10. Duo Perusuh

56 9 2
                                    

"Silakan masuk Dar, anggap aja kayak rumah sendiri," ucap Garda mempersilakan. Cowok itu beralih duduk di sofa ruang tengah dengan baju santainya.

"Rumah gue ini bego!" sahut Grey mengikuti Garda dari belakang. Memang teman tidak tau diuntung, bisa-bisanya seolah dia yang punya rumah di sini.

Dara mendengus sebal melihat tingkah Garda. Ada saja alasan cowok itu saat Dara meminta belajar di rumahnya. Ia curiga kalau keluarga Garda memang keluarga mafia seperti di drama Korea yang baru-baru ini sedang hits.

Dara berjalan mendekat ke dekat Garda dan mendudukkan dirinya di sofa sebelahnya. Ia mengamati tiap sudut rumah Grey. Terdeteksi orang kaya.

"Heran. Bisa-bisanya sekuriti gue biarin lo masuk." Garda terkekeh. Bahkan Grey masih berdiri di depan dua anak manusia yang sudah duduk nyaman di sofanya.

"Lo gak tau?" tanya Garda membuat Grey mengerutkan kening.

"Tau apa?"

"Gue sering ngepet ke sini makanya tau cara biar bisa masuk." Sontak ucapan Garda membuat Dara memutar bola matanya jengah.

Grey hanya menggelengkan kepalanya. Sudah sangat memaklumi tingkah sahabatnya itu. "Tanam ubi bareng Luna Maya, bodoamat!"

"Grey, rumah lo kenapa sepi banget? Keluarga lo pada ke mana?" tanya Dara penasaran. Pasalnya rumah semegah dan sebesar ini terasa sangat sunyi dan sepi.

Garda melirik Grey yang tertegun mendengar pertanyaan Dara. Dia cukup was-was jawaban apa yang akan terlontar dari mulut Grey.

"Lagi ada urusan masing-masing," balas Grey berusaha tenang.

Dara memangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Ternyata benar seperti dugaannya. "Bisa punya rumah semegah ini udah pasti orang sibuk sih."

"Sangking sibuknya sampe gak ingat buat pulang ke rumah." Grey terkekeh di tempatnya. Terlihat jelas jika bibir cowok itu tersenyum, tetapi matanya menggambarkan kesedihan yang berusaha keras ia tutupi.

Garda berdehem pelan. "Si Silver mana? Belum pulang sekolah dia?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Belum. Mana pernah dia habis pulang sekolah langsung ke rumah, pasti lagi laga ikan cupang dulu," balas Grey beralih duduk di single sofa berhadapan dengan Garda dan Dara. Pegal juga kakinya kelamaan berdiri.

"Punten. Silver siapa? Pemilik cokelat?" tanya Dara membuat Garda dan Grey menatap gadis itu.

"Adik gue," balas Grey pada Dara.

"Nama kalian terinspirasi dari warna?"

Grey mengangguk. "Abang gue namanya Golden, gue Grey, adik cewek gue Silver."

Dara refleks menepuk tangannya. Nama keluarga yang keren menurutnya. "Anak gue nanti gue kasih nama sayuran ah. Kol, sawi, pare, biar keren juga."

"Sok-sokan mikirin nama buat anak, kayak ada yang mau sama lo aja," celetuk Garda sebelum bantal sofa mendarat tepat di depan wajah yang selalu ia bangga-banggakan.

"Mampus lo!" Dara bersidekap dada. Meraih ponsel dari dalam tasnya dan mulai menghidupkan benda pipih itu. Tidak ada manfaatnya memandang wajah Garda lama-lama.

Baru saja Dara menghidupkan ponselnya, benda itu membuatnya berbunga-bunga. Di layarnya terpampang jelas notifikasi bahwa ia berhasil mendapatkan tiket eksklusif fan meeting Gama. Dara sanyam-senyum di tempatnya mengetahui ia akan bertemu dengan laki-laki idamannya.

Grey memanggil pelan Garda. Mengkode untuk melihat Dara yang tersenyum pada layar ponsel miliknya. Mulut Grey seperti berbicara, -kesambet-apaan-tuh-orang?-

Garda menoleh ke arah Dara yang berada di seberang sofa tempatnya duduk. Tanpa diberitahu ataupun berusaha mengintip ia sudah tau hal apa yang membuat gadis itu tersenyum pada ponsel. Siapa lagi kalau bukan karena Abangnya. Gama.

Lagian Garda suka heran sama orang-orang yang menggilai Abangnya. Emang sih Gama ganteng sama seperti dirinya, tapi bagi Garda tetap aja gantengan dia. Kalau hanya karena Gama adalah sosok yang dingin pada orang lain, kulkas di rumah juga gak kalah dinginnya.

"Sebegitu bucinnya lo sama si Gama?"

Dara langsung menoleh pada Garda yang menatapnya penuh selidik. "Iya, rencananya mau gue pelet biar suka sama gue."

"Gila lo!"

Dara merubah posisinya menjadi menghadap Garda sepenuhnya. "Kok lo yang sewot? Kan gue mau pelet Gama bukan lo."

Garda refleks menggeram kecil. Sungguh mulutnya ingin sekali menjelaskan bahwa ia adalah adik dari seorang Gama tapi niat itu kembali diurungkan.

Grey yang melihat Garda berusaha keras menjaga identitasnya hanya tertawa pelan di tempatnya. Dikasih cara mudah untuk memberitahu siapa dia sebenarnya tapi manusia suka sekali mempersulit diri sendiri.

"Ya kasian aja si Gama kena pelet sama spesies kayak lo," kilah Garda. Padahal jelas dia tidak mau punya kakak ipar seperti Dara.

Dara melirik Garda dengan tatapan garangnya. Dia enggan menanggapi. Wajah Gama di ponselnya sudah bisa membuatnya melupakan sekitar.

"Dar, gue mau nanya sama lo."

"Tanya aja," balas Dara tanpa menoleh pada Garda yang menatapnya.

"Menurut lo Neil Armstrong hebat gak pernah mendarat di bulan?"

Pertanyaan Garda sukses membuat perhatian Dara dari ponsel langsung teralihkan. Dia berpikir sejenak. "Ya, hebat lah!"

"Kenapa cuma dia aja yang dipuji sampe masuk ke buku-buku pelajaran, gue harusnya juga masuk."

"Hah? Emang lo ngelakuin apa sampe harus dipuji?"

Garda menyunggingkan senyum singkat. "Mereka pikir dia hebat bisa mendarat di bulan. Padahal gue lebih hebat karena sering pergi ke matahari."

Sejenak otak Dara tidak berfungsi. Begitu juga dengan Grey. Sampai Garda melanjutkan ucapannya mereka melengos begitu saja menghempaskan tubuh ke sofa.

"Gue sering belanja ke matahari tapi gak dimasukin ke dalam sejarah," lanjut Garda dengan wajah tak berdosanya.

Dara mengangkat tangannya ke udara. Tangan itu sudah terkepal kuat, tinggal didaratkan saja ke wajah tengil cowok yang tidak berjarak jauh dari tempatnya berada.

"Lo bukan eceng tapi kenapa sih suka bikin gondok?!"

Garda terkekeh di tempatnya tanpa merasa bersalah. Entah mengapa setiap melihat wajah kesal Dara menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Asal lo tau Dar, gue itu sebenarnya keturunan pangeran," balas Garda yang langsung mendapat cibiran dari Dara.

Pangeran Garda bilang? Pangeran yang dimaksud Garda menurut Dara itu lebih tepatnya tampang emperan.

Grey hanya cekikikan tanpa berniat ikut nimbrung. Melihat dua perusuh yang tidak diharapkan di rumahnya cukup membuatnya terhibur. Setidaknya dia tidak merasa sendirian saat ini.

"Jadi lo enak ya," ucap Dara menatap Garda yang mengerutkan kening bingung.

"Enak kenapa?"

"Kalau mau liat setan tinggal ngaca."

•••✿•••

GARDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang