11. Bolos

60 8 1
                                    

Tangan Garda bergerak lihai di atas ponsel. Mulutnya komat kamit seperti Mbah dukun sesekali menginjak kaki tak berdosa milik Grey.

"Sumpah gue gak papa diginiin." Grey menatap sepatunya. Mengenaskan.

"Demi Garda menang main game gue gak papa."

"Tapi lo mikir lah anjing!" Grey menarik kakinya menjauh. Menginjak balik kaki Garda membuat cowok itu meringis pelan. Tidak apa-apa, biar impas.

"Bangsat," umpat Garda keras. "Dua tiga tutup botol, lo ngapa nginjak kaki gue tolol?!"

"Empat lima kartu indosat, lo duluan bangsat!"

"Padahal tinggal dikit lagi." Garda menaruh kasar ponsel boba-nya di atas meja.

"Dikit lagi menang?" tanya Grey.

"Dikit lagi habis baterai!"

Grey memutar bola mata malas. "Coba lo tanyak Pak Samsul, sopan gak lo kayak gitu?"

"Gini-gini gue kebanggaan sekolah kalau lo lupa."

"Jarjit hobi foya-foya, iya-iya."

"Mau berapa lama kalian di sini?" Suara perempuan menginterupsi mereka. Mendapati Nela si pemilik kedai belakang sekolah membawa nampan berisi dua mangkuk mie rebus.

"Habis upacara selesai, Tan." Garda mengambil mangkuk mie nya. Mulai melahap dengan tenang.

"Bosen Tante liat kalian berdua mulu. Kenan sama Junior kenapa udah jarang ke sini?" Janda anak satu itu merasa bosan melihat wajah Garda dan Grey walaupun mereka yang membuat kedainya ramai dikunjungi para gadis yang ingin mencuci mata.

"Kayak gak tau Kenan aja, Tan. Mana mau dia datang di jam sekolah," ucap Garda meminum teh manisnya sedikit.

"Si Junior semenjak pacaran juga gak berani bolos. Takut diamuk si Jejen," sahut Grey menambahi.

Nela mengangguk mengerti. Memang diantara keempat sejoli itu hanya Kenan yang berada di jalan yang benar. Tiga lainnya sudah tidak benar, salah jalan lagi.

Garda dan Grey masih asik menyantap makanan mereka. Sesekali Grey mengangkat telepon dari para pacar dan mantannya yang menanyakan keberadaannya.

Jalanan yang tidak terlalu ramai di depan kedai membuat fokus Garda berada di sana. Lagipula dirinya tidak punya pacar yang akan menanyakan di mana letaknya sekarang. Hobinya sih memang tebar pesona, tapi untuk menjalin hubungan entah mengapa Garda terlalu malas.

"Woy! Mau ke mana lo?" teriak Garda tiba-tiba membuat Grey yang sedang minum tersedak.

Grey menepuk dadanya dibantu oleh Nela yang menepuk punggungnya. "Lo neriakin siapa sih? Untung gak ketelan ini gelas."

Garda langsung bangkit berdiri tanpa menjawab pertanyaan dari Grey. Cowok itu berlalu pergi dari kedai dan berjalan menghampiri seseorang di seberang jalan raya.

"WOY GAR BAYAR DULU BEGO KALAU MAU PERGI JANGAN NGUTANG MULU LO!" teriak Grey yang tidak dihiraukan Garda sama sekali.

Garda semakin mempercepat langkahnya. Saat objek sudah berada di depannya, ia langsung menarik kerah belakang orang itu dengan tidak berperikemanusiaan.

"Mau ke mana lo?"

Seorang gadis yang kerahnya ditarik Garda itu terkejut. Menggigit bibir bawahnya berusaha memastikan kalau suara yang ia dengar bukanlah suara Garda.

Terbesit pikiran nakal di otak Garda. Ia mendekatkan bibirnya ke arah telinga gadis itu. "Mau kemana, hm?" katanya berbisik pelan.

Deg!

GARDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang