"Bun, ngapain?" tanya Sia saat Bundanya baru saja memasuki kamarnya dengan membawa sepiring martabak.
"Buat kamu," ucapnya sambil meletakkan piring itu di dekat Sia yang tengah belajar.
"Dari siapa?" tanya Sia sambil mengerutkan alisnya bingung.
"Dari temen kamu yang kemarin itu--"
Sia semakin mengerutkan keningnya bingung, "Kemarin?"
Bunda berdecak. "Pas kamu ketiduran, kan ada temen kamu yang anter pulang. Namanya itu--"
Sia membulatkan matanya terkejut. "ELANG?!"
"Elang?" Bunda mengerutkan alisnya sebentar lalu mengangguk pelan. "Ya, bener. Itu namanya, kamu kenal kan?"
Sia mengangguk.
"Katanya calon menantu bunda." Sia menahan tawanya sambil menatap Bundanya bingung.
"Nggak mungkin deh, bun dia ngomong kaya gitu."
"Kenapa nggak mungkin? Dia pacar kamu kan?"
"Bukan, bukan, Sia nggak punya pacar." Sia menggeleng keras beberapa kali hingga Bundanya percaya.
***
Elang dan kelima temannya berada di markas Kalegar sambil bermain uno.
"Kalo gue kalah, gue bakal traktir kalian semua. Tapi kalo gue menang, Elang bakal jawab dengan jujur pertanyaan kita." Elang sedang fokus menata kartunya sontak menatap Atek dengan tatapan tak terima.
"Maksud lo apa?" tanya Elang dingin.
Bara terkekeh. "Gue setuju." Atek yang memiliki dukungan pun langsung tersenyum penuh kemenangan.
Elang langsung menatap Bara dengan tatapan tak kalah dinginnya.
"DAH, AYO MAIN! JANGAN MAIN TATAP-TATAPAN LO! Kita gak lagi ada di acara 'tatap mata saya'."
Mereka berlima pun bermain uno bersama dan kemenangan selalu saja diraih oleh Atek. Siapa yang tak tau Atek, cowok yang gemar bermain game dan kartu uno menjadi orang yang berbeda dari teman-temannya yang lain.
"Nah, Lang. Karena gue yang menang, lo harus jawab pertanyaan dari kita semua."
"Hm." Elang bergumam sambil merapikan kartu uno ke dalam tempatnya.
"PERTANYAAN APANIH? IKUTAN DONG MAU KASIH PERTANYAAN JUGA!"
"HELLOW EPRIBADEHH YANG BUDIMANN JUKI DATANG MEMBAWA KENANGAN YANG MENDALAM! azek."
Bocil dan Juki baru saja datang menghampiri mereka berlima.
Atek memutar bola matanya malas. "Gak ada angin gak ada hujan, nyambung aja lu, Cil."
"Ki, welkam!" Bara menyalami Juki begitu pun dengan yang lainnya.
Juki, salah satu anggota inti kalegar yang sekarang ini bersekolah di Jakarta. Sesekali ia kembali ke daerahnya hanya sekedar menjenguk dan menanyai kabar mereka.
"Pertanyaan apanih, Bang? Buat siapa?" tanya Bocil penasaran.
"Buat Elang, apapun." Atek menaikkan alisnya beberapa kali dan langsung dibalas seringaian oleh Bocil. Mereka berdua seakan merencanakan sesuatu.
"25÷3log(1) berapa hasilnya?" tanya Cakra membuat Atek, Bara, Bocil, dan Juki memandangnya dengan tatapan terkejutnya.
"Kosong." Cakra mengangguk berarti jawabannya benar.
"Kenaikan harga barang yang naik turun hingga banyaknya permintaan dan kebutuhan, disebut?" tanya Agam dengan raut wajahnya datar.
"Inflasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang
Teen Fiction"Kalau lo mau jadi babu gue, ini gak akan terjadi." *** "Cowo aneh! udah aneh ganteng pula--" *** Berawal dari pertemuan Sia dengan murid SMA Medita hingga membuatnya berakhir menjadi kambing hitam di sekolahnya. Permusuhan antara SMA Nayaka dan S...