29. Istimewa

4 1 0
                                    

Sia mengerutkan keningnya bingung memandangi sebuah kertas hvs di tangannya yang baru saja diberikan oleh Alisya.

"Ini buat apa?" tanya Sia sambil membolak balikkan kertasnya.

"Buat tugas," jawab Alisya tanpa menjelaskan tugasnya bagaimana.

"Jelasin dong, Sya. itu Sia bingung sama tugasnya. peka dong," ucap Kaila setelah menyenggol lengan Alisya.

"Emang tadi sama bu Tika, tugasnya cuma disuruh nulis di sini?" Alisya mengangguk.

"Nulis apa?"

Alisya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebenarnya itulah yang ia pusingkan sejak tadi. Ia menatap Kaila uang juga menatapnya.

"Jujur, Sia. Gue gak tau nulis apa, tapi kata bu Tika nanti siang kita disuruh ke lapangan bawa kertas ini." Kaila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil mengangkat kedua bahunya.

"Yah, Sia. Sebenernya gue juga gak ngerti maksud tugas dari bu Tika." Alisya nyengir membuat Sia memutar kedua bola matanya malas.

"Jadi nanti disuruh ke lapangan bawa kertas ini aja kan?" tanya Sia sambil menunjuk kertas hvsnya yang mendapat anggukan dari teman-temannya.

"Iya bener, udah gitu doang tugasnya. Gak cuma lo kok yang bingung, kita juga bingung sumpah. Gak ngerti lagi sama bu Tika." Kaila menghela napas panjang.

"Jam berapa ke lapangannya? Sekarang udah jam istirahat kan?"

Kaila refleks memukul lengan Alisya yang ada di sebelah kanannya. "OH IYA! jam berapa?" tanya Kaila heboh menatap Alisya yang meringis terkejut menerima pukulan Kaila.

"Jam 10." Kaila dan Sia mengangguk.

***

"Cuma kelas kita kah yang dapet tugas ginian?" gumam Sia yang dapat didengar oleh Zanna di sebelahnya.

"I think no." Zanna dan Sia melihat banyaknya siswa kelas lain yang membawa kertas hvs masing-masing di tangannya di pinggir lapangan.

"INI KENAPA RAME BANGET! FAK!" Alisya melirik jam tangannya dan masih menunjukkan pukul 09.00

"Iya yah, gak biasanya lapangan sekolah serame ini, ada apaan sih ini? Gue heran deh. Dari bu Tika, sekarang lapangan yang rame kaya gini. Kalian ngerasa aneh gak sih, guys?" tanya Kaila.

"Bener, aneh banget. Tapi ada bagusnya sih kalo rame kaya gini," ucap Nia yang membuat teman-temannya menoleh ke arahnya heran.

"Bagusnya apa?" Nia menatap teman-teman nya dengan senyum yang merekah.

"Bagusnya sekolah ini gak sepi kaya kuburan lagi. Tuh liat, lapangannya aja hampir penuh kaya gini, bagus banget gak sih. Kaya kompak gitu, tapi siapa yang ngerencanain?" Pertanyaan Nia diakhir ucapannya membuat teman-temannya berpikir keras.

"Pak kepala sekolah?" tebak Kaila yang mendapat anggukan oleh teman-temannya.

"Bisa jadi, tapi buat apa? Dan urusannya sama kita sampe bawa-bawa kertas ke lapangan." Kaila menggaruk kepalanya yang tidak gatal mendengar ucapan Alisya.

"Nah, kalo itu gue gak tau."

"Ini masih jam 09.00 kan? Tapi kenapa udah serame ini? Kenapa gak makan dulu coba," ucap Sia sambil melirik kelas lain yang sudah rajin membawa kertas hvs ke lapangan.

"Tau tuh, rajin banget. Dah, ayo makan dulu. Panas tau, nanti kalo pingsan gak lucu." Sia terkekeh kecil lalu mengangguk mengikuti langkah Kaila dan Alisya yang ada di hadapannya.

Mereka berlima sampai di kantin yang sepi pengunjung. "INI MEREKA BENERAN KE LAPANGAN TANPA MAKAN DULU GITUH?! tanya Alisya heboh melihat suasana kantin yang hanya mereka berlima.

"Gila, ini beneran cuma kita berlima? Seru gak sih, guys?" tanya Kaila sambil menaik turunkan alisnya memandang teman-temannya.

Sia terkekeh lalu mengangguk. Entahlah, ia menyukai suasana ruangan yang sepi dan tenang, bisa menenangkan hati dan pikirannya membuat tenang.

***

Sia dan teman-temannya sudah berada di lapangan dengan membawa masing-masing kertas hvs. Ia melirik ke sana ke mari bahwa kelas lain juga masih sama seperti mereka. Terdiam, bingung melakukan apa karena sama sekali belum ada instruksi apapun dari guru.

"INI NAPA KITA DIJEMUR KAYA GINI SIH? GAK PAHAM BANGET SUMPAH APA COBA MAKSUDNYA? MAU BUAT KITA JADI KENTANG KALI YA?!" teriam Alisya di tengah-tengah lapangan membuat mereka menjadi sorotan.

Kaila mendorong bahu Alisya pelan. "Sya," peringat Kaila sambil menggeleng membuat Alisya langsung melirik ke arah seluruh siswa yang memperhatikan mereka.

Bu Tika datang dan menginstruksikan semuanya untuk membentuk lingkaran dengan dengan kertas hvs yang dibuat payung.

Sia yang ingin mengikuti teman-temannya maju, namun baru beberapa langkah tiba-tiba tangannya ditarik ke belakang untuk mengikuti langkahnya menuju koridor lantai dua.

Sia yang masih linglung dengan tarikan tersebut hanya bisa pasrah tanpa sadar siapa yang telah menariknya.

"Ini apa-apaan sih, kenapa ditarik ke sini? Aku mau ngerjain tugas dari bu Tika, tau." Sia melirik kesal pada kakak kelasnya yang masih berdiri di sampingnya.

"Sorry, Si. Gue juga dapet tugas dari Elang buat bawa lo ke sini." Sia melototkan matanya terkejut mendapati Cakra yang terlah menariknya sedari tadi.

"Kak--"

"Cakra aja buat lo," ucapnya lalu menatap ke bawah.

"Aku ke bawah dulu ya, mau ngerjain tugas dari bu Tika," ucap Sia sedikit tak enak juga dengan Cakra.

"Ngapain? Nanti kalau lo ke bawah gue yang kena semprot Elang."

"Emang apa hubungannya sama dia?" tanya Sia dengan nada kesalnya membuat Cakra menarik salah satu sudut bibirnya ke atas.

"Liat ke bawah." Perintah Cakra, membuat Sia merasa ragu untuk menurutinya. Dengan perlahan ia melihat ke bawah, dimana semua murid tengah berbaria membentuk hati dengan tengahnya yang hanya diisi dengan satu orang.

Orang itu, Sepertinya Sia mengenalnya. "Elang," gumam Sia yang masih bisa didengar oleh Cakra.

Elang menerima mic dari Atek. "Sebelumnya gue mau terima kasih buat temen-temen dan guru-guru yang udah mendukung gue buat ngelakuin ini semua. Tentu saja, semua ini gue lakuin karena orang spesial yang gue temuin di waktu dekat ini."

"Felysia, gue berdiri di sini buat lo." Elang menunjuk Sia yang berada di atas.

"Lo orang pertama yang buat gue senyum selain temen-temen gue, lo orang pertama yang buat gue jatuh ke hati lo, nama lo selalu ada di pikiran gue. Tingkah ceroboh lo itu yang gue suka, sikap pembangkang lo buat mata gue selalu tertuju di mata lo. Gue gak tau sejak kapan ada rasa ini tapi ...  Felysia, gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?"

"Jatuhin kertas yang lo pegang kalau lo jawab 'iya' tapi kalau lo angkat kertas itu ke atas gue anggep lo jawab 'tidak'," lanjut Elang dengan jantung yang tidak karuan.

Ia takut jika Sia akan menolaknya hingga ia menutup matanya. Sementara itu, Sia menatap Elang penuh haru dengan jantung yang berdetak kencang, ia menarik napas dalam lalu menjatuhkan kertasnya ke bawah sambil tersenyum tipis.

Elang membuka sedikit matanya, lalu menatap kertas yang berada di atas tanah. Ia mendongak menatap Sia yang sudah tak memegang kertasnya membuat Elang tersenyum senang dan teman-temannya pun langsung memeluknya penuh semangat.

Begitu pun dengan siswa yang berada di lapangan segera melempar kertas hvsnya secara bersamaan.

27 November adalah hari istimewa bagi Elang dan Sia. Bagaimana keduanya menjalin hubungan yang lebih serius.

***

Bersambung.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang