(END)
- Jangan percaya siapapun di tempat ini. Karena bisa saja, itu hanya ilusi yang diciptakan oleh 'mereka' -
⚠ DIHARAPKAN UNTUK FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠
---
Ketika kegiatan KKN berubah menjadi kegiatan penuh misteri.
Tempat yang awalnya nyama...
Seorang laki-laki berperawakan manusia dengan kulit pucat itu memasuki gudang dengan pandangan yang masih tetap sama-tajam
Ia kemudian menutup pintu dari dalam dan menguncinya entah untuk apa.
Satu persatu mahasiswa itu ia tatap dengan perasaan yang sulit diartikan.
Jihoon merasa waspada dan memegang cerurit dengan erat di tangan kanannya. Jika makhluk ini macam-macam maka ia sudah siap untuk menebasnya.
"Namaku Hanbin" pria itu berujar disertai dengan senyuman.
Wajah mengerikannya tadi telah tergantikan dengan senyum manis yang membuatnya semakin tampan.
"Kalian tidak perlu takut denganku. Aku.. Dulunya juga manusia seperti kalian" ia kemudian menatap sendu. Dan tanpa ia sadari air mata lolos dari pelupuk matanya.
Tunggu, makhluk juga bisa menangis?
"Mau ku ceritakan kisahku?" tanyanya lagi
Sembilan pria lainnya saling tatap seolah berkomunikasi melalui telepati. Hingga menemukan kesimpulan yang dibuat sendiri oleh Jihoon
"Sikahkan" jawab Jihoon
"Aku dulunya juga mahasiswa seperti kalian. Universitasku juga sama. Mendapat lokasi KKN di desa beringin nyatanya membuatku senang bukan main. Aku suka berpetualang di tempat baru" pria itu kemudian duduk di lantai, diikuti oleh ke delapan mahasiswa itu.
"Selama perjalanan menuju ke tempat KKN aku dan juga rekan-rekan ku saling bercanda tawa. Hingga saat tiba di persimpangan, kami mulai terpecah menjadi dua tim._
_sebagian dari kami memilih untuk belok ke kanan namun beberapa lainnya memilih untuk ke kiri. Ada yang percaya google map dan ada yang percaya peta usang yang diberikan oleh supir minibus yang mengantar kami."
Kejadian itu membuat mereka tertegun. Kisahnya sama seperti apa yang mereka juga alami.
"Aku menjadi salah satu orang yang memilih jalur kiri. Pada akhirnya, teman-temanku memutuskan untuk ke kanan dan mengikuti si mahasiswa populer yang terkenal seantero kampus. Ia dengan kecerdasan serta daya tariknya mampu meyakinkan teman-temanku untuk mengikutinya ke arah kanan. Akan tetapi, aku berbeda sendiri_
_aku percaya bahwa pilihanku benar. Tak perduli bila tak ada yang menemaniku, aku percaya bahwa nanti mereka akan balik dan berjalan ke arah ini lagi. Aku keras kepala, aku benar-benar bodoh saat itu. "
Ia kemudian tersenyum getir
"Sayangnya, aku yang salah melangkah. Aku tiba di tempat ini dengan segala ilusinya. Aku merasa senang karena akulah yang benar. Namun ternyata, itu hanya tipuan._
_setiap hari ku menunggu kehadiran teman-temanku namun mereka tak kunjung datang. Hingga saat itu aku mulai menyadari bahwa ada kenaehan di tempat ini. "
Ia menatap Asahi sekilas, lalu tersenyum setelahnya
"Tepat saat bulan purnama, para warga mengadakan sebuh ritual yang aku sendiri tak tau apa namanya. Mereka mulai terlihat sibuk dan begitu bahagia. _
_aku mencoba mencari tau sendiri, hingga tanpa sengaja aku mendengar bahwa ritual ini dibuat untuk mempersembahkan roh ku kepada penguasa tempat ini. "
Ia kemudian menatap mayat-mayat yang tergantung di belakang tempat mereka saat ini
"Aku seharusnya bernasib sama seperti mereka. Menjadi budak dari penguasa tempat ini, dan ragaku menjadi santapan masyarakat di desa. Tapi ternyata aku berbeda"
"Berbeda bagaimana?" tanya Jihoon yang duduk paling depan
"Aku memiliki darah suci. Hal itu membuat mereka mengganti ritual yang seharusnya persembahan menjadi pengabadian"
"Maksudnya?" tanya Junkyu yang tidak mengerti
"Aku tidak dipersembahkan, melainkan di ritualkan hingga menjadi makhluk seperti mereka. Kini aku adalah bagian dari penduduk disini. Ragaku tidak bisa berubah selamanya, karena kini aku adalah makhluk"
Mereka bergidik mendengarnya. Betapa menyeramkannya ketika ritual itu terjadi
"Apakah itu menyakitkan?" tanya Yoshi dengan penasaran
"Tentu saja. Aku sudah meronta dan memberontak. Namun aku hanya sendirian? Mau tak mau aku hanya bisa pasrah hingga tubuhku rasanya seperti terbakar. Aku memejamkan mata dengan erat dan setelahnya, aku kehilangan kesadaran. Tau apa yang membuatku semakin sedih? Ketika aku bangun kulitku benar benar pucat dan mereka menceritakan padaku bahwa aku telah resmi menjadi makhluk seperti mereka. Bukankah itu menyiksa?"
"Lalu orang tua mu?" Renjun
"Mereka sudah melupakanku. Ketika aku telah resmi menjadi bagian dari masyarakat disini, semua kenangan tentangku telah dihilangkan, kecuali data-data resmi seperti ijazah, ktp dan lainnya. Namun tetap saja, diingatan orang lain, aku tidaklah pernah ada."
Pria itu kemudian menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ia menangis, hatinya terasa sakit ketika ia merindukan orang-orang yang ia sayangi. Ia ingin kembali ke kehidupannya yang lama, namun nyatanya semua tak lagi sama.
"Aku turut prihatin pada kisahmu. Pasti engkau sangat kesepian tuan Hanbin." Junkyu kemudian berjalan mendekati Hanbin
Tindakan Junkyu membuat yang lainnya waspada. Apalagi yang ada di depan mereka saat ini adalah makhluk. Bagaimana jika itu hanya tipu muslihatnya?
"Maaf tuan Hanbin" ucap Junkyu dengan lembut.
Ia kemudian memeluk tubuh Hanbin. Pria yang lebih tua merasa terkejut akan perlakuan dari Junkyu. Namun, ia kemudian membalas pelukan itu secara perlahan.
Tangis Hanbin kembali pecah. Ia merasa bahagia dan sedih disaat yang bersamaan. Ia senang, akhirnya ia kembali merasakan kasih sayang dari manusia.
"Kau mengingatkanku pada adikku. Di pasti sudah besar saat ini"
"Aku mengerti. Berat bagimu untuk melewati semua ini. Maafkan kami yang tidak bisa membatumu tuan Hanbin"
"Tidak apa-apa nak. Ah ya siapa namamu?" tanyanya tanpa melepaskan pelukannya
"Kim Junkyu, mahasiswa paling tampan se antero kampus"
Hanbin terkekeh sedangkan teman-temannya memutar bola mata malas. Baru saja mereka terkejut dengan sifat Junkyu yang begitu lembut, kini mereka dihempaskan pada kenyataan bahwa Kim Junkyu tak lebih dari mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri tingkat akut.
"Ehm.. Pelukan terus kayak teletubis" Jihoon berdehem yang membuat mereka segera melepaskan pelukannya