Bab.9

1.6K 101 50
                                    

"Jika kau masih ingin melihat orang tua mu tetap hidup, maka bangunlah". Bisikan itulah yang membuat Arei kembali sadar. Jari jemarinya perlahan mulai bergerak, kelopak mata nyapun secara perlahan terbuka. Mata biru dan bulu mata yang lentik bergerak, serta jakun kecilnya yang kering naik turun dengan susah payah. Tenggorokanya terasa kering, dua hari tanpa makan minum melalui mulutnya, melainkan jarum infus.

Dua pasang mata itu saling bertemu, meskipun ketakutan ia tetap memberanikan diri memperlihatkan kebencian nya lewat mata itu. Sedangkan pria dominan itu tanpa expresi juga tanpa kata-kata membalas tatapanya. Sam Smiths sangan lega melihat anak itu kembali hidup, namun ia enggan berbicara sekedar menanyai apa kabar, atau bagian mana yang sakit. Sebab ia sadar, jika dirinya lah yang membuat anak itu tak sadarkan diri.

Perlahan dia mendekat, lalu menekan tombol panggilan Dokter atau Suster pada bagian ranjang atas Arei terbaring. Saat Sam mendekat, dengan jelas dia bisa melihat Jika Arei berkeringat dingin dan sedikit bergetar, mata nya turun pada tangan Arei, anak itu mengepalkan tangan nya hingga jarum pada pergelangan tangan nya mulai mengeluarkan cairan merah. Darah nya keluar dari tertanamnya jarum suntik pada urat nadinya, Sam sedikit panik namun ia masih bersikap tenang seperti semula.

Sam menekan tombol itu tak sabaran, sebab dia khawatir dengan kondisi Arei yang baru saja sadar malah mengeluarkan darah ditanganya. Begitu beberapa menit masuk  Dokter juga Suster yang siap memeriksa serta membawa catatan untuk Arei. Sam melihatnya dengan wajah tak bersahabat, kenapa mereka sangat lamban juga kenapa mereka tidak becus mengurus miliknya. Itulah yang terpancar pada mata tajam nya mudah ditebak bagi Dokter  yang telah melayani nya cukup lama, ia tak lagi muda.

Ketika Arei sedang diperiksa Sam Smiths memperhatikanya dengan seksama, entah apa yang ada dalam pikirinya dia penuh dengan penampilan suram. Lalu tak lama Alex masuk membawa kotak obat ditanganya. Dia juga tidak baik-baik saja, sebab kedua pria itulah yang saling adu kekuatan sebelum masuk ruangan Arei dirawat.

Iya.. Alex lah yang membawa Arei dirumah sakit itu, yang tak lain milik mereka berdua. Alex datang dengan sengaja karena ada mapp yang harus ia ambil, namun saat melewati pintu kamar Arei dia mendengar dentingan logam jatuh kelantai disertai ringisan juga tangisan. Tanpa pikir panjang Alex mendobrak pintu lalu masuk, begitu dia masuk dan melihat Arei bersimbah darah, tak habis pikir lagi dengan apa yang terjadi. Amer juga menyaksikan kejadian itu, maka dari itulah mereka bekerja sama memanipulasi Cctv untuk membawa Arei kabur, sebab jika Sam Smiths tau jika Arei dia yang membawa, tidak yakin anak itu akan selamat.

Sam Smiths memang pintar juga cerdas, tidak ada yang cacat darinya. Tapi jika menyangkut miliknya, ia kadang pendek akal. Jadi Alex takut sahabatnya itu salah langkah dan berakibat fatal, sebenarnya Alex ingin menyimpan Arei lebih lama sampai ia benar-benar pulih. Tapi teryata Sam Smiths sudah menemukanya lebih dulu, bahkan dia sendiri makin tidak habis fikir dengan apa yang terjadi. Arei sadar kembali setelah Sam datang menemuinya, sungguh lelucon batin Alex. Anak itu sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda ingin hidup, namun yang ia lihat saat ini, anak itu sudah membuka matanya.

"Siapa yang mengizinkan mu masuk" Nada Sam Smiths penuh tekanan yang membuat Alex sadar kembali dari lamunaya.

"Aku tidak perlu izin mu kau tau, Rumah Sakit ini juga milikku" balas Alex dengan nada sombong.

"Kemarilah biar ku obati lukamu" Lanjut Alex sembari menarik tangan Sam Smiths. Duduk pada sofa diujung ruangan itu, dengan lihai Alex mengeluarkan kapas dan obat-obatan untuk menyeka luka pada bibir Sam. Keduanya diam, Alex mengobati luka itu dengan perlahan tanpa memperdulikan tatapan flatt milik Sam.

"Harusnya kau berterima kasih padaku Sam, tanpa aku mungkin kau tak akan bisa lagi melihatnya saat ini" Alex bisa menebak apa yang ada dipikiran Sam, dia ingin bertanya dengan apa yang terjadi, namum ego lebih memilih untuk diam meskipun rasa ingin tau nya lebih dominan.

𝙎𝙩𝙤𝙥 𝙈𝙮 𝙋𝙖𝙞𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang