28. Planning

5 1 0
                                    

"Lo mau apa tanya-tanya soal instagramnya? mau stalker lo sama ibu negara? kena geprek bapak negara mampus lo, Ki." Atek menatap Juki dengan pandangan yang tak biasa. 

"Bukan gitu, Bang. gue kan udah punya pacar, ngapain juga gue jadi pelakor di hubungan pak bos, gak berfaedah." Elang yang mendengar itu sontak mengangguk senang, karena tenang akan hubungannya dengan Sia. 

"Ya bagus deh kalo lo gak akan ngebet, btw anak-anak di Bandung cakep-cakep nggak? gue mau dong satu, Ki."

"WUIS, CAKEP-CAKEP LAH BANG, BODYNYA BEHH MANTEP BENER. gue jamin ya, kalo lo main ke Bandung, mata lo bakal langsung bening, bang." Bara menggeleng tak percaya dengan temannya yang satu ini. 

"GILAK! gue jadi kepo." Atek menatap Elang dengan antusias. "Lang, liburan ke Bandung yok." Elang hanya bergumam sebagai jawaban. 

"Ngapain ke Bandung?" tanya Cakra bingung. 

"YA TENTUNYA CARI JODOH LAH, CAK! masih tanya aja lo." Bara menggeleng sambil memegang dahinya pusing memikirkan Atek yang hanya peduli dengan perempuan saja. 

Cakra memutar bola matanya malas. "Bukannya di sini juga banyak cewe?"

"Tapi gue kepo sama cewe cap Bandung." Cakra memutar bola matanya malas. 

"Udahlah, Cak. biarin aja, biar dia ke Bandung sendirian." Bara menengahi ucapan Cakra. 

"Enak aja sendirian. ya gue sama lo lah." Bara mengernyit tak suka mendengarnya. 

"Dih ajak-ajak gue, siape lo? sok asik banget jadi orang." Atek menatap datar Bara. 

"GUE BESTAI LO ANJIR. MASA LO LUPA SIH." teriakan heboh Atek membuat Juki dan Bocil tersenyum tipis mendengarnya. 

"Ya udah, Bang. lo sama gue aja, gimana?" tawar Juki sambil menaik turunkan alisnya. 

Bara melototkan matanya terkejut dengan pengorbanan Juki. "Yakin lo, Ki?" tanya Bara dengan nada tak percaya. 

Juki mengangguk dengan wajah polosnya. Bara mengusap wajahnya. "Gue cuma pesen, hati-hati aja kalo main sama Atek."

"Kenapa, Bang?" 

"JANGAN JELEK-JELEKIN GUE YA, LO BAR. GUE GAK PERNAH MALU-MALUIN KALO DIAJAK KELUAR." Bara memutar bola matanya malas. 

"Emang kapan gue bilang lo malu-maluin?" Atek langsung membuang mukanya panas.

"Hayo loh, kena jebak kan." Bara nyengir tanpa dosa membuat Atek langsung melayangkan satu bogeman ke perut Bara.

Bara meringis terkejut karena serangan tiba-tiba yang dilayangkan Atek. Ia sesekali meringis sambil mengusap perutnya beberapa kali lalu menarik kerah seragam Atek hingga sang empunya menatap Bara dengan takut.

"Sakit bego!" Bara menghempaskannya kuat membuat Atek sampai terjengkang untung saja ada Juki di belakangnya yang memegangi kedua bahunya agar tak jatuh.

"Gila lo, bang! Udah kelewatan tau, mukul bang Bara." Tanpa sadar Juki mendorong bahu Atek keras.

"Dia bikin gue kesel, gimana dong." Juki memutar bola matanya malas.

"Katanya bestai, tapi kok gitu aja marah sih. Pms lo," maki Juki.

Elang mengusap wajahnya kasar sambil menatap satu per satu mereka bertiga dengan tatapan tajam.

"DARI PADA KALIAN RIBUT YANG GAK BERMANFAAT DI SINI MENDING KITA BAHAS RENCANA APA YANG DIPAKAI ELANG BUAT NEMBAK SIA!" Cakra berteriak dengan suara lantang membuat ketiganya saling tatap dan langsung menunduk, berbeda dengan Bocil yang mengambil duduk di seberang Cakra yang menyisakan tempat, Juki pun langsung mengikuti Bocil dengan duduk di sebelahnya yang mendapat tempat.

Elang memutar bola matanya malas. "Kok jadi bahas itu sih." Elang mengernyit tak suka tapi hatinya berbunga-bunga jika membahas yang bersangkutan dengan Sia.

"Lah, katanya mau lo tembak."

"Pake tembak-tembakan gak sih nembaknya? Kalo lo tembak beneran bisa mati dong, Sia. Kasian, dia masih belom jadi ibu." Elang memutar bola matanya malas mendengar Atek yang sudah mulai aktif menggodanya.

"Maksud lo?!" Elang mengernyitkan keningnya tak suka.

"Ya--"

"ADUH BANG! MUKA LO ITU GAK COCOK KALO JADI PURA-PURA POLOS," ucap Bocil melihat wajah Atek yang ketakutan dengan ekpresi Elang yang menurutnya sangat seram jika seperti itu.

"Jadi lo mau rencana gimana?" tanya Agam dengan serius membuat semuanya langsung mengerti dan diam dan memasang mode seriusnya masing-masing.

"Gue mau sederhana tapi semua orang harus tau kalau Sia punya gue." Atek memutar bola matanya malas.

"Posesifnya mulai keluar," bisik Atek pada Bara yang sedang fokus memikirkan sesuatu, entah apa yang ada di pikirannya hingga tak mendengarkan dengan jelas bisikan Atek.

"Lo semua gak usah mikir apa rencana gue, biar gue aja yang ngejalanin. Tapi gue perlu bantuan kalian."

"Apapun buat pak bos yang otw punya bu bos," ucap Atek dengan semangat 45.

"Ayo cepet kasih kita perintah! Dengan cepat lo ngasih kita perintah, dengan cepat pula kita menjalankannya." Bara menatap Elang tajam seakan mode seriusnya benar-benar sudah keluar.

"Jadi."

***

Sia berjalan di koridor sekolah yang sepi, hanya ada dirinya. Wajar jika sepi, seluruh siswa masih berada di kelas masing-masing.

Ia membawa map berwarna hijau yang berisi sebuah absensi kelas milik XII Ips 2, itu adalah kelas Elang dan teman-temannya.

Ia mengetuk pintu kelas di depannya, lalu melangkah masuk saat sudah diijinkan oleh sang penghuni kelas.

"LANG! CALON TUH!"

"KALO JUKI ADA DI SINI PASTI DIA UDAH HEBOH BANGET GAK SIH?!

"Heboh, kaya lo."

"Lang! Buruan anjing! Lo bengong mulu deh heran, mikirin utang?"

"Bu, ini absensi kelasnya."

"Oh, iya. Terima kasih, ya."

"Iya, Bu." Sia tersenyum sambil mengangguk lalu berjalan menuju pintu kelas.

"YAH KAN DAH KELUAR BU NEGARA."

Sia samar-samar mendengar suara Atek dari luar kelas pun langsung merubah ekspreksinya menjadi mengerutkan keningnya bingung.

"Maksudnya bu negara? Apaan?" Gumam Sia pada diri sendirinya yang bingung memikirkan ucapan Atek.

"Apa mungkin itu bukan buat aku? Hm." Sia menggeleng pelan demi menjernihkan pkirannya dari ucapan Atek.

Sia duduk di tempatnya saat sudah kembali dari kelas. "Lo kok lama sih?" Sia mengerutkan keningnya bingung.

"Lama? Cepet kok, orang aku gak mampir-mampir."

"Masa sih?" tanya Alisya.

"Iya, emang mau mampir ke mana? Kantin?" Sia mengerutkan keningnya sebentar lalu menggeleng.

Alisya mengangguk lalu melemparkan acungan jempolnya pada Sia. Mereka berlima kembali fokus dengan pelajarannya.

"Baik, jangan lupakan tugasnya yah. Minggu depan akan saya cek," ucap bu Lastri sambil membawa buku-bukunya.

"Iya, bu." Setelah bu Lastri keluar dari kelas, Sia langsung menatap teman-temannya satu per satu dengan wajah panik.

"Tugas apa?" tanya Sia dengan panik.

"Oh, tadi lo gak tau ya." Sia mengangguk.

"Itu, tugasnya cuma disuruh bikin tulisan di kertas."

"Tulisan? Apa?"

***

Bersambung.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang