Tidak terasa hari demi hari hampir habis, hinggga menyisakan beberapa hari lagi untuk melaksanakan Ujian Nasional. Semua anak kelas Tiga di berikan hari libur untuk mempersiapkan semua yang akan di perlukan untuk ujian nanti.
Mulai dari peralatan, dan materi yang akan mereka bawa untuk bekal ujian nanti. Karena ujian ini adalah untuk penentuan kelulusan, semua siswa-siswi harus bersungguh-sunggu dalam melaksanakannya. Jika mereka tidak berhasil lulus kali ini, mereka harus siap mengulang selama satu tahun yang melelahkan itu.
Deka dan teman-temannya memanfaatkan waktu yang tersisa sebelum ujian untuk belajar bersama di rumahnya. Rumah Deka bisa di bilang tempat mereka semua kumpul, hampir mirip base camp buat teman-temannya.
Karena hanya di rumah Deka yang benar-benar tenang tanpa gangguan siapapun, hanya ada Deka seorang diri yang menempati rumahnya. Jika teman-teman Deka sudah pulang, rumah itu akan sepi kembali.
"Ka, ajarin gue yang ini dong, susah amat sih"
Adit menggaruk kepala bagian belakangnya. Bingung, dia menatap buku di depannya yang penuh dengan angka.Indra mendorong buku yang ada di depannya dengan frustasi. "Dahlah, gue nggak bisa, sumpah demi apapun gue nyerah, gue pasrah pas ujian nanti" Indra menghela nafas beratnya, pasrah.
"Berusaha bego" Jawab Ivan yang merasa terganggu dengan ocehan dua temannya itu.
"Gue yang nggak bisa aja diem, berusaha, tawakal, pasrah. Kalo kata orang, usaha tidak menghianati hasil, iya nggak Ka" Bayu melemparkan pertanyaan kepada Deka yang masih serius belajar di sampingnya.
Deka menatap Bayu. "Itu berlaku buat yang usahanya serius bego, nggak kek elu" Deka kembali mengalihkan pandangannya dari Bayu ke arah buku yang ada di depannya.
"Bener tuh, Bayu mah nggak pernah serius, makannya nggak punya pacar"
"Heh Dit, apa hubungannya sama pacar monyet?" Bayu melemparkan bolpoin ke arah Adit, namun Adit sigap dan langsung menangkap bolpin itu.
"Wleeee nggak kena" Lidahnya menjulur, Adit menggoda Bayu yang menatapnya tajam.
Ivan yang berada di tengah-tengah pertikaian antara kedua temannya itu merasa terusik, dia membenahkan buku yang ada di depan Adit Dan Indra.
"Diem, nih baca, pelajari, nanti kalo nggak paham tanya ke Deka, jangan ribut mulu. Ganggu orang belajar aja lo berdua""Itu Indra yang salah" Dengan muka tanpa dosa, Adit menunjuk Indra yang sejak tadi diam dan fokus ke buku yang ada di depannya.
"Lah, malah nyalahin gue, nggak mau belajar lagi gue capek gara-gara Adit.
Dua sahabat itu kembali ribut dan saling tuduh satu sama lain. Pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi diantara mereka.
Tok tok tok tok...
Saat ke-lima sahabat itu sedang asik bercanda, terdengar ketukan dari pintu rumah Deka. Saat itu semua terdiam dan memastikan apakah benar ada orang yang datang ke rumah Deka atau hanya pendengaran mereka yang salah.
"Ka keknya ada yang dateng deh" Ujar Ivan yang menatap Deka lalu mengalihkan pandangannya ke arah pintu.
Deka langsung berdiri dari duduknya, dia mulai berjalan untuk membukakan pintu dan memeriksa siapa yang datang ke rumahnya.
Tanpa ragu, Deka memutar handle pintu lalu membukanya. Terdapat seorang gadis berambut ikal sebahu, mengenakan dres yang sedikit mewah dan heels putih bermotif bunga berwarna merah, yang sudah berdiri di depan pintu rumah Deka.
"Aura? ngapain lo kesini?" Tanya Deka heran dan bingung atas kehadiran Aura yang tiba-tiba.
Aura menatap deka. "Aku mau ikutan belajar sama kalian, boleh ya Ka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDYNARA
Teen Fiction"Kay, hidup sama aku mau?" "Mauuk" "Tapi aku nggk mau buat kamu sedih" "Aku siap kok buat ngubah kisah kita jadi bahagia" . Kadang gue berfikir, apa gue terlalu egois untuk bisa dapetin elo, padahal gue udah nggak bisa berbuat banyak. . "Kay, nanti...