Hari ini adalah hari minggu, dimana sudah di jadwalkan bahwa anak-anak SMA 1 Bandung akan melaksanakan Konvoi untuk merayakan kelulusan mereka.
Semua anak-anak sudah berkumpul di depan gerbang sekolah, mereka saling menorehkan tinta pada baju teman-temannya, untuk kenang-kenangan suatu saat nanti.
Deka dan teman-temannya juga sudah berada di sana dengan seragam yang telah berubah berwarna-warni akibat coretan pilok dan spidol.
Suasana saat itu sangat ramai, penuh kebahagiaan, dimana mereka sudah menyelesaikan tugasnya selama tiga tahun. Raut wajah yang sudah melepaskan semua beban yang pernah mereka bawa terlihat sangat jelas.
Walaupun mereka akan menghadapi kehidupan yang mungkin akan lebih berat dari sebelumnya, namun hari itu tidak ada wajah yang terlihat sedih atau murung sedikitpun.
Hari itu adalah hari mereka akan benar-benar melepaskan statusnya sebgai anak SMA.
Tepat jam 3 sore, anak-anak mulai mengelilingi sekitar SMA Bandung dengan motor mereka masing-masing,
Hingga matahari mulai tenggelam, dan hari mulai menunjukkan sisi gelapnya, semua anak-anak SMA Bandung beralih ke tempat selanjutnya untuk makan bersama di kafe juga sebagai penutupan untuk acara hari ini.
Sebelum masuk ke dalam kafe, anak-anak masih ada yang sibuk di luar untuk bercanda dan masih sibuk menandatangani seragam temannya yang tadi belum sempat karena mengejar waktu.
"Sini kalian, nunduk lo, gue mau meninggalkan jejak di baju lo ahayyy" Adit mengeluarkan spidol berwarna hitam yang sudah siap untuk menorehkan tinta di atas baju teman-temannya.
Deka menurut, membungkukkan tubuhnya dan di ikuti oleh teman-teman di sebelahnya. Mereka saling bertukar tanda tangan di baju putih abu-abunya.
"Kay, sini lo gue mau coret-coret baju lo" Adit yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Kaynara dan teman-temannya, berteriak memanggil Kaynara.
Kaynara menunjuk dirinya "Gue?"
Adit yang melihatnya mengangguk "Iya lo sini"
Kaynara mengajak teman-temannya untuk menghampiri tempat Adit berdiri.
Sebelum Kaynara sampai di tempat posisi Adit berdiri, sesorang sengaja mendorong Kaynara agar terjatuh, namun Adit yang melihat Kaynara hampir terjatuh, langsung menahan tubuh Kaynara.
"Ra bisa hati-hati nggak sih?" Bentak Adit yang melempatkan tatapan tajam kepada Aura.
Saat itu juga, amarah Kaynara hampir meledak. Aura selalu mencari gara-gara dimanapun Kaynara berada. Aura selalu ingin mempermalukan Kaynara di depan semua orang.
Deka yang melihat kejadian itu, menjulurkan tangannya, untuk menenagkan Kaynara.
Kaynara yang merasakan genggaman tangan Deka, Dia menoleh menatap Deka, Kaynara hendak melepaskan genggaman itu, tetapi Deka lebih mengeratkannya, hingga Kaynara tidak bisa melepaskannya.
"Lepasin Ka"
"Nggak" Deka menolak.
"Nggak usah ikut campur bisa nggak?" Bentak Kaynara.
"Dengerin gue" Deka mendekatkan tubuhnya ke Kaynara. "Gue tau lo marah, tapi kalo lo nyakitin Dia, apa bedanya lo sama Dia"
Kaynara menepis tangan Deka yang manggenggam tangan Kaynara. "Terus kenapa kalo gue sama kek Dia? siapa yang peduli? gue harus terus-terusan diem walaupun gue di perlakuin kek gini? gue juga mau ngebela diri gue sendiri Ka. Gue bukan elo Ka, yang lo tinggal diem saat di jahatin sama orang lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDYNARA
Teen Fiction"Kay, hidup sama aku mau?" "Mauuk" "Tapi aku nggk mau buat kamu sedih" "Aku siap kok buat ngubah kisah kita jadi bahagia" . Kadang gue berfikir, apa gue terlalu egois untuk bisa dapetin elo, padahal gue udah nggak bisa berbuat banyak. . "Kay, nanti...