Bab 8

1.7K 110 21
                                    


Kamar Arei kosong, tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti sebelumnya. Hari ini hari kedua Sam Smith tanpa Arei, dia tidak menyerah juga tidak akan pernah, orang suruhannya belum juga ada kabar. Haruskah Sam Smiths menemui kakeknya, atau haruskah dia kembali kerumah besar itu, entahlah. Dia bingung juga mau tidak mau menemui kakenya demi Arei. Siapa lagi yang mampu menculik tanpa jejak kecuali si tua yang sangat Sam benci itu.

Dia berbaring diatas kasur yang dingin, aroma anak itu masih lekat di atas nya, harum tubuhnya yang segar dan aroma shampo mint kesukaanya juga menempel pada bantal. Sam mengerang frustasi akan itu, dia harus menemukan Arei bagaimana pun caranya, tubuhnya panas kala mengingat kejadian malam terakhir bersamanya. Gairah yang tumpah tak terkendali mengakibatkan tubuh Arei penuh luka dan tak berdaya, menyesal?. Apakah Seorang Sam Smith punya rasa penyesalan?, mungkin ada karena ia juga manusia. Hanya saja semua tertutup oleh ego nya yang tinggi.

Sebenarnya ia sangat khawatir dengan keadaan Arei saat ini, apakah dia sudah makan dan meminum obatnya lalu bagaimana dengan kondisi tubuhnya, sudah kah terawat dengan baik. Itulah yang ada dipikiran Sam Smiths saat ini. Semakin dia memikirkanya maka semakin sesak juga rasa amarah tak terkendali, kenapa si tua itu selalu merenggut miliknya.

Ia bangun dari rasa frustasinya lalu mengamati seisi kamar, mungkin akan ada petunjuk, meskipun sudah sering kali Sam memeriksa tapi juga belum ada kepuasa. Perlahan ia menyapu seluruh ruang dengan pengamatanya, tatapan nya berhenti pada meja diatasanya. Ia mendekat, menatap buah diatas ranjang cantik namun tak sesuai isinya, sebagian buah itu rusak, seperti diremas lalu dikembalikan pada wadahnya. Anggurnya tak lagi sempurna pada tangkai, jeruk yang menghitam disebabkan remasan tidak terlalu kuat namun cukup merubah warna nya. Sam sengaja mengunci kamar Arei agar tidak kehilangan jejak apapun.

Ia berjongkok pada sisi meja itu, yah... itu darah kering, keningnya berkerut saat ujung jari nya menyentuh noda yang mulai menghitam dan hampir tak terlihat, sebab warna nya hampir sama dengan meja. Lagi, dadanya semakin sesak saat ia membayangkan apa yang terjadi, ia sadar jika pisau buah tidak ada ditempatnya.
'Tidak mungkin Arei....?.
Gumamnya terhenti, pertanyaan untuk dirinya sendiri ia telan dengan pahit, begitupun dengan pikiranya yang terlalu jauh tentang apa yang terjadi pada Arei.

.
.

Penampilanya kini tidak lagi menampilkan sosok yang dermawan ataupun Sam Smith yang dominan, kemeja putihnya tergulung kusut tak karuan, rambut berantakan namun terkesan lebih maskulin daripada biasanya, mata hitam pada wajah garang nya menjelaskan jika ia tidak istirahat selama hilangnya Arei. Berdiri didepan mobil miliknya dan menghisap rokok dengan rasa tak sabaran, di ujung jalan ia sendiri dengan pikiran kalut tak menentu. Menatap kosong bangunan tinggi yang terlihat megah diujung sana, iya... itulah rumah utama.

Gemuruh angin di antara pepohonan menjadi teman juga gambaran suasana hati pria itu, udaranya dingin dan sepi, sebab tidak ada bangunan disekitar. Rumah tunggal yang luas dan megah itu hanya dikelilingi pepohonan yang besar dan terawat, tempatnya tak mudah ditemukan meskipun dijaman modern saat ini serba bisa dilacak menggunakan smartphone sekaligus. Jika manusia biasa dilepas kan ditengah jalan seperti Sam Smiths berdiri saat ini, mungkin tak akan bisa kembali pada asal nya atau keluarganya. Sebenarnya Rumah ia sendiri tak jauh beda, hanya saja, masih ada bangunan-bangunan kecil namun indah di sekitarnya, tapi semua tertutup tembok tinggi juga luasnya tanah yang ia miliki.

Asap mengepul dengan tak sabaran, menandakan sang penghisap akan membuangnya setelah hisapan yang terakhir. Ia sedikit puas dengan menenangkan pikiranya juga bagaimana ia bisa menghadapi Kakeknya nanti.
.
.
Gerbang terbuka, menampilkan sosok yang tak asing lagi. Sam tak perlu repot memakirkan mobilnya dengan benar, dengan langkah besarnya ia memasuki rumah yang sudah disambut rapi oleh para Maid didalamnya. Tidak perlu heran kenapa mereka bisa menyambut tanpa Sam konfirmasi terlebih dulu kedatangannya, memasuki wilayah kakeknya sama halnya meberi tahu kehadiranya.

𝙎𝙩𝙤𝙥 𝙈𝙮 𝙋𝙖𝙞𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang