Aku kekal diantara sudut waktu yang membeku, terhunus pada keharusan tergiur untuk kembali pada lalu. Apa pembuatmu tak yakin, bukankah dulu semestaku dia remuk? Lalu menetap seenaknya membuat rasa nyaman?Aku adalah tak lengkapnya konsonan bait senja, koefisien angka dengan unsur dicari, atau pengenaan terik membakar surya pagi. Kembali menatapnya, riuhan air mata haru diselesaikan apakah usai? Ditinggalkan oleh sebab bahagiaku apakah membantumu? Untuk kamu, diamlah sejenak. Jujur aku larut dalam ketidaksengajaan, membuatku enggan berpindah, nyaman bisa apa aku tanpamu. Mungkin dihiasi amarah dan rasa kecewa, lenyaplah senyum, rindu setelahnya. Dimana bait senja aku dan kamu saat itu? Sudah diam saja.
Aku memilihmu bukan dengan sebab yang jelas, ketidakjelasan membawa makna lebih dari apapun, karena aku yakin kata "kita" menyamar pada makna itu. Siapkan dirimu sekarang, sudah kubuatkan bahtera untuk kita, lengkap dengan suasana pembuatmu yakin denganku, pembuatmu yakin dengan pilihanmu, dan yakin tentang kisah yang akan kita ungkap.
Banyak sekali yang sepertinya hendak terucap, bicaralah. Debu mendebur layaknya perahu meninggalkan pasir berisi kata-kata kepergian kita kepada senja, nikmati suasananya. Jika saat diperjalanan kamu bosan, carilah bahtera yang lebih besar, yang membuat sempurna sebuah kepergian, tentang aku? Biarlah karam tak membekas, biarlah mimpi terbawa ucapan disapu badai, biarlah kata "kita" melebur pada pelepasan saat nanti. Tapi lagi-lagi tenanglah, aku tak akan melepasmu dengan cara apa pun itu.
" Ray, dua purnama telah bersama, ungkap yang kamu rasa."
"bukannya burung itu menghadap barat?, dan kita disebelah timur." Dengan perihnya mengatakan hal tersebut.
" Jalanlah bersamaku kearah barat, perihal demikian, biarkan saja Ray."
Dengan pelan Raya menjawab "oke Rif."13 Oktober 2019,
Seperti hari biasa, sama-sama sibuk menuntut harap untuk angan. Aku adalah tukang potret dermaga, tak jelas ketika menetap, ibarat aku melihat objek dengan tiga lapisan. Pertama lensa kamera, ketiga potret dia, dan kedua adalah perasaan. Jujur setelah dengan Raya, kamera ini berisi momen-momen tentangnya.
Sebagai pemilik toko suvenir peninggalan ayah, Raya disibukan untuk mengisi hari dengan membersihkan cinderamata indah pesisir pantai. Masih saja ingat saat berkata "lihatlah Rif, jika arah melihatnya membelakangi pantai, kerang putih ini biasa saja, tapi hadaplah pantai, aku rasa kamu mengerti maksudku." Ucap lembut Raya.
" Ren, mau ikut ngga?", Dia adalah Rendi, temanku dari kecil, sekarang tinggal bersama karena saat kelas tiga SMA orangtua Rendi kecelakaan, dan keduanya meninggal. Karena itu orangtuaku membiarkan Rendi tinggal bersama denganku. Sudah 5tahun, tetapi luka Rendi belum saja hilang hingga sekarang. Jika bukan karena ikhlas, mungkin sampai saat ini Rendi masih mencari siapa yang menabrak kedua orangtuanya.
Seperti senja-senja hari kemarin, kita berdua melenyapkan rasa amarah, kesal, dan bosan pada secangkir kopi yang kami serahkan arahan laju nikmatnya pada barista. Jalan pondok bambu dekat pesantren Miftahul Huda tepatnya dekat sekali bibir pantai. Sejuk bersama desiran hangat seperti biasanya, jangan sampai mabuk, bukan bir dan ini namanya kopi.
Rendi humoris dan gampang akrab, tidak heran pelosok negeri sekalipun mungkin ada salah satu temannya disana, aktif dalam sosial media, dan aktif pada ruang grup media massa. Dengan perasaan sama-sama kacau atas rasa lelah, merasa penat tentang yang telah dikerjakan tidak membuat kita berdua berhenti mengejar deadline, kita membahas suatu Project fotografi di perkotaan, Rendi memberi kabar dari temannya yang kebetulan tangan kanan dari manager salah satu perusahaan di Jakarta, lumayan untuk kita, tapi apakah kita berdua yang notabenenya warga desa bisa tinggal di kota walau beberapa hari saja.
" Rif, project kita nanti memotret suasana kota pada jam sibuk dan pada jam istirahat, dari berbagai sudut semenarik mungkin, bukannya ini kelebihan kita Rif? Mencari celah dalam suasana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
4R
AdventureSebuah kisah tentang kebetulan yang layak dijadikan momen dibalik kamera, beresolusi layaknya perbaikan kualitas hidup, dan hasil indah layaknya rasa cinta dan kasih sayang. Semua tokoh alfabet "R" dalam cerita ini adalah pembangun sebuah karakter k...