Bab 12

1.2K 89 86
                                    

Seperti kejutan...

Arei kesulitan mengikuti langkah Sam yang lebar. Sedangkan gadis itu masih berlari mengejar mereka berdua, suaranya masih menggema memanggil nama Sam Smiths yang tentu saja tak digubris oleh nya.

Tanpa bertanya pada resepsionis Rumah Sakit terlebih dulu, Sam Smiths langsung menuju liff lalu menekan tombol open dan ketika masuk tanpa tekan closeup dia seperti sudah paham kemana arah tujuanya. Namun, sebelum pintu tertutup gadis itu menerobos masuk tanpa permisi.

" Sam.. kita perlu bicara. A-aku merindukan mu dan aku datang langsung ke rumahmu tapi kau tidak ada. Dan.. dan aku diberitahu Ayah jika kakek mu sakit jadi aku kemari menemuinya, juga menunggumu disini"

Gadis itu sangat berisik menurut Arei, dia tidak sabaran sama sekali. Bahkan, begitu masuk langsung melepaskan gengaman erat Sam Smiths pada pergelangan tangan nya. Tapi tidak berhasil, justru Sam menepis nya sebelum cengkraman erat itu lepas dari nya.

Arei merasa pergelangan tangan nya mati rasa, perlahan melepaskan cengkraman erat itu saat Sam Smiths tengah disibukkan gadis berisik itu, lalu berusaha mundur memberi ruang untuk mereka berdua, juga alasan tepatnya Arei tidak suka berdekatan dengan mereka.

"Aku masih mencintai mu Sam, dan kita juga masih dalam hubungan kan?. Kita tidak pernah benar-benar memutuskan hubungan, aku hanya pergi meneruskan Study ku itu saja" celoteh gadis itu masih berlanjut, sembari menggelayut manja pada lengan sang pria yang dipujanya, sedangkan pria itu tentu masih diam tak bergeming.

Sampai pada pintu liff terbuka lalu Sam Smiths terburu-buru keluar dari dalam, bahkan ada yang dilupakanya, yaitu Arei masih tertinggal didalam sana.

"Sam.. tunggu aku" gadis itu berusaha menempel kembali pada Sam meskipun sudah jelas Sam tidak suka didekatnya, dia pikir Sam Smiths hanya marah padanya, dan setelah dia sedikit membujuk dengan rayuan andalanya pasti juga akan luluh seperti dulu yang sering ia lakukan. Faktanya Sam Smiths tidak lagi sama.

Langkah gadis itu lebar diiringi suara high hells yang begitu nyaring terdengar. Apapun caranya dia bertekat mengambil hati pujaannya dulu.

Sam Smiths berhenti didepan pintu Vip yang terlihat seperti pintu hotel. Dibukanya knop pintu secara perlahan, lalu matanya langsung bertemu pria tua yang ditemui nya belum lama ini. Dia terbaring lemah, berbagai alat medis terpasang di tubuhnya.

Sam mendekat secara perlahan dengan berbagai macam pikiran tersarang di kepalanya. Melihat kakek nya yang tidak bisa lagi ia lawan, sedikit terasa sesak dihatinya. Tidak... ia tidak takut kehilangan pria tua itu, ia hanya kasihan. Hah.. sangat malang bukan, jika memiliki hati yang egois.

Dia ingat perjanjian waktu itu. Jika Sam Smihts harus meneruskan perushaan milik Jordan Smiths yang tentu saja tidak ia harapkan sama sekali. Jika Sam ingin kekayaan semata untuk apa ia susah payah membangun usahanya sendiri sampai kini berkembang pesat dengan nama nya sendiri. Sam Smiths hanya ingin mengalahkan kakeknya, jika dia mampu dari segala aspek tanpa bantuanya. Tapi lihatlah sekarang.. pria tua itu tidak lagi bisa menyombongkan dirinya. Dengan apa yang ia lihat saat ini, haruskah masih ada dendam.

Ditengah pikiran yang masih bergelut datanglah gadis berisik itu membuyarkan lamunanya. Sam Smiths menghela nafas sejenak dan harus bisa menyelesaikan urusanya dengan gadis itu.

"Sam... bisakah kita berbicara. Tolong jangan abaikan aku" gadis itu menggunakan suara lemah nya, seakan ia manusia yang paling rapuh dan haus akan kasih sayang, maka tak akan ada yang rela mengabaikan nya.

"Tentu kita harus bicara, tapi tidak disini" nada suara pria itu dingin seolah memberi tahu jika diantara mereka tak harus berdikusi secara hangat tentang masa lalu.

𝙎𝙩𝙤𝙥 𝙈𝙮 𝙋𝙖𝙞𝙣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang