Chapter 3

471 46 3
                                    

Chanhee pov

Kurasakan nafasku tercekat dan mataku mulai panas. Kutatap cincin emas putih yang sekarang ada di genggamanku. Cincin tunanganku dan Younghoon.

"Ke... Kenapa?" bisikku lirih. Mati-matian kutahan air mataku agar tidak menetes sekarang dan dapat kurasakan suaraku bergetar karenanya.

Kudengar Younghoon menghela nafas panjang. "Aku akan menikah dengan Changmin."

Aku tersentak mendengar perkataannya. Dengan cepat kutatap wajahnya dan Changmin bergantian. "A-apa?"

"Aku akan menikah dengan Changmin." ulang Younghoon dan kini kurasakan nada bicaranya lebih tegas.

"Ka... Kalian... Kau... Kau akan menikah dengan... Changmin?" kataku terputus-putus. Kugigit bibir bawahku, berusaha menahan air mata yang sebentar lagi turun.

"Ya." jawab Younghoon mantap.

Kutatap Changmin, seakan ingin menanyakan kebenaran darinya. Kulihat Changmin mengangguk pelan. Kini air mataku tak bisa kubendung lagi, langsung turun deras membasahi pipiku.

"Kenapa?" lagi-lagi kata itu meluncur dari mulutku. Kubiarkan air mataku mengalir tanpa kuseka sedikitpun.

"Aku menyukai Changmin. Aku... Baru melamarnya tadi." kata-kata Younghoon bagai petir yang menyambarku. Apa dia bilang...? Dia menyukai Changmin...? Bahkan baru melamarnya tadi...?

"Se... Sejak kapan...?" Sekuat tenaga kucoba menatap Younghoon dan Changmin, walaupun hatiku sudah tak sanggup lagi melihat mereka.

"Aku tidak tahu. Kurasa... Aku mulai menyukai Changmin sejak pertama kali melihatnya..." tutur Younghoon pelan.

Aku tak tahan lagi. Sakit... Rasanya sakit sekali. Air mataku mengalir semakin deras dan nafasku sesak. Dengan cincin tunangan milik Younghoon yang masih ada di genggamanku, kuraih dada kiriku dan kurasakan sakit yang luar biasa. Aku tak kuat lagi berada di sini, maka aku pun memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu.

"Ba... Baiklah... Kalau begitu maumu, Kim Younghoon... Kuharap... Kalian bahagia." kuatur nafasku sebelum menyelesaikan kalimatku.

"Terima kasih Younghoon Hyung karena sudah mampir ke hatiku dan... Terima kasih Changmin telah menjadi sahabatku. Kuharap kalian berdua langgeng dan bahagia. Selamat malam."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, aku pun buru-buru berdiri dan langsung berlari ke arah pintu, meninggalkan café itu. Tak kuhiraukan Changmin yang memanggilku. Walaupun aku tak melihatnya, tapi aku tahu dari nada suaranya bahwa dia menangis juga. Sebelum aku benar-benar keluar dari café itu, dapat kulihat sekilas – Changmin sedang menangis di pelukan Younghoon.

***

-Sabtu, 26 April – Still Chanhee POV-

Tok tok tok!!

Kudengar pintu kamarku diketuk. Aku masih bergelung di atas kasur, belum sepenuhnya bangun dari tidurku. Kulirik jam di atas meja kecil di samping tempat tidur. Pukul 07.00. Aku pun menutup mataku lagi dan hampir saja kembali tertidur, saat kudengar pintu kamarku dibanting.

"Ya! Choi Chanhee, kau baik-baik saja?"

Kudengar suara laki-laki yang sangat familiar di telingaku. Kubuka mataku dan dapat kulihat laki-laki itu sedang duduk di pinggir kasurku sambil menatapku dengan cemas. Dia adalah Sangyeon, kakakku.

"Hyung..." desisku pelan. Kurasakan tenggorokanku kering dan agak sakit, juga kepalaku sedikit berat.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Sangyeon sambil meletakkan tangannya di atas dahiku, mengukur suhu tubuhku.

Bbangnyu - Our Destiny [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang