24. es krim

6 1 0
                                    

Elang duduk di lapangan basket sambil melamun memikirkan kejadian di kantin bersama Sia. Ia tengah memutar bola basket ke tanah dengan tangannya namun pandangannya tetap kosong.

Bara dan Atek yang melihat itu pun saling melempar pandangannya bingung. Dengan cekatan, Atek merebut bola basket yang ada di pengaruh Elang membuat sang enpunya langsung menatap Atek tak terima.

"Lo kenapa sih, Lang? Dari tadi ngelamun mulu. Ada masalah apa lo sama Sia?" tanya Bara sambil duduk di sebelahnya.

Agam dan Cakra pun juga mendekati mereka berdua dengan Atek yang menyusul duduk di bawah Bara, menyandarkan punggungnya di kaki Bara membuatnya keenakan.

"Cewe tuh ribet ya?" Bara dan Atek saling melempar pandangan lalu menggeleng secara bersamaan.

"Nggak tuh, gak ribet kalo kita ngertiin mereka."

"Lah gue kurang ngertiin Sia dari mana coba. Gue udah ngertiin dia banget kan?"

Bara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ingin menjawab 'Nggak' juga nanti Elang marah tapi kalo dijawab 'iya' nanti Elang kepedean lagi.

Bara mendorong pelan bahu Atek, mengisyaratkannya untuk berbicara namun Atek malah memainkan bola basket di tangannya dengan posisi duduknya. Sementara Elang menatap Bara menunggu jawaban yang akan dilontarkan olehnya.

"Sebelum gue jawab pertanyaan lo ini, gue bisa liat hp lo nggak?" tanya Bara dengan perlahan takut-takut jika Elang marah.

Tak disangka jika Elang langsung menyerahkan ponselnya kepada Bara. Membiarkan Bara mengecek apa yang ada di ponselnya.

"JIAKHHH LO MAH PANTES PUNYA PIKIRAN KAYA GITU, ARTIKEL YANG LO BACA SALAH, LANG!" Bara berteriak heboh membuat Agam, Cakra, dan Atek mengerubungi Bara untuk melihat apa saja histori pencarian Elang.

"Salah gimana, maksudnya?"

Bara berdehem sejenak lalu menyerahkan ponsel Elang kepada Atek untuk dilihat bersama Agam dan Cakra.

"Jadi gini, semua cewek yang ada di dunia ini tuh gak mungkin semuanya bakal suka sama yang manja-manja. Pasti bakal ada 50% dari mereka suka kebalikannya."

Elang mengangguk mengerti. "Jadi gue salah, ya?"

"SALAH LAH BOS! LAGIAN LO NGAPAIN SIH TANYA INTERNET SEGALA, MENDING TANYA KITA AJA YANG LEBIH BERPENGALAMAN DIBANDING INTERNET."

Bara mendorong bahu Atek. "Berpengalaman gimana orang lo nya aja gak pernah deketin cewe."

"Lo pikir gue homo, gak deketin cewe." Bara mengangkat kedua bahunya.

"Jadi apa hubungan pertanyaan lo sama masalah Sia?" tanya Cakra yang sudah penasaran sejak tadi.

"Gue tadi di kantin minta suapin makan."

"Terus?"

"Minumnya juga."

Bara dan yang lainnya sontak memgerutkan keningnya bingung. Minum? Apa maksudnya itu minum dari--

"Pikiran kalian jangan rese ya! Mau gue gorok otak kalian, hah?!"

"Ya, jelasin dulu maksudnya apa." Cakra menggaruk belakang telinganya karena ia memang tak paham dan otaknya pun travelling.

"Maksud gue, minumnya tuh juga dipegangin--"

"PANTESAN SIA MARAH, BOS! LAGIAN LO MAGER BANGET SIH JADI ORANG. udah minta suapin, minta dipegangin minumannya pula." Atek memutar bola matanya malas mendengar penjelasan Elang.

"Ya tapi kan dia bisa nolak." Bara terkekekh lalu melemparkan senyum miringnya.

"Emang kalo dia nolak lo bakal turutin?" Elang terdiam mendengar jawaban Bara.

Bara sudah paham dengan sifat Elqng, ia sudah lama bermain bersama, sifat Elang adalah tidak suka dibantah ataupun ditolak dengan alasan apapun kecuali jika ada hal yang mendesak.

***

Elang termenung di atas motornya sambil mengetuk helmnya dengan jari-jari tangannya. Teman-temannya sudah berada di rumah Agam untuk berkumpul di sana hanya sekedar berkunjung. Ia mengingat perkataan Bara di lapangan tadi yang membuatnya menunggu seseorang di parkiran sekolah.

"Lo harus minta maaf, bos!" Bara menepuk bahu Elang beberapa kali membuat sang empunya merasa tak terima.

Bara mengetahui jika kata 'minta maaf' tidak ada di dalam kamusnya.

"Lo pikir gue mau?" tanya Elang dengan smirk andalannya.

Atek menghembuskan napas kasarnya lalu memutar bola matanya malas. "Kalo lo gak minta maaf nanti dia malah makin ilfeel  sama lo, gimana? Terus Sia bakal ngejauh dari lo atau bahkan bisa pindah seko--"

Tanpa mendengar dan menjawab ucapan Atek ia langsung meninggalkan teman-temannya menuju kelas.

Elang menatap seorang siswi yang sudah lama ia tunggu tengaj berjalan ke arahnya, tapi sepertinya ia salah pengertian karena Sia hanya berjalan menuju jalanan untuk memberhentikan sebuah angkutan umum.

Elang dengan segera menyalakan motornya dan menjalankannya sampai berhenti di hadapan Sia. "Naik."

"Mau apa lagi sih?" tanya Sia bingung dengan sikap Elang yang tiba-tiba manja lalu pemaksa ke padanya. Sebenarnya apa kemauannya?

"Ikut gue." Sia memutar bola matanya malas.

"Kamu pikir aku mau?"

"Gue gak peduli, Ayo naik!" Elang menekankan ucapannya di setiap katanya membuat Sia mau tak mau langsung menurutinya.

Setelah Sia naik ke atas motor, Elang langsung menjalankan motornya menuju kedai es krim membuat Sia menatap spion Elang dengan bingung.

"Kenapa ke sini?" tanya Sia bingung sambil menatap beberapa pengunjung yang juga menatapnya.

Elang melepaskan helmnya lalu menatap Sia yang masih duduk di belakangnya. "Lo nggak mau es krim?"

"Ya mau lah! Ya kali nolak!" Sia langsung melompat dari atas motor meninggalkan Elang yang tersenyum sendiri melihat sikap Sia.

Sia memakan es krimnya dengan lahap namun berbeda dengan Elang yang menatapnya dengan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan kedua tangannya yang berada di kantong celananya.

Sia menyodorkan satu sendok es krim di hadapan Elang yang masih menatapnya dengan bingung. "Mau? Aku mumpung baik."

"Lo aja," ucap Elang sambil menggeleng.

"Kenapa? Eh, jangan bilang ini aku yang bayar." Sia berhenti memakan es krimnya bahkan ia sampai meletakkan sticknya ke dalam cup es krimnya.

Elang menggeleng. "Gue traktir lo es krim sebagai permintaan maaf gue soal tadi di kantin."

Sia mengerutkan keningnya lalu tak lama mengangguk mengerti. "Es krim doang?" tanya Sia sambil mengangkat es krimnya dan memutar beberapa kali.

Elang menggeleng membuat Sia semakin penasaran dengan apa yang akan Elang berikan. "Ada lagi? Apa? Mana? Di mana? Aku mau dong! Cepet." Sia menggoyangkan lengan Elang yang ada di meja membuat sang empunya tersenyum melihat Sia yang manja.

Elang menggandeng tangan Sia ke motornya dan menjalankan motornya menuju rumah Agam. Sesampainya di pekarangan rumah Agam, Sia langsung turun dan menatap Elang dengan tatapan tajam.

"Kenapa?"

"Kamu bawa aku ke mana?!" Sia menutup mulutnya terkejut ketika pikirannya mulai tak beraturan. "Jangan macem-macem ya, kamu! Aku bisa lapor polisi sesuka aku." Elang memutar bola matanya malas lalu turun dari motornya.

"Ini di rumah Agam, lo tenang aja dan jauhin pikiran kotor lo itu tentang gue. Cantik-catik tapi kok pikirannya negatif mulu." Kedua pipi Sia langsung memanas mendengar ucapan Elang. Ia menatap punggung Elang yang sudah masuk ke dalam rumah.

***

Ya gimana gak kesel malih! Lo bawa anak orang ke rumah temen tuuu :(

Bersambung.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang