Hari

12 2 3
                                    

Hay Hay semua, hari apa sekarang? weekend ya kali ngga jalan-jalan haha. Aku nulis aja ah.

Okey kita lanjut lagi yaaaa, stay 4R..

------------------------------------------------------
3.pm

Kita disuguhkan dengan tempat berbelanja yang sangat luas, mall namanya, dikampung halaman juga ada, tapi masih sekelas minimarket, ngga lengkap, tapi disini apapun barang yang kita cari kemungkinan ada.

Suasana sangat ramai, tapi entah mengapa ramai tidak membuatku selesai dengan lamunan, lapisan pikiran terus saja menjelajahi dunia mimpiku, padahal saat ini diriku sedang terbangun. Entah apa yang aku rasakan, tapi yang jelas adalah aku sebagai pemilik luka dan aku adalah tempat paling ingin dimaafkan.

Melihat Rendi yang sangat ceria tiba-tiba dalam batinku bergumam, siapa sebenarnya penyebab orangtua Rendi tiada, lalu kenapa diriku sendiri seperti dihadirkan pada biorama takdir bertemu Rendi, jika dipikir segala sesuatu di dunia telah ada gadis takdirnya masing-masing, tapi sebagai manusia normal tidak ada salahnya juga memikirkan hal yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Ah sial, hampir saja menabrak tiang beton di depan.

" Kak Ren, mau beli apa?" tanya Ace mengagetkan Rendi.

" Wah bikin kaget aja, ini lagi mikir, beli jaket aja kali ya, kebetulan jaket ini udah waktunya pensiun." jawab Rendi slalu saja berisi ungkapan lucu.

" Aduh gawat ini Rif!!" saut Niko

" Ada apa Nik? " tanyaku tak kalah kagetnya

" Bahaya ini mah pensiun dini tuh jaket Rendi, hahahaha"

" Hmmm kirain apa kak Niko!!" sambung kesal Fiska.

" Heyy ini tuh jaket bersejarah, di bumi cuma ada 1 yang kaya gini." Senyum lebar Rendi membanggakan jaket kunonya itu.

" Apa yang istimewa Ren? perasaan model gini mah banyak di tanah Abang." Ketawaku tak kalah keras mendengar ucapan Niko.

" Oh aku tau." saut Niko cepat

" Jangan sok tau deh Nik, nanti salah malah parah."

" Iya udah apa Ren, kasih tau dikit lah."

Rendi menghela nafas, seperti mengumpulkan energi alam, dan dibarengi mata terpejam " Jaket ini memang biasa, tapi pada waktu tadi malam, telah dipeluk sosok bidadari seperti Renita."

" Kak Rendiiiiiiii!!" Ace mencubit tangannya.

Niko tertawa tipis," Masih aja halu Ren Ren, parah."

" Hahaha, udah ayo kita pilih-pilih mana yang mau dibeli, oh iya Ace, Fiska mau beli apa kalian?" Tanyaku kepada mereka berdua.

Ace dan Fiska sama-sama menunjukkan ekspresi bingung, aku tebak mereka ingin beli baju, semoga tidak salah.

" Beli baju aja kak, iya kan Fis?"

" Oh iya boleh deh Kak Ace."

" Oke deh, Nik abis kamu pilih apa yang mau dibeli, tolong anterin mereka berdua yaa."

" Siap Bos Rifki!! "

" Heleh, yang dapet undian aku, yang dipanggil bos Rifki, gini amat duniaku." gumam Rendi

Niko mengangkat tangan dalam posisi hormat " Siap juga bos besar Rendi!!"

" Bos gak tuh, hahaha, Fiska jadi ketawa nih. "

Memilih jaket sepertinya tidak sulit, harusnya tidak lama, tapi entah mengapa ada saja lamunan yang membawaku pada kejadian itu, kejadian kelam dari sudut pandang lelaki tua ini, seakan dunia menolak bahagia sebelum aku tau apa saja yang terjadi pada masa lalu.

4RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang