RENDI

8 0 0
                                    

".."

" Hai Rendi duniaku, hehe selama ini aku pede banget ya manggil kamu gini, tapi ya emang kamu termasuk orang penting yang pernah hadir,

Dunia luas ya Ren, ngga ketebak juga, bulan depan aku berangkat ke Inggris, kampus impianku dan pasti kamu tau kan gimana senengnya aku,

Kamu kenal adikku kan? adik kelasmu juga, selama beberapa bulan dia ngga berangkat karena ada suatu hal Ren,

Gagal ginjal, salah kami yang ngga tau dari awal, and then dia butuh banget pendonor,

Aku ngga tega ngeliat adik kesayanganku menderita, 3 hari kemarin aku yang menjadi pendonor itu,

Aku bukan semestamu yang waktu itu sempurna Ren, aku tau suatu saat bakal banyak hal yang menimpa aku, kesehatanku juga bakal ngga baik-baik aja, aku gamau kamu terbebani,

Saat setelah surat ini ditulis, aku pamit, bumi ini luas dan pasti ada semesta yang layak untukmu Ren, seseorang yang ngga akan pernah pergi, seseorang yang selalu ada di hidupmu,

3 tahun kedepan aku ngga tau bakal kaya gimana, dan yang jelas aku pasti rindu kamu..

Sampai bertemu di titik terbaik menurut takdir Rendi, I love you in every universe.."

Pandangannya saat itu kacau, sepasang kekasih yang memiliki ending seperti ini membuatku kagum, tentang tulus yang tak pernah terukir dalam suratan kalbu, tentang cinta yang selalu punya semesta untuk menggantung segala doa.

Keyla hanya terdiam, diminumnya teh hangat sampai tegukan terakhir, memberi pesan padaku sebelum dia benar-benar pergi.

" Kasihkan ke Rendi saat setelah aku menemuimu Rifki, atau saat aku telah menemuinya."

Aku termenung seribu bahasa, tidak begitu tau tentang apa yang dia maksud pada kalimat terakhirnya.

Keyla kembali membawa payung dengan tangis yang mengiri sepanjang langkahnya, menghujani diri sendiri dengan rasa enggan kehilangan, menyusuri kelam pada tajuk rintik gerimis sisa hujan sore itu.

5 Tahun berlalu, aku bingung mengenai surat tersebut, tentang bagaimana baiknya dan kapan waktu aku memberikannya.

Kembali teringat kata terakhir Keyla yang seakan mengisyaratkan belum waktunya surat ini tersampaikan, maaf Rendi, kehendak semesta belum bekerja saat ini.

---------------------------------------------------------

3.pm

" Rif ini bagus ngga hasil fotoku?" Tanyanya dengan manja.

" Kalo tanyanya ke Rifki pasti bagus." Celoteh Rendi.

" Ngeselin banget deh, hustt diem."

Aku melihat hasil fotonya, memang Raya jarang mengambil foto selama ini, " Iya bagus Ya, nih Ren, Nit, coba liat kalo ngga percaya."

Rendi seperti tidak percaya, diambilnya kamera tersebut dan berdiskusi dengan Nita, " Iya bagus ih Ren, huu makannya jangan ngejek duluan."

" Eh hehe maaf atuh Ya, ternyata bagus." Ucap Rendi dengan malu.

Dengan nada kesal dan sedikit berbangga diri Raya berkata, " Kamu sih meremehkan saya."

" Ya maap atuh, itu aku beliin batagor gimana? gratis deh sebagai permintaan maaf."

" Ceritanya minta maaf dengan cara nyogok nih, katanya sih kurang baik."

" Nih dengerin Ya, batagor Jepara itu udah biasa, batagor kota lama Semarang kapan lagi kan ada kesempatan buat nyoba?"

4RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang