Bab 17

1.1K 77 21
                                    

Melody mesa depan.

Tangan kokoh itu semakin erat diperut Arei dan secara perlahan tubuh keduanya semakin menempel. Arei semakin tidak nyaman sebab luka-luka nya belum sembuh total jadi, pelukan itu membuat nya panas dan terasa perih dibagian kulit yang belum kering.

"Jika sudah selesai, biarkan aku mengobati bagian depan" ucap Arei menghentikan keluh kesah nya dan melepaskan pelukan itu.

Arei mengenakan kembali baju tidurnya setelah selesai mengobati luka bagian belakang. Piyama nya terlalu tipis, sehingga lekuk tubuh nya yang tersembunyi nampak terlihat sexy. Selama masa pengobatan dan belum sepenuhnya pulih, Dokter Fisher menyarankan Arei untuk mengenakan baju cotton tipis agar tidak panas dan mempercepat penyembuhan.

Sam Smiths melihat nya tanpa berkedip, otak nya mulai berfantasi kotor namun ia enyahkan kembali sebelum bereaksi. Ketika melihat Arei bangun dari hadapanya, tangan besar nya menarik Arei kembali dengan cepat dan anak itu kehilangan kesemimbangan sehingga ia jatuh pada pelukan Sam seperti yang dia harapkan. "Aaghh" keluh nya saat rasa sakit pada tubuh nya bergesakan dengan Sam dibawahnya.

"Padahal kau belum sembuh, tapi sudah menggoda ku" goda Sam Smiths sembari mengencangkan pelukan Arei diatas nya. Senyum nya mengembang puas dan nakal.

"A-aku belum sembuh" jawab Arei dengan gugup dan berusaha untuk bangun namun Sam tidak mengizinkanya.

"Beri aku ciuman" goda Sam lagi.

"Punggungku sakit, tolong lepaskan" jawab Arei pura-pura tidak mendengar

"Turuti mauku lebih dulu"

Sam Smiths seperti singa lapar yang siap untuk menerkam. Membalik tubuh Arei dan mengunci dibawah nya lalu melahap bibir pucat yang belum sepenuhnya pulih. Arei diam tak bereaksi, otak nya seakan berhenti untuk berfikir dan tubuhnya pun terlalu lelah jika harus melawan. Ciuman itu semakin panas dan menuntut, Arei hampir kehabisan nafas.

"Maaf" ucap Sam setelah puas. Melepas ciuman dan cengkraman itu lalu turun dari atas tubuh Arei. Sam memeluknya kembali tanpa peduli jika ada rasa sakit yang benar-benar Arei tahan dari prilakunya.


"Haus akan kasih sayang orang tua membuatku menjadi dewasa sebelum waktunya. Aku merasa muak dengan ketidak adilan hidup ketika remaja, dimana orang-orang menghina ku anak pembawa sial dan bahkan kata-kata itu juga sering kudengar diusia anak-anak. Ditinggalkan kedua orang tua bukanlah mau ku, lalu kenapa menghakimiku dengan menyebut anak pembawa sial" Sam melanjutkan cerita yang sempat tertunda, seolah apa yanag terjadi baru saja bukanlah apa-apa.

"Melihatmu dengan senyum polos tanpa beban ketika kita pertama kali bertemu dibar bersama kakakmu waktu itu, membuatku ku berfikir. Jika menguncimu dalam hidupku adalah kebahagian yang harus aku dapatkan"

'Tapi kesialan bagiku, dan keegoisan mu membuatku ku sering kali hampir kehilangan nyawa'. Andai keluhan dalam hati Arei bisa ia lontarkan begitu saja.

Arei diam tidak bergerak sedikitpun. Mendengar Sam menyebut kakak nya, membuat hati kecil Arei semakin nyeri. Selain menahan perih dan sakit diseluruh tubuhnya yang semakin rapat pada pelukan pria kekar Sam Smiths, Arei juga menahan kerinduan yang begitu berat pada keluarganya seperti sedih yang Sam Smiths ceritakan beberapa detik yang lalu. Jika dia sudah paham betul bagaimana sakit nya ditinggalkan keluraga, lalu kenapa harus ia limpahkan pula pada dirinya.

𝙎𝙩𝙤𝙥 𝙈𝙮 𝙋𝙖𝙞𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang