DETIK 2

51 9 19
                                    


lanjutan detik kemarin nih temen-temen...
" Selamat membaca😉 "

-------------------------------
Karena kebetulan ada saudaranya, Renita memutuskan untuk ikut menginap di rumah pak Marco, sebelum itu dia mengabari orang tuanya tentang hal ini.

"Lalu kita bertiga?"

Pak Marco memberikan sebuah kunci, lebih tepatnya kunci rumah. Memberi kita tempat inap yang tidak jauh dari rumah pak Marco. Niko meminta agar dirinya diperbolehkan membantuku dan Rendi dalam project ini, minimal menunjukkan tempat-tempat yang akan kita tuju, dan tidak ketinggalan Renita, dia sangat antusias membantu di hari-hari yang akan datang.

"Ren gimana rumah ini? menurutmu bagus?"

"Rif, sumpah mimpi apa semalam? Kita bisa tinggal di rumah mewah ini, ya walau cuma sementara sih." Jawabnya terkagum-kagum menyisakan tengokan yang berputar tidak henti-hentinya karena sebab kagumnya tersebut.

Aku meletakan barang-barang kami di kursi depan, " Oh iya Ren Semalam bukannya kamu mimpi pacaran dengan dua orang sekaligus?" ucapku setelah teringat khayalan Rendi semalam.

"Maksud kamu Siska sama Renita?"

"Haha, hebat kamu Ren bisa menebak masa depan lewat mimpi, tapi yang jelas bukan mereka berdua, lagian juga baru ketemu tadi, ada-ada aja kamu."

Memang Rendi selalu saja bertingkah dan berbicara aneh, aku yang sejak kecil bersamanya tidak begitu heran.

"Nik masih ingat peraturan nomor 7 dari buku sikap terbaik murid SD."

Niko menggaruk-garuk rambutnya dan meneruskan, "Aduh Ren lupa, emang kamu masih ingat?"

"Jika kita adalah aneh karena kurang baik, jangan suka mengatakan orang dengan hal demikian."

"Maksud kamu aku aneh Ren?" Sahutku cepat.

"Rif itu tolong jari telunjuknya diturunin dikit aja." Rendi mohon dengan wajah takut, padahal aku hanya bercanda.

"iii.. iiitu kan SD Rif, kita udah tua dong? Jangan ambil hatiii... iiyaa kan Nik?" Kedipan matanya berisyarat ajakan berkomplot dengan Niko

Niko menggerak-gerakkan jarinya tanda mengiyakan, "Iiiya bener itu bener, itu kan SD ya, peraturannya bisa diubah ko."

"Udah-udah tidur, inget besok pagi buta kita udah harus ke rumah pak Marco, disana kita akan mendapat arahan mengenai project, mau mulai dari mana, tempat apa saja, bisa kita bahas di hari besok, sekalian abis itu tanya ke Renita dia mau sekalian ikut pulang atau gimana."

Debu mendebur disetiap sudut kamar, perabotan yang mulai usang termakan waktu, sangat disayangkan dengan arsitektur mewah seperti ini kurang adanya perawatan. Kami berusaha membersihkannya, agar lebih nyaman untuk beristirahat.

Pijar redup lampu kamar mulai kehabisan baterai, dan membuatku teringat detik itu saat aku dengan Raya, yang dari kejauhan sama-sama mengucapkan selamat tidur.

"Selamat tidur Raya."

4.am


"Gila kamu Ren, pasang alarm jam segini, tuh liat Rifki masih pulas banget tidurnya."

Sepertinya terdengar kegaduhan antara dua sahabat semut yang akan berperang, padahal aku tidak benar-benar masih tidur, tetapi lumayan bisa dengar mereka ribut haha.

Rendi masih mengusap matanya, padahal masih merasa mimpi dengan bidadari. Cuek dengan yang dikatakan Niko barusan, membuat Niko kesal,
dia menarik bantal Rendi sehingga Rendi terjatuh ke lantai. Andai aja disampangku ada kamera, bisa saja langsung potret keseruan mereka berdua.
Aku berpura-pura terbangun lemas dengan tangan memegang pipi sebelah kanan karena memang gigiku kumat lagi. Beranjak menuju kamar mandi, dan walaupun mereka bangun lebih pagi, tapi aku mengambil selot mandi terlebih dahulu.

4RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang