan merenggang kan tubuhnya. Malas sekali ia pergi ke sekolah. Apalagi hari ini hari Senin. Ia malas harus menjalani rutinitas di hari Senin.

Denta memutuskan keluar dari kamarnya. Berniat meminum air putih untuk menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering. Matanya menyipit ketika menemukan kulkas yang terbuka.

Siapa pagi-pagi seperti ini yang ngadem di kulkas?

"Dante?!" pekiknya saat menemukan sang kakak yang berdiri kikuk sambil mengunyah roti strawberry kesukaannya. Dante tersenyum kikuk menampakkan giginya yang ada noda selai. Denta berdecak. Tak lagi habis pikir dengan kelakuan sang kakak.

"Ngapain Lo di sini? Udah kek maling aja punya kelakuan." Denta mendengus. Tubuhnya maju ke depan menyingkirkan tubuh sang kakak yang masih di depan kulkas. Dante terdorong ke samping, tetap acuh menikmati makanannya tak mempermasalahkan kelakuan sang adik yang semakin tak ada akhlak.

"Gue laper banget. Dari kemarin gue nggak makan. Lo mau?" tawarnya menyodorkan roti yang tersisa sedikit.

"Nggak. Makan aja sendiri," mata Denta memindai tubuh Dante yang sudah berseragam lengkap. "Lo mau sekolah?"

"Iya, kenapa?"

Denta menggelengkan kepalanya acuh. Lagipula Denta sudah terlihat baik-baik saja. Ia mendengus, kenapa ia tiba-tiba khawatir? Denta berdecak dan kemudian berlalu pergi meninggalkan Dante yang terheran-heran. Langkah kakinya menuntun tubuhnya pergi ke halaman rumah. Sekali-kali ia ingin menikmati udara pagi seperti ini.

Disaat enak-enaknya Denta menikmati udara segar, pandanganya dikejutkan oleh adanya orang asing yang berpakaian compang-camping berjalan tertatih ke arahnya. Denta terpaku, matanya terfokus ke 'orang gila' yang mulai mendekat padanya.

Denta panik, ia punya trauma terhadap orang gila. Dalam hati ia mengumpati pak satpam yang tak mengunci gerbang.

Pagi yang buruk, sebelum tangan orang kurang waras itu menyentuhnya, Denta mendorong tubuh kotor itu. Dengan kepanikan yang luar biasa, Denta berlari cepat masuk ke dalam rumah. Tak mau peduli dengan orang gila yang jatuh terjengkang di halaman basah bekas hujan semalam.

Nafasnya ngos-ngosan. Pintu sudah ia tutup rapat. Ia menyandarkan tubuhnya ke pintu. Menghembuskan nafasnya berkali-kali guna menetralkan rasa panik yang baru saja menyerangnya.

"Lo kenapa, Den?"

Denta terkejut hampir lari, tapi untungnya hanya Dante yang memakan Snack yang ia temui. Denta kembali bisa bernafas lega.

"Please, usir orang sinting yang di depan rumah itu. Nggak ada pak satpam makanya bisa masuk." Denta berucap melas.

Dante mengintip ke luar. Dari jendela rumah besarnya, terlihat ada orang gila yang duduk-duduk santai di lantai rumah nya. Dante menghela nafas, bisa-bisanya orang gila itu bisa masuk ke perumahan seperti ini. Kemana perginya para satpam komplek?

"Biarin aja, lagi numpang istirahat dianya. Kasihan, orang gila juga manusia," acuhnya kembali memakan camilan yang dibawanya dengan santai.

Dante bersiap pergi, namun tangan Denta menarik kuat tangannya. Keterkejutannya belum usai saat dirasakannya tubuhnya menghangat. Denta memeluknya. Tangan Denta melingkar erat di perutnya.

Nanteta«HIATUS»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang