10. Senyum

8 5 0
                                    

Sia menatap tajam Elang yang menatapnya santai dengan tangan yang masuk ke dalam saku celananya.

"Maksudnya apa?" tanya Sia butuh penjelasan dari apa yang telah dilakukan temannya. terlebih lagi ia adalah satu satunya perempuan di kelas ini.

Elang mengangkat kedua bahunya tak mau menjawab. Sia memutar bola matanya malas lalu beralih menatap Barra sambil tersenyum.

"Boleh minggir nggak? aku mau ke kantin," ucap Sia datar. tapi ucapannya tak didengarkan sama sekali oleh Barra. malah laki laki itu mengobrol dengan Atek.

"Tawaran gue masih berlaku." Sia memutar bola matanya malas.

"Aku nggak salah apapun jadi tawaran itu nggak berguna buat aku."

Elang mendekati Sia hingga jarak keduanya mulai menipis, tinggi Sia yang hanya sedada Elang pun bisa merasakan napas laki laki itu menerpa dahinya.

"Percuma juga lo nolak, cukup pilih salah satu dan gue akan pergi dari kelas ini."

Sia melemparkan senyum miringnya. "Kamu pikir aku bodoh? dengan aku pilih salah satu itu sama aja aku masuk ke neraka jahanam." Sia mengucapkan dua kata akhirnya dengan penekanan sedikit.

Elang membalas senyum miring Sia. "Ini lebih dari neraka jahanam, baby girl."

deg

Sia terpaku dengan ucapan terakhir Elang. jantungnya berpacu lebih cepat, wajahnya berubah menjadi gugup. Elang yang melihat itu tersenyum puas sambil menjauhkan dirinya dari Sia. tatapannya terus menatap perempuan itu yang masih mematung di tempatnya.

Bel masuk membuat Sia tersadar dari lamunannya lalu menatap Elang dan teman temannya yang masih berada di kelasnya. ia duduk di tempatnya sambil menatap satu per satu teman Elang yang masih santai duduk di meja.

"Kalian nggak ada pelajaran?" Atek menggeleng sambil tersenyum puas.

Sia mengerutkan keningnya bingung. "Terus kenapa nggak balik? bentar lag--"

"SIA?!" Sia menoleh ke arah pintu kelasnya yang terbuka lebar dengan Alisya, Kaila, Zanna, dan Nia berada di sana.

Alisya berjalan tergesa gesa menuju Sia menyingkirkan tubuh Barra dan Atek yang berada di depannya. sontak kedua laki laki itu terkejut karena kekuatan Alisya.

"Lo nggak diapa apain kan sama mereka?"

"Lo nggak dimesumin kan sama mereka?"

"Lo nggak diancem kan?"

"Lo nggak dimutilasi kan?" sontak ketiga temannya yang mendengar pertanyaan dari Alisya langsung menatap sang empu dengan pandangan horor.

"Kalo dimutilasi sekarang Sia udah nggak ada dodol!" Sia terkekeh sambil menggelenh mendengar pertanyaan pertanyaan aneh temannya.

"I'm fine." Sia mengelus tangan Kaila yang berada di pundaknya sambil menatap seluruh temannya.

"Dih, gue juga kalo mau apa apain harus pilih pilih cewe lah. ya kali punya bos mau gue rebut, bisa digoreng gue ntar," ucap Barra sambil menatap Atek yang juga menatapnya.

Sia dan teman temannya mengerutkan keningnya bingung dengan maksud Barra. "Cewek cantik, bro!" Atek menepuk pundak Barra menghiraukan ucapannya tadi sambil menatap Alisya.

Barra berdecak kesal. "Lo dengerin gue gak sih?"

Atek menggeleng lalu membasahi bibir bawahnya dan menatap Barra sambil terkekeh. Barra berdecak kesal lalu beralih membuka ponselnya.

Atek menghampiri Alisya sambil menyugar rambutnya ke belakang. "Hai, udah kenalan belum? kalau belum kenalan, yuk."

Alisya memutar bola matanya malas menatap laki laki di hadapannya apa lagi teman temannya sudah mulai menahan tawa sambil menutupi mulut masing masing.

"Jangan ya, gue trauma sama cowok." bukannya Atek marah, ia malah tersenyum dan semakin mendekat ke arah Alisya membuat sang empunya mengerutkan dahinya tak suka.

"Udah, Sya. kenalan aja, cuma kenalan doang kok," desak Kaila yang dihadiahi pelototan tajam dari Alisya.

akhirnya Alisya mengenalkan dirinya dengan Atek. ia segera duduk di tempatnya saat bu Kesi sudah memasuki kelas dengan tatapan datar nan tajamnya.

kali ini bu Kesi telah menyelamatkan dirinya dari playboy kelas kakap itu, ia bernapas lega sambil mengucapkan banyak terima kasih kepada bu Kesi.

satu kelas saling mengerutkan keningnya bingung karena Elang dan teman temannya masih berada di kelas Sia.

"Elang, kamu ngapain di sini? ini pelajaran kelas 11. kamu kan kelas 12, sana kembali ke kelas kamu."

"Ibuku yang cantik badai kaya syahrini  cetar membahana, kita semua mau nginep---eh bukan bukan, maksudnya mau numpang belajar di sini boleh nggak, bu?" tanya Atek dengan wajah yang sok imutnya membuat seluruh kelas hampir sakit perut karena menahan tawanya.

bu Kesi menggeleng tegas sambil membawa rotan ke arah mereka berlima. "Kalian nggak mau kembali ke kelas, hm?"

salah satu siswa yang sedari tadi membaca buku, sekarang menutup bukunya lalu menatap bu Kesi datar. "Apa boleh kita ijin ikut pelajaran bu Kesi? untuk mengingat kembali pelajarannya."

Seluruh penghuni kelas langsung terdiam mendengar ucapan Cakra yang alasannya terlihat jelas dan dapat dipercaya. bu Kesi langsung mengangguk dan kembali meletakkan rotan keramat di atas meja guru.

"Saya ijinkan tapi jangan mengganggu adik kelas kalian."

"Yes, Mom."

Elang duduk di sebelah Sia sambil menopang kepalanya yang menoleh ke arahnya. sedangkan Agam duduk di belakang Nia dengan tatapan datarnya.

Atek duduk di depan Alisya dengan badan yang menghadap ke arah perempuan itu terus menerus. sedangkan Barra duduk samping kiri Kaila sambil menatap perempuan itu.

Zanna yang duduk di sisi lain Sia pun tersenyum geli melihat teman temannya yang juga mendapat godaan dari teman teman Elang. ia tersenyum lega, namun kelegaan itu seakan sirna karena seorang laki laki tiba tiba duduk di depannya. itu adalah, bocil. ya, panggilan itu juga terkenal di kelasnya kalau kalian belum tau.

Zanna melototkan matanya kaget hingga pulpen yang ia letakka di sela sela jarinya terjatuh. ia tersentak kaget lalu memungut pulpennya namun bangkunya sama sekali tidak bersahabat dengannya karena saat ingin bangkit, kepalanya terbentur mejanya dengan kuat hingga menimbulkan bunyi.

seluruh penghuni kelas menatap Zanna yang sedang mengelus kepalanya sakit dengan pulpen yang berada di tangannya. Bocil menggeleng pelan melihatnya lalu ikut mengelus kepala Zanna yang sempat terbentur tadi dengan pelan membuat sang empu dan teman temannya melemparkan tatapan menggoda Zanna.

"BISA BUCIN JUGA LO, CIL," teriak Atek memanasi Zanna dan Bocil.

Bocil langsung menarik tangannya kembali lalu menatap Atek dengan datar. "Gue kan gak kaya lo, Bang."

"Emang gue kenapa?"

"Homo." seluruh kelas tertawa mendengar ucapan Bocil.

semua menertawai raut kesal Atek dan raut datar Bocil kecuali dua laki laki yang masih fokus menatap senyum perempuan di depan matanya. seakan momen ini langka, mereka berdua tak akan membiarkannya sia sia.

Mata Sia tak sengaja menatap Elang yang juga menatapnya dengan senyum yang tipis. ia berdehem lalu menyelipkan ranbutnya ke belakang telinga menghiraukan Elang yang masih menatapnya.

ia merasakan pergerakan dari Elang yang mendorong kursinya agar mendekat ke arah Sia membuat perempuan itu gugup setengah mati bahkan tangannya pun sampai bergetar.

Elang mengurung Sia dengan tangan yang memegang meja dan sandaran kursi Sia membuat sang empunya menatap Elang dengan tatapan terkejut.

"Jangan tunjukin senyum lo ke orang lain selain gue, gue nggak suka." setelah mengucapkan itu, Elang kembali ke tempatnya tak lupa menarik kursinya seperti semula.

***
Bersambung

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang