Sia menghentakkan kakinya kesal saat baru saja keluar dari kantin. ia berhasil mendapatkan ponselnya dari Elang dengan cara paksa. si cowo aneh menyebalkan itu tidak ingin memberikan ponselnya jadi dengan terpaksa ia merebut secara paksa.
Sia melihat kelasnya yang sedang ramai karena jam kosong. ia duduk di tempatnya lalu mengecek ponselnya melihat apakah Elang tidak melakukan sesuatu seperti menghapus aplikasi yang ada di sana.
"Kenapa?" tanya Alisya penasaran sambil mendekati bangku Sia.
"Ngecekin aja." Alisya mengangguk mengerti sambil membentuk mulutnya menjadi o.
"Eh, kalian udah tau berita paling panas nggak?" tanya Sia sambil menunjuk teman temannya bergantian.
"Belum, berita apa emang?"
"Berita kalau Dani tuh belum punya pacar." Kaila mengerutkan keningnya bingung.
"Loh, terus yang kemarin itu siapa?"
"Ternyata itu saudara sepupu dia," ucap Alisya senang karena teman temannya salah mengira tentang Dani.
"Bentar bentar Sya, emang lo tau dari mana kalau yang kemarin tuh saudara dia?"
"Ya gue juga cari informasi lah, temen gue temennya Dani bilang kalau itu cuma saudara sepupunya. jadi gue masih ada kesempatan kalau mau deketin Dani." Alisya tersenyum bahagia sambil menaik turunkan alisnya membuat Kaila yang melihat itu mendengus kesal.
"Deketin gimana? deketin dari jauh? mencintai dalam diam?" Zanna menarik salah satu sudut bibirnya ke atas menampilkan smirk.
"Kali ini enggak. karena gue bakal serius merjuangin dia."
"Yakin?" Alisya mengangguk mantap.
"Awas nanti di tengah jalan lo mulai capek buat berjuang."
"Semangat, Sya!" Sia bersorak menyemangati Alisya.
"Makasih, doain semoga gue kuat."
"Iya."
"Enggak." Alisya dan Sia sontak menoleh ke arah Kaila, Zanna, dan Nia dengan wajah yang malas.
"Kenapa?"
"Bukannya gue gak dukung lo sama Dani. Sya. gue dukung kok. dukung banget malah, tapi--"
"Tapi jangan sampai kamu nyerah di tengah jalan gitu aja. karena tau sendiri kan Dani orangnya kaya gimana? kita cuma nggak mau kamu kena masalah."
Alisya terkekeh mendengar ucapan Zanna. "Masalah apa? masalah gue makin cinta sama Dani? itu bukan masalah Zan, itu takdir gue karena suka sama Dani. emang kenapa sih? kita juga tau kan, Dani itu ganteng, pesonanya mantep, terus? apa lagi yang belum gue tau?"
Zanna memutar bola matanya malas sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya.
"Sya, sadar Sya. kita juga tau kan kalau Dani tuh emang cocok sama apa yang kamu omongin. tapi kamu lupa bagaimana nasib mantan mantan Dani. kamu nggak inget?" Sia makin mengerutkan keningnya bingung dengan ucapan Nia.
"Mantannya Dani itu--"
"Bentar bentar, maksudnya apa sih? kok yang nggak paham di sini cuma aku? kalian belum cerita, masalahnya apa sampai kalian dukung Alisya setengah hati."
mereka bertiga menghela napas panjang bersiap untuk bercerita. "Mantan mantan Dani itu udah meninggal. ini misteriusnya," ucap Kaila sambil setengah berbisik.
Sia melototkan matanya terkejut.
Zanna mengangguk singkat. "Meninggalnya juga nggak wajar. tubuh udah nggak berbentuk, bahkan mantannya baru baru ini lompat dari apartemen lantai 67."
"Karena itu kita nggak mau Alisya jadi kaya mereka semua. setiap Alisya ngomong mau deketin Dani kita selalu was was, kita takut, Sya." Nia menatap Alisya yang sedang menunduk entah apa yang ada di pikiran Alisya. namun yang pasti ia masih shock dengan ucapan ketiga temannya.
"Kalian tau dari mana berita itu semua?" tanya Alisya dingin.
mereka berempat yang merasa perubahan Alisya pun menghembuskan napasnya kasar. bagaimana pun, Alisya sudah menyukai Dani sejak lama namun tak menyusuri lebih lanjut tentang mantan atau keluarganya.
"Kita tau sendiri, Sya. karena kita yang pertama kali nemuin jasad mereka semua." Alisya menghembuskan napas kasar.
"Sya, jangan sedih. masih ada kok laki laki lain. jangan merasa kehilangan gitu, dong. itu bukan Alisya yang kita kenal," ucap Nia yang diangguki oleh ketiga temannya yang lain.
Alisya tersenyum tipis. "Enggak, gue nggak sedih. emang gue cewek apaan yang nangisin cowok?"
***
Sia dan teman temannya berada di kamar mandi sambil mengaca dan sesekali mereka mengobrol tentang apa yang terjadi di kelas hari ini. tapi tiba tiba mereka harus berhenti bicara karena Silvia dan kedua dayangnya baru saja memasuki kamar mandi membuat suasana kamar mandi menjadi lebih dingin dari biasanya.
Silvia menatap Sia tajam lalu berjalan santai ke arahnya. "Berani banget lo, baru aja jadi anak baru udah deket deket sama Elang."
Kaila memutar bola matanya malas. "Kenapa? lo iri?"
Silvia menyilangkan tangannya di depan dada lalu berdecih pelan. "Iri? sama dia? nggak level tau gak."
Alisya dibuat semakin naik pitam dengan kata kata kakak kelasnya itu.
"Duh, kita juga nggak level sama kakak. kakak kan di sini tapi kita udah di sini," ucap Alisya sambil mengarahkan tangannya di depan perut dan yang satunya lagi ia sejajarkan dengan lehernya.
Lia yang mendengar ucapan Alisya pun tak tinggal diam dan mengangkat tangannya untuk menampar Alisya namun dengan cepat tangannya ditangkis oleh Alisya.
"Mau nampar? pake tangan lembek kaya gini? mana mempan," ucap Alisya lalu terkekeh kecil membuat keempat temannya juga ikut terkekeh.
"Banyak omong lo!" Lia menampar dengan tangannya yang lain.
Alisya memegang pipinya yang merah lalu menatap Lia dan Meli yang tersenyum puas. Keempat teman temannya yang khawatir dengan Alisya pun langsung diberi isyarat bahwa ia baik baik saja.
"Cuma segini kekuatan kakak kelas?" Alisya maju ke hadapan Lia dan balik menampar pipinya hingga kepala Lia menoleh ke samping saking kuatnya tamparan yang dilayangkan Alisya.
Alisya menyunggingkan senyum miringnya. "Masih kurang? gue bisa kasih yang lebih kalau kalian mau."
melihat suasana yang semakin panas membuat Silvia mau tak mau mengalah kali ini. "Ini belum berakhir, Sia." Silvia menunjuk ke arah Sia lalu bergantian menatap teman temannya yang juga menatapnya datar.
Sia menguap kecil mendengar ancaman Silvia saat kakak kelasnya itu sudah keluar dari kamar mandi. "Kamu nggak papa, Sya?" tanya Sia sambil menatap pantulan bayangan Alisya di cermin.
"Hm, nggak papa. tamparan tadi nggak seberapa kali, Si. tangannya kan kecil, terus lembek lagi. mana mempan sama pipi gue yang sekuat baja." Sia terkekeh lalu menggeleng kecil.
"Ya lagian lo kenapa mancing sih? udah tau emosi mereka tuh gak bisa dijaga."
"Ya kan gue kesel sama mereka." Kaila memutar bola matanya malas.
"Tapi enak sih, mancing. gue dapet tamparan gratis."
"Gila lo!" Sia berdecak pelan lalu menatap pipi Alisya sebentar yang tidak ada bekas tamparan atau apapun itu di sana membuatnya bernapas lega.
***
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang
Teen Fiction"Kalau lo mau jadi babu gue, ini gak akan terjadi." *** "Cowo aneh! udah aneh ganteng pula--" *** Berawal dari pertemuan Sia dengan murid SMA Medita hingga membuatnya berakhir menjadi kambing hitam di sekolahnya. Permusuhan antara SMA Nayaka dan S...