18. Guru Sesat!

49 7 6
                                    

"Maafin gue lah, Dar."

"Diem. Gak usah ngomong sama gue lagi!"

Dara menatap tajam Garda yang duduk di depannya. Himpitan dari dua orang di samping badannya membuat Dara makin ingin memaki cowok itu. Seharusnya mereka sudah tiba saat ini, tetapi harus berakhir naik angkot karena motor Garda yang tiba-tiba mogok di jalan.

Pagi hari tadi Garda datang ke rumah Dara membuat Sukma langsung heboh seperti kedatangan artis. Sukma sibuk menyuguhi berbagai macam hidangan sarapan untuk Garda sedangkan Dara tidak ditawari sama sekali.

"Gue kan gak tau kalau motornya bakal mogok, gue bukan cenayang," ujar Garda membela diri.

"Sebelum berangkat kan udah gue tanya motor lo ada bensinnya atau enggak."

"Gak denger gue, lo kalau ngomong suka gak jelas."

"Gak jelas kepala lo! Jelas-jelas lo jawab 'orang kaya kok gak punya bensin'. Gak inget lo ngomong gitu?" tanya Dara tidak santai.

Garda berdehem pelan. Menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. "Oh iya ya? Kayaknya sih iya, agak lupa gue soalnya."

"Emang iya, setan!"

"Ya udah gue salah. Marah-marah mulu lo kayak orang gak kebagian promo diskonan."

Dara memilih menghiraukan Garda. Ia menghembuskan napas kasar. Masih pagi gak boleh marah-marah. Sabar itu emang berat karena hadiahnya surga. Coba kalau gampang, paling hadiahnya tusuk gigi.

"Mbak, Mbak, itu pacarnya ya?" Dara menoleh ke samping kanan. Menatap seorang wanita bertubuh besar dengan rambut pendek seperti Dora. "Bukan, Mbak. Dia fans saya. Emang suka sksd gitu."

"Oh iya, Mbak?" Mata wanita yang diperkirakan berumur 30an itu berbinar. "Tipe Mas itu kira-kira yang kayak gimana ya? Mbak tau gak?"

"Tau, Mbak. Tipe dia tuh rambutnya pendek, badannya aduhai kayak Mbak, terus dia suka yang udah dewasa gitu. Pokoknya semua tipe dia ada di Mbak."

Wanita itu tersenyum lebar. Tak sengaja matanya bertatapan dengan mata Garda. Ia berusaha semaksimal mungkin memikat perhatian Garda yang tampak kebingungan saat wanita itu mengedipkan sebelah mata ke arahnya.

Melihat Garda yang tidak nyaman dengan godaan dari wanita itu membuat Dara mengangkat satu ujung bibirnya. "Rasain tuh digodain tante-tante," gumamnya.

"Itu boneka mampang ngapain sih?" batin Garda saat wanita itu memajukan bibirnya yang merah menyala karena lipstik.

Mata Garda melirik Dara yang sedang cekikikan tanpa dosa di tempatnya. Ternyata itu orang tersangkanya. Tetapi ada satu hal yang lebih mencuri perhatian Garda daripada wanita yang mencoba menggodanya. Seorang pria yang tampak sedang mengantuk, kepalanya selalu hampir terhuyung ke arah pundak Dara.

Hal itu sangat mengganggu penglihatan matanya. Garda pun tidak mengerti kenapa dia harus kesal karena hal itu.

"Apa lo liat-liat?!" tanya Dara yang sadar Garda memperhatikannya.

"Lo ngeliatin apa sih? Lee Minho lewat pake gojek?" Dara bingung karena Garda terus menatapnya.

Cittt.....

Suara decitan ban angkot pun terdengar jelas saat mobil itu berhenti mendadak membuat para penumpangnya saling menubruk tubuh satu sama lain. Dara tercekat. Matanya melebar saat wajahnya dan wajah Garda hanya berjarak beberapa senti saja. Selain itu, kedua tangan kekar Garda juga berada di samping kepalanya. Tangan itu mengapit kepalanya agar tidak berbenturan dengan orang di sampingnya.

"L-lo ngapain?" Posisi mereka masih sama. Tatapan datar Garda selalu berhasil membuat jantung Dara berdebar tak karuan.

"Ngelindungin lo." Garda menarik kedua ujung bibirnya. Menepuk puncak kepala Dara. "Biar otak lo gak lompat dari kepala."

GARDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang