17. Handphone

7 3 0
                                    

"Aduh Siaa! bodoh banget sumpah, itu hp ketinggalan di markas kalo sampe Elang sama anak - anak yang lain liat room chat Alex bisa dalam bahayaa!!" Sia beberapa kali memukul kepalanya.

"Mana hpnya gak dikasih sandi lagi!" Sia menggigit bibir bawahnya gelisah.

Ia berjalan menuju kelasnya dengan wajah yang gelisah ditambah jantungnya masih terus berdetak dengan kencang membuatnya tak tenang.

Saat bangun pagi tadi, ia menyadari sesuatu jika ponselnya tertinggal di markas Kalegar. sempat ia tanyakan pada Bundanya namun ternyata Elang tidak menitipkan apapun setelah mengantarnya ke dalam kamar.

"Bodoh banget kamu, Sia!" Sia menghela napas panjang sambil masuk ke dalam kelasnya memasang senyuman palsu.

"Lo kenapa?" tanya Alisya dan Kaila menatapnya bingung.

"Nggak papa, emang aku kenapa?"

"Wajah lo keliatan gelisah, kenapa? Elang lagi?"

gawat! kenapa teman temannya bisa tau? bukankah ia sudah memasang senyum palsunya? aish ... jika begini bagaimana ia bisa mempertahankan senyumannya.

"Elang mulu deh pikiran kalian, heran." Nia mengangguk mendengar ucapan Zanna.

"Bukan Elang," jawab Sia seadanya.

"Terus? kenapa dengan wajah anda, human? apakah anda sedang merasa sendiri?" Sia tersenyum tipis mendengar nada Alisya yang dibuat buat hanya untuk menghibur dirinya.

"Enggak, bukan itu. aku nggak papa kok."

"Yakin?" Sia mengangguk.

***

Sia dan teman - temannya tengah sibuk memakan makanan masing masing. sesekali mereka berhenti makan dan berbicara sesuatu yang bagi Sia tak terlalu penting.

keseruan mereka di meja makan harus berhenti karena Elang dan teman temannya tiba tiba duduk mengurung mereka berlima. membuat seluruh kantin yang menatap mereka diselimuti rasa iri.

"Suapin gue," ucap Elang setelah menyodorkan makanan yang ia beli tadi ke depan Sia.

yang ada di meja itu pun menatap Elang sambil mengerjapkan matanya pelan, begitu pun dengan Sia. ia seakan tak bisa berkata kata mendengar perintah yang terlontar dari mulut Elang.

"Punya tangan kan? makan sendiri, sana!" Sia mengatakan itu dengan nada ketus membuat teman teman Sia menatap sang empu sambil menelan ludah kasar.

tidak ada yang berani menolak perintah Elang kecuali Sia. garis bawahi itu, hanya Sialah yang berani menolak Elang dan membuat laki laki itu bungkam.

saat Alisya ingin melontarkan kata katanya, dengan cepat Atek menarik gadis itu keluar kantin. begitu pun dengan teman teman Sia yang juga ditarik keluar oleh teman teman Elang yang lain.

Sia menatap teman temannya bingung. kenapa ia ditinggal sendiri bersama Elang. ia menatap Elang yang tengah menatapnya santai dengan tangan menopang kepalanya.

"Apa?!" tanya Sia jutek membuat Elang tersenyum tipis lalu menggeleng masih dengan posisi yang sama.

"Nggak ada yang berani nolak gue selain lo."

Sia mengerutkan keningnya lalu tersenyum miring. "Terus? kamu mau aku nurut kaya mereka, gitu? hahaha, impossible. emang kamu siapa? mikir deh, punya otak kan?" Sia menunjuk pelipisnya beberapa kali.

seluruh pengunjung kantin yang melihat keberanian Sia pun sama sama menelan ludah hingga suasana kantin yang tadinya ramai, sekarang malah menjadi sepi.

Elang terkekeh pelan. "Cuma lo yang berani ngomong gitu sama gue."

Sia memutar bola matanya malas. "Emang aku harus ngomong gimana? bahasa inggris? bahasa jepang? korea? ohh!! atau pakai bahasa alien?" tebak Sia dengan wajah kesalnya.

Elang merubah posisinya menjadi menegakkan badannya dengan pandangan yang masih menatap Sia. ia menunjuk Sia berkali kali sambil terkekeh kecil.

"Ini yang buat lo beda dari yang lain." Elang menatap lekat mata Sia membuat jantung Sia berdetak tak karuan di dalam sana. "Dan menarik di mata gue," lanjutnya.

Sia mengerutkan keningnya bingung namun dengan jantung yang masih menari nari di dalam sana ia jadi tidak bisa berpikir jernih.

"Suapin gue," ucap Elang sambil menyodorkan makanannya di hadapan Sia.

Sia menatap datar Elang lalu meneliti dari atas sampai bawah. "Tangan masih lengkap, kaki masih lengkap, mulut juga ada, mata masih lengkap. masih minta suapin?"

"Suapin gue atau hp lo ..." Elang menggantungkan ucapannya dengan ponsel berwarna putih yang berada di tangannya membuat Sia melototkan matanya terkejut.

"Gak akan pernah balik ke tangan lo lagi," lanjutnya sambil tersenyum.

"Kamu--" geram Sia tertahan karena Elang kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku seragamnya lalu mengisyaratkan Sia untuk mulai menyuapi dengan tatapannya.

Sia mendengus kesal lalu mulai menyuapi Elang dengan setengah hati.

"Jangan banyak - banyak dong," protes Elang setelah menelan semua makanan di dalam mulutnya.

"Kok protes sih? udah minta suapin, protes lagi! mau kamu apa sih?!" tanya Sia dengan alis yang menukik tajam menatap Elang dengan tatapan musuh.

Elang terkekeh mendengar ucapan Sia yang kesal. menurutnya membuat Sia kesal itu malah membuat gadis itu semakin manis dan lucu. ia mungkin tak akan bisa melupakan raut wajahnya di momen ini.

"Dikit dikit suapinnya, Fel. jangan banyak - banyak! lo mau gue mati gara gara disuapin sama lo?"

mendengar panggilan berbeda dari Elang membuat Sia tersipu malu. ini pertama kalinya ia dipanggil menggunakan nama 'Fel'.

"Y--ya bagus kalo kamu mati. dengan gitu aku bisa bebas dari kamu."

Elang terkekeh melihat pipi Sia yang merona. "Pipi lo merah, lo panas?"

Sia makin membuang wajahnya ke arah lain berusaha menetralkan detak jantungnya dan berharap rona merah di pipinya akan segera hilang.

Elang terkekeh geli melihat itu. "Salting lo lucu."

Sia yang mendengar itu membuat detak jantungnya semakin menggila lalu memberanikan diri menatap Elang dengan datar.

"Bisa nggak sih gak usah ngomong gitu?"

"Kenapa?" tanya Elang sambil mendekatkan wajahnya perlahan ke arah Sia. untungnya Sia langsung memundurkan wajahnya dan karena lelah jika terus mundur, dengan terpaksa ia menampar pelan pipi Elang hingga wajahnya menoleh ke samping.

seluruh kantin yang melihat adegan itu pun langsung membulatkan matanya terkejut menatap Sia yang dengan berani menampar ketua Kalegar yang sangat ditakuti oleh semua orang.

"Nggak usah deket deket ya! jangan modus!" Sia menunjuk ke wajah Elang dengan tatapan kesal.

ia menatap Elang yang diam saja dengan senyum miring tercetak di wajahnya membuat Sia mengerutkan keningnya bingung.

"Lo orang pertama yang berani nampar gue," ucap Elang sambil menatap wajah Sia datar.

"Dan kamu orang pertama yang nyita hp aku selain bunda," jawab Sia kesal.

"Gue nggak nyita. kemaren lo ketiduran di markas gue dan hp lo ini ketinggalan di meja, apa lo lupa?"

"Kalo nggak nyita kenapa nggak langsung dikembaliin?" tanya Sia sambil mengadahkan tangannya di depan wajah Elang membuat sang empunya menatap Elang datar.

"Apa yang udah ada di tangan gue bakal susah buat lepas dari gue."

"Termasuk, lo." lanjutnya dalam hati.

***

Bersambung.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang