21. Ruang Laboratorium

45 7 4
                                    

Rintik hujan yang cukup deras tak menurunkan tekad Dara untuk menerobos area lapangan menuju ke ruang laboratorium. Ia harus bertemu Garda hari ini juga.

Dara merapikan rambutnya yang lepek karena air. Mengedarkan pandangan pada lorong yang sepi karena masih jam pelajaran. Keuntungan yang Dara suka menjadi anak olimpiade, ia bisa izin dengan mudah karena alasan ingin belajar persiapan lomba di laboratorium.

"Lo ngapain berdiri di situ?" Suara berat orang di belakangnya mengejutkan Dara. Ia memutar tubuh mendapati Garda yang menatapnya datar.

"Gue mau ketemu lo."

"Untuk?"

Dara menautkan alis. "Kok untuk? Emang gue gak boleh ketemu lo?"

"Boleh. Heran aja seorang Dara mau ketemu gue sampe rela basah-basahan gini," kata Garda tanpa menatap Dara di depannya.

"Kok lo gak mau natap gue sih?"

"Lo mau gue tatap?"

Dara mendengus sebal. "Iya, tatap gue. Gue berasa ngomong sama patung tau gak?!"

"Lo mau buat gue dosa?" Dara tak mengerti dengan perkataan Garda. Dosa apa yang dimaksud karena menatap dirinya?

"Emang gue setan apa bisa nyesatin manusia sampe dosa!" ujar Dara tidak terima.

"Lo gak boleh teriak habis gue ngelakuin ini." Dara diam menatap Garda tak mengerti. Perkataan cowok itu terlalu ambigu baginya.

Melihat tak ada respon apapun dari Dara, dengan cepat Garda membuka baju seragamnya dan hanya menyisakan kaos putih polos. Ia menyampirkan seragam itu ke badan mungil Dara yang tersentak saat Garda mendekatkan tubuhnya.

"Kenapa lo buka baju? Ini juga kenapa dipakein ke gue?" tanya Dara kebingungan.

"Lo mau buat gue khilaf karena ngeliat dalaman lo?" balas Garda.

Dara menurunkan pandangan ke bagian bajunya yang basah. Matanya melebar melihat dalamannya terekspos akibat seragam putihnya. Buru-buru Dara menyilangkan kedua tangannya dan menutupinya dengan seragam Garda. Jadi ini alasan cowok itu memakaikan seragamnya padanya.

KENAPA GAK BILANG DARI TADI SIH GARDANJING!!!

Garda berdeham. "Ayo masuk, ntar lo masuk angin," kata Garda membukakan pintu laboratorium.

"Gak! Ntar lo ngapa-ngapain gue lagi," tolak Dara cepat.

"Emang gue bakal ngapain lo?" Garda smirk. Menaik turunkan alisnya menggoda Dara.

"Ya... Gak tau lah!"

"Udah masuk aja." Garda segera menarik lengan Dara cepat dan membawanya duduk di sebuah kursi yang biasa mereka pakai untuk membahas soal olimpiade.

Hening. Tidak ada yang buka suara. Dara yang semula ingin bertemu untuk meminta maaf malah jadi diam dan tak tau harus memulainya dari mana.

"Dar."
"Gar."

Garda dan Dara terkejut saat mereka memanggil disaat bersamaan. Hawa awkward mulai terasa diantara keduanya.

"Lo duluan," kata Garda mempersilakan.

Dara menggeleng. " Lo aja duluan."

"Ladies first."

"Gaya lo, dugong!" maki Dara membuat Garda terkekeh di tempatnya. Akhirnya suasananya mulai kembali seperti biasanya.

"Gue mau minta maaf." Dara menunduk tanpa menatap Garda. Memainkan jari-jari tangannya menunggu respon cowok itu.

"Tatap gue, Dar," ucap Garda dengan suara berat.

GARDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang