Bab 4

2.8K 161 23
                                    

Candu..

Sakit!
Sesak!
Takbisa bernafas.

Leher ku berada dalam cengkeraman satu tangannya, yaitu tangan kanannya karena yang kiri masih mengunci kedua tangan ku diatas kepalaku.

Dia mencekik ku juga masih memcumbu habis bibirku. Betapa tidak berperasaan bukan?.

Aku benci diriku yang tidak bisa melawan nya, aku benci dengan tubuhku yang lebih kecil darinya.
Karena aku tidak bisa melawan atau lepas dari cengkramanya.

Dia terus menciumku, meskipun aku sebisa mungkin memberontak, dia juga mengabaikan basah nya mata ku dan gemetarnya tubuhku.

Lemas..

'Haruskah aku mati dipertemuan ketiga ini?'

'Entahlah, aku bisa apa'.

Dalam kesakitan aku menghitung.
Sampai angka berapa aku terlelap. Jika memang aku harus mati biarkan saja, meskipun jujur aku masih ingin hidup.

Semakin sesak.

Sebelum gelap nya dunia yang kulihat, batin ku memohon.

'Ma.. pa .. kak'

'Semoga kalian baik-baik saja tanpa ku'.

...

SAM SMITH

Ruangan sangat hening.
Bahkan hanya nafasku yang terdengar.

Dia pria ku, yang tiga bulan ini mengusik ketenangan jiwaku, tapi betapa jahat nya aku yang sudah membuatnya hampir kehilangan nyawa.

Aku tidak bisa mengendalikan rasa rindu serta nafsu dalam diriku yang begitu bergejolak.

Dia tertidur dengan wajah pucat serta Lehernya dan pergelangan tangan nya merah membiru akibat ulahku yang abnormal.

Aku tidak sengaja, mana mungkin aku ingin membunuh pria cantikku.

Sebenarnya aku hanya menggertak, Aku tidak suka ditolak apalagi dilawan, tapi lagi-lagi semua diluar kendali ku, karena dia menangis dan terus menolak kehadiran ku.

Ceklek...

Suara lirih pintu terbuka, Amer masuk dengan hati-hati sebab dia paham jika dibalik pintu yang dibukanya perlu ketenangan.

"Lebih baik anda makan malam dulu Tuan, biar saya mengantikan anda berjaga"

"Tidak perlu, aku belum lapar"

"Jangan memaksa, jika anda sakit bagaimana bisa menghadapinya saat terbangun nanti"

"Kau banyak omong Amer"

"Maafkan saya Tuan, tapi saya khawatir dengan anda, saya tau anda belum makan sejak pagi, karena begitu anda datang langsung pergi ke pohon itu"

"Apakah aku Aku terlalu jahat padanya?"

"Kau pandai mengalihkan pembicaraan, lalu kenapa anda melakukan itu Tuan?, Terlebih ia laki-laki. Meskipun aku tidak buta dengan kondisi saat ini tapi bagai mana jika Tuan Besar tau?. Maaf jika saya lancang"

"Itulah kenapa aku menyimpan nya disini, aku takut jika kakek tau dan menghilangkan nya dari ku"

"Saya tau bagai mana prasaan anda, anda bahkan berlari dengan dia digendongan penuh rasa khawatir, tapi lihatlah sekarang Arei sudah membaik"

"Rupanya kau sudah dekat dengan nya"

"Seperti yang sudah anda ketahui, baiklah saya akan pergi Tuan, makanan sudah siap dan jika anda memerlukan bantuan, panggil saja seperti biasa"

𝙎𝙩𝙤𝙥 𝙈𝙮 𝙋𝙖𝙞𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang