Sia memeluk helm di depan perutnya. ia melirik ke area parkiran yang ramai. beberapa kali membuang napasnya kasar melalui mulutnya dan mengatur wajahnya menjadi datar.
empat orang yang sedang duduk di atas motor masing masing tengah menatap Sia yang berjalan menuju ke arah mereka.
"Nih, kak. maaf kebawa," ucap Sia sambil menyerahkan helmnya pada siswa dengan rambut gelombangnya.
"Iya, nggak papa. tapi kenapa nggak ke Elang aja?" Sia menggeleng pelan.
"Lo sia kan?" tanyanya sekali lagi yang dijawab anggukan oleh Sia.
"Aku langsung ke kelas ya, kak. sekali lagi maaf."
Sia memutar tubuhnya melangkah menjauhi mereka namun suara dari belakang menghentikan langkahnya.
"Nanti kalau Elang mau bicara sama lo, nurut aja ya." kali ini suaranya berbeda dari yang pertama hingga membuat Sia memutar tubuhnya 90° dari tempatnya.
"Maksudnya apa, kak?" Sia mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Nanti lo akan tau," ucapnya dengan tersenyum tipis dengan teman di sebelahnya.
Sia membuka mulutnya sedikit lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas meskipun sedang bingung dengan apa yang dikatakan kakak kelasnya tadi ia tetap bisa menjaga wajahnya agar tetap datar.
***
"Eh, nanti kalegar bakal main basket sama anak ekskul. kita harus nonton," ucap Alisya dengan antusias.
"Gak ah, males. pasti nanti bakal rame," balas Zanna sambil membuka buku novelnya dari dalam loker mejanya. mereka semua memang masih berada di dalam kelas meskipun bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
"Ayolah, ya? Si, ikut kan?" Sia mengangguk.
Zanna dan teman temannya yang lain hanya memutar bola matanya malas dan akhirnya mengangguk menuruti kemauan temannya satu ini.
"Eh, Sya. katanya Dani potong rambut," ucap Kaila sambil memegang ponselnya.
"Emang bener? gue pikir itu cuma rumor." Alisya mendekat ke arah Kaila yang menunjukkan foto Dani sedang memakai baju basket.
"KOK TAMBAH GANTENG GINI SIH KAN GUE JADI MAKIN SUKA." Alisya menggigit bibir bawahnya geram melihat Dani yang terlihat maco dengan rambut barunya.
Kaila menutup telinga kirinya yang terkena teriakan Alisya. "Biasa aja dong bangke!"
"Gak bisa dibiarin sih ini. fix harus nikahin Dani." Kaila dan yang lain hanya memutar bola matanya malas mendengar kehebohan temannya.
"Dani siapa?" tanya Sia yang memang dari tadi dirinya tidak paham dengan pembicaraan mereka dari awal.
"Kapten basket yang pesonanya bisa ngeluluhin hati gue," jawab Alisya sambil memegang dadanya dramatis.
"Udah punya pacar?"
"Udah, kenalin. gue jodohnya," ucap Alisya sambil mengulurkan tangannya di hadapan Sia dengan percaya diri.
Kaila menepis tangannya dengan kasar. "Halu mulu lo, sumpah! bangun napa bangun," ucap Kaila.
"Dari pada halu mending ke kantin, makan yang banyak biar lo sadar kalau itu semua cuma mimpi, oke!" Kaila menarik tangan Alisya untuk mengikutinya sedangkan di belakang mereka ada Zanna, Nia, dan Sia.
"Peka banget lo, Kail. halu kan emang butuh makan yang banyak biar makin kuat halunya." Alisya menaik turunkan alisnya sedangkan Kaila langsung menyentak tangannya hingga terlepas lalu berjalan mendahuluinya dengan kesal.
mereka berlima duduk di kantin yang sudah tidak terlalu ramai. mereka memesan makanan dan memakannya dengan lahap. namun Sia selalu merasa tidak tenang karena ada yang memperhatikannya dari jauh sehingga ia beberapa kali menoleh ke sana ke mari guna mencari orang yang memperhatikannya.
benar saja, Di pojok kantin Elang tengah memperhatikannya dengan segelas minuman yang ada di tangannya.
Sia meneguk ludahnya kasar lalu berusaha mengalihkan tatapannya ke sembarang arah asal tidak menatap Elang.
kegelisahan Sia diketahui oleh Zanna hingga memunculkan kerutan di dahinya.
"Kenapa?" Sia menggeleng sambil tersenyum menjawab pertanyaan Zanna.
Zanna yang tidak percaya dengan jawaban temannya pun mengikuti arah pandangan Sia di pojok kantin.
Zanna berdehem keras guna menghentikan kegiatan teman temannya untuk sementara.
"Kenapa?" Zanna menggerakkan bola matanya ke kiri agar teman temannya paham apa yang dimaksud.
Kaila, Nia, dan Alisya yang paham pun langsung saling pandang dengan menaik turunkan alisnya dan mengangguk paham, entah apa yang ada di pikiran mereka.
Dehaman keras dari Zanna membuat keempatnya menatap ke arahnya dan sontak mereka terkejut karena Elang tiba tiba berjalan ke meja mereka.
Kaila menyenggol lengan Alisya kuat hingga sesuatu pun terjadi.
Alisya memegang perutnya sambil menahan sesuatu yang akan keluar. "Duh, kebelet nih. ayo anterin ke kamar mandi."
Keempatnya hanya ikut mengangguk dan mengikuti Alisya dari belakang menuju kamar mandi.
Elang yang baru saja ingin sampai di meja itu merasa jika sedang dihindari. teman temannya yang melihat itu pun menertawainya karena baru pertama kali ada orang yang berani menghindari Elang di sekolah. biasanya mereka akan tunduk dan menerima apa yang akan Elang lakukan.
sementara itu, di kamar mandi siswi. Sia menatap teman temannya dengan aneh terutama pada Alisya.
Gadis itu yang tadinya mengadu kebelet di kantin tapi sekarang malah terlihat baik baik saja di dalam kamar mandi bahkan ia malah tertawa dan bertos ria dengan ketiga temannya.
"Ini kenapa sih?" tanya Sia yang tidak mengerti dengan keempat temannya.
"Akting gue bagus gak, Sia?" tanya Alisya sambil menaik turunkan alisnya dengan menyibak halus rambutnya ke belakang membuat Sia semakin mengerutkan keningnya.
Zanna yang paham dengan ketidak pahaman temannya pun mulai menjelaskan dari awal. Sia mendengarnya dengan teliti dan manggut manggut mengerti.
"Akting kamu bagus, Sya. tapi aku gak yakin kalau Elang bakal percaya." Kaila mengangguk setuju dengan ucapan Sia.
"Lo sih, lagian kenapa akting sakit perut sih. kan lo bisa pura pura pingsan, atau pengin ambil barang di tas gitu, nanti kita bakal ikut kok."
"Ya mau gimana lagi yang ada di otak gue cuma sakit perut."
"Udah udah, mending kita cek ke depan apa bener bener aman," usul Zanna karena tak ingin mendengar keributan di kamar mandi.
Kaila membuka pintu kamar mandi sedikit agar ia bisa melihat keadaan di luar. "Aman?" tanya Alisya.
Kaila memberi isyarat tangannya dengan mengacungkan jempol lalu melambaikan tangannya agar teman temannya ikut keluar dari kamar mandi.
mereka berlima sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega melihat koridor yang sepi dan tidak ada tanda tanda Kalegar di sana.
"Yakin nih, aman?" tanya Zanna sekali lagi sambil melirik ke sana ke mari.
"Buktinya, sepi kan?" Zanna mengangguk setuju.
"Balik ke kelas yuk, udah mau masuk," ajak Nia setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Sia dan teman temannya mengangguk, baru berjalan lima langkah dari tempat mereka, suara seseorang terdengar di telinganya membuat mereka sontak menghentikan langkahnya dengan jantung yang sudah berdetak tak karuan.
"Udah?"
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang
Teen Fiction"Kalau lo mau jadi babu gue, ini gak akan terjadi." *** "Cowo aneh! udah aneh ganteng pula--" *** Berawal dari pertemuan Sia dengan murid SMA Medita hingga membuatnya berakhir menjadi kambing hitam di sekolahnya. Permusuhan antara SMA Nayaka dan S...