Hari 2

5 2 0
                                    

Hay apa kabar? semoga baik-baik aja ya😉

Coba tebak gimana keseruan Rifki Cs melewati malamnya, selamat membaca semua.

--------------------------------

Senja memudar diantara canda, menepiskan pilu tentang yang dinamakan kisah sedih, perpisahan dengan siang, pertemuan dengan malam. Tentang skema apa yang akan terungkap di perjalanan selanjutnya biarlah menjadi misteri. Aku slalu saja bertanya, apa alasan senja hanya sekejap menunjukkan keindahannya, mengapa tidak sepanjang dan se-terik siang? dan mengapa tidak se-tenang dan sedingin malam?

begitu agungnya tuhan semakin terasa tatkala lantunan adzan berkumandang, panggilan ditujukan kepada manusia rapuh, manusia yang sebagian besar punya ambisi, entah apapun ambisinya kewajiban kita semua adalah senantiasa ingat tentang apa yang diperintahkan tuhan. Selamat tinggal senja, dengan segala penciptaan tuhan terhadapmu, aku akan menunggumu, entah di belahan bumi manapun, atau entah pada kehidupan manapun, aku menunggu.

6pm.

" Rif, setelah sholat kita berpamitan dengan Bobby atau sebelum berpamitan kita istirahat dulu bentar?" tanya Niko saat memakai sepatunya.

" Oh iya gimana Ren? kamu tadi kan abis lari-larian tuh, mau istirahat?" Tanyaku beralih Rendi.

" Langsung aja deh Rif, menurut filsafat ada pepatah mengatakan, lebih cepat...."

Niko melanjutkan dengan cepat "Lebih mantap."

" Lebih baik Nik, haha belum pernah di kepret Rendi ya."

" Tau kamu Nik, tadi diriku mode bos, kali-kali lah diriku ini jadi mode filsuf yang pandai berkata-kata." Rendi melemaskan ucapannya, bukan tanpa alasan, ingin meniru filsuf katanya, lagi-lagi aku ingin tertawa dalam hati.

Setelah sepatu terpakai pada kaki lelah kami, beranjak menuju halaman depan masjid, dengan Rendi yang  fokus saat ini, tidak berlarian pada halu yang setiap saat makin menjadi.

" Ren tadi kau berdoa apa?"

Rendi terpejam sejenak seraya menadah tangannya, " Ya Tuhanku, aku merindukan Renita, semoga dia merindukanku juga, gitu Nik."

" Bisa aja beliau satu ini, aamiin ya Nik?" Sahutku kepada mereka berdua.

" Aamiin."

Belum saja satu menit Rendi membuka matanya kembali, dia melihat seorang wanita yang berjalan bersama teman-temannya meninggalkan masjid, bisa gawat ini.

" Masyaallah indah sekali segala penciptaanmu Tuhan, iya aku melihatnya, sejuk rasanya." Rendi menggelengkan kepala.

" Sudah kuduga, harusnya emang tadi gausah buka mata sampai mobil deh Ren, tuh si Niko juga biasa aja."

" Iya Rif, emang dasar kadal mah tetep aja kadal hahaha."

Rendi menghela nafas, " Jadi bingung Rif, Nik, mau pilih Renita atau salah satu diantara mereka."

Niko memegang kening Rendi dan bertanya balik, " Perasaan ngga panas koh, sehat wal-afiat, kok bisa gini ya." dengan tatapan Rendi yang hanya fokus terhadap apa yang dilihat.

" Heyy sadarr, abis sholat bukannya dapet hidayah."

" Sek Rif, bentar, ini juga salah satu hidayah." Rendi masih aja tetap fokus melihatnya

" Hadeh susah sih ini, eh Ren awassss!!" teriak Niko sembari ingin menarik badan Rendi

Antara ketawa atau kasihan, Rendi tersandung batu besar, suara terjatuh sampai kepada kumpulan wanita tadi yang ngga jauh dari kita.

4RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang